Twenty 3 : his charm

279K 24.6K 7.6K
                                    

Morning everyone! Hope u like it

...

Anna terdiam seribu bahasa, ia bahkan tidak tahu harus berkata apa ketika mendengar penuturan Vito barusan. Lalu Vito menyadari Anna yang terdiam karna ucapannya barusan, ia mengambil tindakan berdeham terlebih dahulu lalu mendekati Anna secara perlahan.

"Hm gue—" Anna menggeleng pelan lalu menoleh ke arah Vito dengan wajah ceria. Begitu cepat ia mengubah rautnya.

"Kak Vito udah makan?? Mau makan nggak? Anna buatin deh," potongnya seraya bangkit. Vito menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu mengangguk.

"Oke tunggu ya," Anna melangkahkan kakinya menuju dapur. Sudahlah, ia sangat muak dengan semuanya, lebih baik ia menjalaninya saja tanpa perasaan. Semuanya akan berjalan baik jika ia melakukan hal tersebut.

Setelah makanan jadi, Anna menyuruh Vito untuk merasakan masakan yang baru saja dibuatkannya. Vito masih dengan wajah datar lalu mengambil satu piring yang sudah berisikan makanan. Ia menyuapkannya dengan perlahan, tak lama senyumnya mengembang.

"Gimana lo bisa masak? Enak loh ini," puji Vito seraya terus menyuapkan makanannya ke mulut.

"Anna suka ditinggal Mama, jadinya belajar masak sendiri." Vito menaikkan sebelah alisnya saat mendengarnya.

"Gue ditinggal nyokap gue tetep aja gabisa masak." Anna tertawa kecil.

"Karna Kakak nggak mencoba untuk belajar." Vito tertawa ngakak lalu menatap Anna.

"Karna masak itu kerjaan istri."

"Emang suami nggak boleh masak?"

"Boleh aja, cuma lebih baik istri yang masak, suaminya yang nyari duit, udah mantep bener." Anna memejamkan matanya merasakan kepalanya yang pening.

"Kenapa?" tanya Vito melihat Anna langsung memegang kepalanya.

"Kepala Anna masih pusing." Vito bangkit dari kursinya lalu menghampiri Anna.

"Mau pulang? Ayo gue anter."

"Anna pulang sendiri aja, Kak—"

"Gue anter. Kitty-nya Vito itu harus nurut, Ok??"

Panggilan itu lagi keluar untuk Anna untuk sekian lamanya Anna tidak mendengarnya. Selanjutnya Anna mengangguk dan membiarkan Vito mengantarnya kerumah, entahlah kenapa akhir-akhir ini ia jadi mudah sakit, memang sungguh lemah.

Terlebih ketika mengetahui kenyataan, dilanjutkan sakit, di hentikan juga sakiy. Aku bahkan nggak tahu harus apa...

***

Sesampainya dirumah Anna langsung merebahkan tubuhnya di kasur miliknya, merasa semuanya sungguh melelahkan. Ucapan Vito masih sangat membekas di otak dan hatinya. Sepertinya akan sulit dilupakan, pasalnya hal tersebut adalah yang terpenting. Seakan mengingatkannya bahwa semua hal manis ini hanya sementara

Perlahan semuanya akan pergi, dan Anna harus siap untuk itu. Anna mencoba menghapus air matanya yang mengalir, namun lagi-lagi keluar. Sara yang menyakiti ketiganya saja masih diperjuangkan, sedangkan dirinya? Mungkin akan dibuang. Berharap untuk mendapat celah mengambil hati ketiganya, Anna sama saja dengan Sara kalau begitu.

Disaat-saat seperti ini Audina masuk ke dalam kamarnya membuat Anna dengan cepat menghapus air matanya.

"Anna, masih sakit?" Anna mengangguk.

"Kepalanya masih pusing."

"Mama pergi ya. Ada acara makan-makan nih," ujar Audina membuat Anna mengernyitkan dahinya.

ANNA (SELESAI)Where stories live. Discover now