Eighteen : sick

328K 26.1K 6.5K
                                    

Anna menatap seseorang yang kini berdiri di depannya tanpa ekspresi, jika kalian mau tahu orang itu adalah Fabian Gireaster. Entah kenapa lelaki itu melihatnya begitu dalam, membuat Anna beberapa kali menelan salivanya. seberusaha mungkin Anna tersenyum tipis lalu menyapa Bian dengan melambaikan tangannya kearah lelaki itu.

"Hai, Kak." sapaannya tak digubris sama sekali, Bian masih terfokus menatapnya tanpa ekspresi. Entah kenapa Bian, akhirnya Anna merubah rautnya menjadi datar.

"Ada apa, Kak? Ada masalah kah?" Bian mengangguk.

"Tentang apa?" tanya Anna lagi, Bian mengusap hidungnya pelan tanpa mengalihkan tatapannya sedikit pun dari Anna.

"Tentang seseorang yang sepertinya terlalu banyak memberi harapan, tapi pada kenyataannya dia nggak ada niatan memberikan harapan itu." Entah mengapa Anna langsung tersentak dengan ucapan Bian barusan, kenapa ia tersindir?

"Si-siapa?" Bian mendekat membuat jantung Anna berdetak tidak karuan.

"Dia lagi pura-pura polos, sampai buat gue gemes pengin ngabisin orang itu," ujar Bian seraya menatapnya penuh intimidasi, ya ampun apa Bian sedang membahas tentangnya? Anna mengerjapkan matanya beberapa kali lalu saat ia hendak mundur Bian malah menariknya membuat Anna semakin mendekat dan mengikis jarak keduanya.

"Anna gak ngasih ha-harapan...," cicitnya malah membuat alis Bian terangkat.

"Kok ngomong gitu? Lo merasa kah?"

"Anna gatau ucapan itu untuk Anna atau bukan, tapi jika untuk Anna, jujur dalam lubuk hati Anna yang terdalam Anna nggak mau berurusan dengan kalian, Anna malah berharap rasa cinta atau apapun itu yang ada pada kalian untuk Anna bisa hilang dan akhirnya kalian pergi dari kehidupan Anna." tak terasa air matanya turun, bilang dirinya lemah, dia sudah bingung harus apa.

"Kenapa lo malah bilang begitu?" Bian menaikkan sebelah alisnya.

"Karna jika Anna pilih salah satu dari kalian, Anna bakal nyakitin dua orang," ungkap Anna, Bian menelan salivanya lalu tatapannya turun pada bibir ranum milik Anna.

"Please, pilih gue," bisik Bian seraya terus mendekatkan wajahnya.

"Kak Bian...," panggil Anna lirih.

"Gue udah cinta banget sama lo, Ann. kalau lo nggak pilih gue, entah bagaimana kehidupan gue selanjutnya," ucap bian lagi kini mengecup bibirnya sekilas lalu kembali menatapnya.

"Tadi lo bareng Sargas kan?" Anna tak bereaksi hanya terdiam saja tidak menjawab.

"Lo gatau kan betapa sakitnya gue saat liat kalian berdua? sakit banget, bahkan gue sampai lupa kalau Sargas itu temen gue."

Anna mengambil langkah untuk menjauh merasa banyak orang yang lalu lalang, pasalnya keduanya masih berada di area sekolah, bisa-bisa ia ketahuan dan berakhir diruang BK.

"Anna lebih baik nggak pilih siapa-siapa, Kak." benar, memang sebaiknya ia tidak memilih siapapun daripada ia harus dihadapi pilihan untuk menyakiti seseorang. Bian menatap Anna masih datar, lalu Bian tersenyum tipis membuat Anna takut melihatnya.

"Terserah lo mau ngomong apa, yang terpenting gue bakal tetep ngejar lo sampai lo jadi milik gue." setelah mengatakan itu Bian langsung melangkahkan kakinya menjauh dari Anna. Anna yang mendengar ucapan Bian barusan hanya mampu menelan salivanya saja, kenapa ia harus menghadapi ini.

bahkan waktu istirahatnya kini terbuang begitu saja, bel kembali berbunyi menandakan semua murid diharuskan memasuki kelasnya untuk melanjutkan kegiatan belajar. Saat Anna membalikkan tubuhnya, ia dikejutkan dengan kehadiran Sargas yang sudah menatapnya datar.

ANNA (SELESAI)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ