Twenty : what should i do?

309K 25.2K 6K
                                    

Jangan lupa vote sama comment yahhh💕💕 biar update lagii:)

Jangan lupa komen tiap paragraf🤗

Love u all!!

Btw ya sorry wkwk, kelupaan up💔

...

Anna termenung di dalam kamarnya seraya memikirkan ucapan Bian yang masih terus mengitari kepalanya, entah mengapa saat mendengar penuturan tersebut, hati Anna bergetar. Jujur, dia sangat takut. Kenapa ini harus terjadi padanya? Kenapa ia harus menghadapi ini?

Bian sempat membuatnya nyaman, namun disisi lain Sargas pun sudah sangat berhasil membuatnya nyaman. Lain dengan Vito, lelaki itu tidak terlalu ambisi untuk mendapatkan hatinya tidak seperti Sargas dan Bian.

Anna memegang kepalanya yang terasa sangat pening. Kenapa di saat-saat seperti ini ia harus merasakan sakit? Anna kesal. Lalu ia bangkit dari tidurnya, dan saat melihat ke arah jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan dia belum tertidur.

Saat hendak berjalan, pintu terbuka menampilkan Audina yang sudah membawa sepiring buah-buahan untuknya.

"Eh mau kemana?" tanya Audina lalu meletakkan piring buahnya di nakas dan melangkahkan kakinya menuju Anna.

"Mau ke toilet, Ma. Anna bisa kok," ujarnya. Audina menghela napasnya lalu membiarkan Anna pergi sendiri. Tak lama Anna keluar dari kamar mandi seraya melangkahkan kakinya perlahan, jujur kepalanya sangat sakit, mungkin karna efek lelah hampir sepekan ini.

"Ke dokter ya? Mama takut kamu kenapa-kenapa," tutur Audina.

"Besok juga sembuh, Ma."

"Sayang..."

"Ma, Anna mau sendiri ya?" pintanya dengan manja, refleks Audina menghembuskan napasnya saat melihat tingkah anak satu-satunya ini.

"Selalu begitu, ke dokter nggak seperti yang kamu bayangkan, Anna." ujaran tersebut membuat Anna terdiam sejenak, pikirannya kembali berkelana dengan masa lalunya.

"La-lagipula Anna nggak sakit parah. Nggak perlu ke dokter," jelasnya mencoba untuk fokus tidak melenceng ke masa lalu.

"Jadi harus nunggu sakit parah dulu gitu?" Anna menggeleng.

"Besok ke dokter. Mama nggak mau denger alasan, kamu itu suka demam kayak gini, Mama takut kamu kenapa-kenapa, cukup Ayah kamu aja yang ninggalin Mama," ujar Audina lalu pergi keluar kamar.

Anna terdiam sejenak, tiba-tibanya hatinya sakit saat mendengar ucapan Audina. Jujur, ia masih takut, dan dia masih dalam masa trauma. Tapi Audina lebih mementingkan kesehatannya. Anna akan merasa lebih baik jika tidak ke dokter ataupun rumah sakit manapun. Anna mendengus resah lalu menarik selimutnya, tak lupa ia memakan buah-buahan yang sudah di antarkan ibunya.

Saat hendak memejamkan matanya suara dering telponnya membuat matanya kembali terbuka. dengan cepat ia mengambilnya, dan sudah ada nama Sargas tertera di ponselnya, seraya menelan salivanya Anna langsung menggeser tombol hijau.

"Ha-halo..." sapa Anna terlebih dahulu.

"Gimana?" suara lembut Sargas keluar membuat hati Anna tersentuh, lalu sudut bibirnya tertarik.

"Apanya?"

"Kesehatan lo." Anna menahan dirinya untuk tidak berteriak histeris. Apakah ini yang dinamakan berbunga-bunga? Dikhawatirkan cowok seganteng Sargas? Demi apapun ia tidak pernah membayangkannya.

"Masih pusing," jawab Anna lalu membaringkan tubuhnya.

"Yaudah besok gausah sekolah, gue izinin."

ANNA (SELESAI)Where stories live. Discover now