Three : why?

512K 41.4K 9.4K
                                    

Hai semua💜💜💜 balik lagi sama cerita Anna, semoga makin suka yaa

Vote commentnya💜💜

Jangan lupa komen tiap paragraf biar sampe target komen💜💜 let's go💜✨

...


Kini Anna sudah berada di apartemen milik Bian, demi apapun Anna takut luar biasa. Hanya saja dia bisa mengendalikannya, jika tidak mungkin dia sudah pingsan. Anna menghembuskan napasnya saat Bian berjalan mendahuluinya, seketika semua lampu menyala ketika lelaki itu melewati ruangannya. Sungguh sangat keren, namun Anna seberusaha mungkin terlihat biasa saja.

Sampai pada saatnya Anna menghentikan langkahnya ketika Bian pun menghentikan langkahnya, di ruangan yang cukup kosong, hanya ada semacam radio, ah terlalu ketinggalan jaman, mungkin yang lebih canggih dari radio.

Tiba-tiba saja musik menyala membuat Anna deg-degan saat Bian membalikkan tubuhnya seraya bernyanyi Te Molla, entah apa artinya,yang jelas lelaki itu terlihat sangat menyebalkan.

Bian menggerakan tangan dan kakinya seraya melangkah kakinya dengan bergaya menuju Anna. Anna mengerjapkan matanya beberapa kali saat melihat dengan lihai Bian menggoyangkan tubuhnya seperti sedang dugem, ah sial, kenapa harus tampan sekali di saat seperti ini?

"TE MOLLAAAA!" Pekiknya saat di chorus, astaga sepertinya lelaki ini memang sudah gila. Anna mengernyit saat Bian memainkan rambutnya seraya bergoyang, dengan cepat Anna berlari, dan Bian langsung mengejarnya lalu menahan bahu Anna membuat Anna bergidik ngeri.

Setelah lagu habis barulah Anna bisa bernapas lega, Anna tidak tahu apa judul lagunya, yang jelas Bian sering menyebut Te Molla, maybe itu judulnya.

"Gue ganteng banget nggak tadi?" Tanya Bian seraya meminum sebotol air yang memang sudah tersedia di situ.

"I-iya," jawab Anna seadanya, ya memang ganteng.
Mendengar jawaban Anna, Bian menyisir rambutnya angkuh.

"Maksud kakak tadi apa sih?" Tanya Anna memberanikan diri.

"Penyambutan Annaqilla tersayang, jadi terkhusus buat lo gue goyang, mantep kan?" Anna menggeleng pelan dan menatap Bian aneh, ya memang seperti ini tingkah lelaki itu. Selalu tidak jelas, waktu sebelumnya Anna sudah pernah kesini, dan Bian menyambutnya dengan menakut-nakutinya. Astaga, sudah gila.

"Terserah kamu, Kak."

"Oh ya mau makan apa? Gue pesenin—"

"Kakak ada bahan-bahan makanan?" Potong Anna membuat Bian mengangkat sebelah alisnya.

"Lengkaplah kulkas gue mah!" Jawab Bian bangga. Anna hanya menggeleng-geleng kepalanya heran. Lalu melangkah menuju dapur, kenapa hidupnya di kelilingi cowok kayak seperti tiga sekawan ini? Anna juga bingung kenapa Tuhan menuliskan nasibnya seperti ini.

"Anna, gue ganti baju dulu ya." Anna tanpa menoleh langsung menjawab.

"Iya."

"Nggak mau liat roti sobek gue?" Tawar Bian seraya mengelus perutnya ke arah Anna, Anna yang sudah menoleh terlanjur melihat tingkah menyebalkan lelaki itu.

"Tidak, terima kasih." Anna enggan tentunya, bisa-bisa ia mati berdiri karna melihatnya. Bian terlihat kecewa lalu membalikan tubuhnya.

"Nggak asik ah," ujar Bian lalu pergi meninggalkan Anna sendiri disini. Anna terdiam sejenak, kenapa bisa-bisanya ia yang menjadi sasaran permainan tiga lelaki itu yah? Anna ingin bertanya namun dia takut.

Setelah selesai masak, Anna menyajikan nasi goreng, ya hanya itu yang bisa di masaknya. Dan lelaki di depannya tanpa berkomentar terus memakannya membuat Anna bernapas lega.

ANNA (SELESAI)Where stories live. Discover now