Chapter 49

64K 3K 69
                                    

Rionard menutup matanya dan bersandar pada sofa yang ada diruang kerjanya. Ia sedang mencoba mencerna sesuatu.

Cklek

"Rionard!" seseorang membuka pintu dan memanggilnya dengan nada setengah berteriak.

Rionard membuka matanya dan menegakkan tubuhnya.

"Lo serius dengan yang lo bilang tadi pagi?" tanya Hans sambil berjalan mendekati tempat duduk Rionard.

Brandon yang berada dibelakang Hans segera menutup pintu ruangan dan menguncinya.

"Kapan kejadiannya?" timpal Brandon.

"Dua hari lalu." jawab Rionard.

Hans duduk dihadapan Rionard. "Lo yakin? Atau itu cuma mirip aja?"

"Gue yakin. Gue masih ingat banget detailnya."

"Gue dan Hans akan bantu lo. Gue merasa semua ini ada hubungannya dengan kita bertiga." Brandon meyakini.

"Kita harus cepat selesaikan ini. Gue gak akan biarkan orang itu terus berkeliaran di sekitar kita." ujar Hans dengan geraman.

"Ri.. lo yakin soal rencana lo?" tanya Brandon penasaran.

Rionard tersenyum sinis. "Lebih dari yakin."

"Lo harus hati-hati men.. Jangan sampai lo yang terperangkap. Gue sedikit khawatir dengan perasaan lo." cemas Hans.

"Gue udah mati rasa dengan dia." jelas Rionard.

***

"Ayah.." panggil Vanya saat masuk kedalam rumah.

Vanya berjalan ke sekeliling, sambil kepalanya menoleh kesana kemari. "Kemana ayah? Kalau memang pergi, kenapa pintu gak dikunci?"

"Vanya.." Helmi muncul dari belakang Vanya.

"Ayah darimana?" bingung Vanya.

Helmi berjalan melewati Vanya sambil melepaskan sarung tangan. "Dari taman samping."

"Ada apa Vanya?" sambungnya bertanya.

Vanya mengikuti Helmi yang berjalan kearah dapur. "Kemarin ayah ke apartemen kan.. Kenapa tidak kabari Vanya dulu?"

Helmi menghidupkan kran air dan mencuci kedua tangannya. "Ayah hanya ingin tahu kabar kamu saja."

"Biasanya ayah hanya tanya kabar lewat telfon. Kenapa tiba-tiba harus datang ke apartemen? Ayah tidak lagi berbohong dengan Vanya kan?" selidik Vanya.

Helmi terus menggosok tangannya dengan sabun tanpa menjawab pertanyaan Vanya.

"Ayah, ada masalah apa? Coba ceritakan sama Vanya." suara Vanya melembut.

Helmi membilas tangannya hingga bersih. Setelahnya ia mematikan kran air dan terdiam lama disitu. Vanya hanya menatapnya dengan heran.

"Baiklah kalau ayah tidak mau cerita-"

"Ayah bertemu ibu kamu." ucapnya tiba-tiba.

Vanya seketika membesarkan matanya. "Ibu? Ayah ketemu ibu?"

Helmi membalikkan tubuhnya menghadap Vanya. "Ya. Ayah bertemu ibu kamu. Entah kenapa mengingat masalah ibumu dan keluarga Stewart, ayah selalu memiliki firasat yang buruk.

Vanya melangkah mendekati Helmi. "Ayah.. Vanya tahu apa yang dilakukan ibu dulu. Tapi itu dulu. Mungkin sekarang ibu sudah berubah." Vanya memberikan senyumannya. "Vanya yakin, ibu tidak pernah berniat mencelakakan Vanya ataupun ayah."

My Adult Senior (Complete) حيث تعيش القصص. اكتشف الآن