Chapter 57

62.4K 3.3K 60
                                    

Brandon menatap geram semua orang suruhannya karena lengah menjaga Vanya. Mereka yang terpengaruh karena perkelahian dua orang didepan rumah Vanya, membuat mereka tak menyadari bahwa itu adalah pengalihan untuk mereka.

"SIAL!! KENAPA KALIAN BODOH SEKALI HAH?" Brandon mengetatkan rahangnya. "CARI DAN TEMUKAN VANYA SEKARANG!!!"

Seketika, semua pria-pria bertubuh tegap itupun beranjak pergi sambil sibuk dengan ponselnya. Mereka berusaha mencari informasi dan melacak keberadaan Vanya.

Brandon mengepalkan tangannya. Wajahnya memerah tanda ia menahan seluruh amarahnya.

Brandon berjalan mengitari seluruh ruangan rumah Helmi mencari sesuatu yang dapat menjadi petunjuknya untuk menemukan Vanya.

Tanpa sengaja, kakinya menendang suatu benda di bawah kaki meja makan. Brandon mengamati sekilas, dan akhirnya ia memilih mengambil benda itu.

"Buku siapa?" batinnya mengheran.

Brandon membuka lembaran-lembaran buku itu, dan tangannya berhenti pada lembaran yang ditulis dengan tidak begitu rapi. Tulisan itu seperti ditulis dengan cepat. Tapi walaupun begitu, Brandon masih dapat membacanya dengan jelas.

Brandon mulai membaca bagian awal tulisan itu. "Helmi? Apa yang ditulisnya?" Ia melanjutkan pandangannya sambil membaca dalam hati.

Dengan seksama ia membaca, hingga akhirnya ia menutup buku itu dan meremasnya kuat. "Shit!! Sudah kuduga!" Brandon memukul kepalan tangannya dimeja makan.

"Tapi bagaimana Helmi tahu tentang Adrian? Apa dia sudah mengetahui-" Brandon mengerutkan keningnya. "Aku rasa ini penyebab kematian Helmi!" ucapnya yakin sambil berlalu meninggalkan rumah Helmi dan membawa buku catatan itu sebagai bukti.

***

Seorang pria terlihat sedang mengikat tangan dan kaki seorang wanita yang tengah terbaring pingsan.

"Kalau sudah, kalian boleh pergi!"

"Baik nona!"

"Terimakasih Nala, kamu telah membantuku." ucap seseorang dibelakang wanita yang sedang menatap Vanya dengan tatapan kebencian.

Wanita itu menoleh dan tersenyum. "Tidak perlu berterimakasih, kamu tahu kan aku sangat tidak menyukainya?"

"Ya. Dan aku tidak menyangka bahwa kamu mengenalnya."

"Dia harus sama seperti kita!"

"Oh ya Nala, apa kamu sudah membuang ponselnya?"

"Kamu tenang saja. Aku sudah membuangnya jauh."

***

Vanya merasakan pening dikepalanya. Dari kejauhan ia mendengar suara dua orang bersenda gurau. Ia membuka matanya perlahan sambil menahan nyeri dikepalanya. Ia menggerakkan tubuhnya, tapi kenapa susah sekali? pikirnya. Vanya menundukkan kepalanya, dan menyadari bahwa tangan dan kakinya sedang diikat dengan seutas tali.

Ia menggerakkan paksa tangan dan kakinya, berusaha untuk melepaskan diri. Tapi tanpa disadarinya, gerakannya yang memaksa, membuat kakinya menendang kaki meja dan menjatuhkan vas bunga yang terletak diatas situ.

Prang!

Dua wanita yang sedari tadi duduk diruang tv sambil tertawa cekikikan, menoleh dan salah satu dari mereka berlari ke arah sumber suara.

Vanya melihat orang yang berdiri disampingnya. "Nala! Lepaskan aku!"

"Tidak semudah itu Vanya!"

"Apa yang kamu lakukan? Apa salahku?!"

"Kamu lupa dengan kesalahanmu? Bagus sekali kamu melupakannya!"

My Adult Senior (Complete) Where stories live. Discover now