Chapter 68

67.4K 3.1K 63
                                    

Suara banyak langkah terdengar memasuki kedalam sebuah ruangan.

"Bagaimana keadaannya dok?"

"Nyonya Olivia sudah sadar, tapi setengah jam yang lalu kondisinya melemah."

"Vanya, kita masuk." ajak Cindy.

Vanya mengikuti arah langkah Cindy, dan tatapannya berubah sedih saat melihat Olivia tengah terbaring lemah.

Olivia menolehkan kepalanya perlahan saat ia merasakan kehadiran Vanya.

"Vanya.." ucapnya lemah.

Vanya meraih jemari Olivia. Ia mengusap jari pucat itu. "Iya, ibu. Ini Vanya. Ibu apa kabar?"

Olivia tersenyum lemah. "Kamu memanggilku ibu?"

Vanya mengangguk. "Apa tidak boleh?"

Olivia meneteskan airmatanya. "Aku bukan ibumu Vanya, tak seharusnya-"

"Ibu, bukan hanya orang yang memiliki hubungan darah saja kan yang boleh memanggil ibu?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca. "Meskipun ibu bukan ibu kandung Vanya, tapi orang yang pertama Vanya tahu sebagai ibu kandung Vanya adalah ibu."

"Maafkan aku Vanya.." ucapnya menangis. "Tak seharusnya aku berbuat jahat pada anak sebaik kamu. Seharusnya aku tak mengambilmu dulu. Kalau tidak, kamu sudah hidup bahagia bersama Cindy dan Aditya."

"Bu, Vanya tahu apa yang dilakukan ibu bukan hal baik. Tapi Vanya bersyukur, dengan kejadian ini Vanya belajar mengenai banyak hal. Lagipula Vanya sudah bertemu dengan orangtua Vanya."

Olivia menangis pedih. "Aku berdosa Vanya.. Aku berdosa. Aku telah kehilangan anakku, aku juga telah kehilangan Helmi. Aku sendiri yang membuat mereka pergi."

Vanya mengusap tangan Olivia sambil menangis. "Mereka sudah tenang bu."

"Olivia, Tuhan telah membuatmu sadar. Lakukanlah yang baik kedepannya. Jangan pernah ulangi kesalahanmu." lanjut Cindy yang berdiri disamping Vanya.

Olivia mengalihkan pandangannya dan mengangguk. "Maafkan aku Cindy. Maafkan aku.. Aku telah berbuat jahat padamu."

"Aku sudah memaafkanmu Olivia." Cindy tersenyum.

"Aku mohon maaf pada Aditya dan anakmu juga. Aku pernah menculik anakmu dulu."

Cindy mengangguk sambil tangannya menyentuh jemari Olivia. "Tidak apa-apa. Mereka juga sudah memaafkanmu."

"Terimakasih Cindy. Aku tak pantas mendapatkan maaf dari kalian."

Cindy menggeleng. "Kita ini manusia. Tidak ada manusia yang tak pernah berbuat salah. Lagipula Tuhan meminta kita untuk memaafkan dan mengampuni orang lain kan?"

Bibir Olivia bergetar menahan isakannya. "Terimakasih Cindy." Olivia merasa sangat menyesal dengan perbuatannya. Harusnya ia tak berbuat jahat pada orang - orang. Apalagi yang telah berbuat baik padanya. Ia menyesal. Sungguh menyesal.

Olivia menatap jemari Vanya yang masih tak berhenti mengusap lengan tangannya. "Vanya, kamu akan menikah?"

Vanya melirik jari manisnya yang telah tersemat cincin dari calon suaminya. Kemudian tersenyum kearah Olivia. "Iya, sebentar lagi Vanya menikah."

Olivia meraih tangan Vanya dengan susah payah. Ia tersenyum haru. "Semoga Tuhan mendengar doaku. Aku ingin hidupmu bahagia setelah ini. Aku telah membuat hidupmu susah selama bertahun-tahun dan sekarang aku berharap tak ada lagi yang membuatmu sedih."

Vanya menjawabnya dengan anggukan.

"Cindy, boleh aku memeluk anakmu?" pinta Olivia.

Cindy mengangguk dengan senyuman tanda ia tak masalah dengan permintaan Olivia.

My Adult Senior (Complete) Where stories live. Discover now