Chapter 50

66.1K 3K 54
                                    

"Tante Ina? Olivia?" tanya Vanya dalam kebingungannya.

"Siapa? Ina?" Helmi berdecih. "Ternyata kau sudah mengganti nama sekarang?"

"Helmi, apa Vanya anakku?" tanya wanita itu tak percaya.

"Ya! Dia anakmu! Anak yang kau tinggalkan 25 tahun lalu!"

"Vanya..." panggil Olivia dalam kebingungannya.

Vanya terus mematung, dirinya masih belum mempercayai bahwa Ina adalah Olivia, ibu kandungnya.

Helmi menarik tangan Vanya, dan menyeretnya menuju pintu lift.

"Helmi!"

"Jangan pernah sekali - sekali sentuh anakku Olivia!" ucapnya dengan penekanan.

"Ayah.." ucap Vanya sambil menoleh kearah belakang, dimana Olivia berusaha mengejar Helmi.

"Vanya.." panggil Olivia.

Vanya tak mampu melawan ayahnya saat ini. Helmi mencengkeram tangannya begitu kuat, hingga Vanya merasakan rasa sakit hingga ke tulangnya.

Helmi berhenti didepan pintu lift dan menekan tombol yang ada disitu. Helmi menepis tangan Olivia yang berusaha untuk menggapai tangan Vanya.

"Olivia! Apa kau tuli? Aku bilang jangan dekati Vanya!"

"Dia anakku Helmi. Dia anakku.." ucapnya sambil terisak.

Helmi tak menggubris perkataan Olivia karena pintu lift sudah terbuka. Helmi menyeret Vanya kedalam lift.

Ketika pintu lift tertutup, Helmi melepaskan tangannya. Ia sadar, tangannya pasti memberikan rasa sakit untuk Vanya.

Helmi meraih Vanya, dan memeluknya.

"Ayah minta maaf." suaranya mulai melembut.

Seketika tangis Vanya pecah didalam pelukan Helmi.

***

Vanya meringkuk di sofa ruang tamu. Ia masih terus diam dalam lamunannya.

"Vanya.. Ayah harap kamu tidak bertemu ibumu."

Vanya menolehkan kepalanya dan bangun dari tidurnya. "Kenapa ayah melarang Vanya?"

"Vanya. Kamu ingat kata-katamu tadi, waktu kamu membicarakan Olivia saat kita makan?"

"Soal anaknya yang meninggal?"

"Ya. Untuk apa dia berbicara denganmu seperti itu? Jelas saja kamu itu masih hidup!" ucapnya menahan emosi. "Ayah rasa dia tidak lupa ingatan!"

"Ayah.. Vanya perlu bertemu ibu."

"Vanya!" bentak Helmi.

"Ayah.. Vanya perlu bicara dengan ibu. Vanya ingin dengar penjelasan dari ibu." Vanya memohon.

Helmi mengusap gusar wajahnya. "Vanya.. Ayah tidak bermaksud untuk menjauhkanmu dari dia. Tapi ayah takut-"

"Ayah takut ibu mencelakakan Vanya? Ayah, ibu tidak akan melakukan apapun pada Vanya. Dia tidak akan tega melukai anaknya sendiri. Lagipula untuk apa? Apa Vanya punya salah?"

Helmi menundukkan kepalanya.

"Vanya harap ayah bisa mengerti."

***

Pagi-pagi benar Vanya bangun dan beranjak dari tempat tidurnya. Ia mencuci wajahnya dan menggosok giginya. Dengan masih menggunakan piyama nya, Vanya berjalan keluar dari apartemennya. Ia menuju ke lantai 11 tempat dimana Olivia tinggal.

My Adult Senior (Complete) Onde histórias criam vida. Descubra agora