Chapter 30

98.9K 4K 17
                                    

"Kakakkk!!!" teriak Adel dengan wajah cemberut.

"Apa?"

"Kak Brandon bilang, kakak bentar lagi mau nikah ya.. Ck! Kakak gak asik!" ucapnya sebal sambil memeluk sebelah lengan Rionard.

"Hah.. anak ini lagi.." gerutu Vanya dalam hati.

Vanya memandang malas orang yang sedang bergelayut manja pada pacarnya. Vanya yang semula berdiri berhadapan dengan Rionard sambil keduanya mengeringkan tubuhnya dengan handuk, memutar balikkan tubuhnya hendak masuk kedalam rumah.

Vanya menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya kebelakang saat tangan sebelahnya digenggam oleh Rionard.

"Aku kedalam. Mau bilas dulu.."

Rionard tetap menggenggam tangan Vanya tanpa membalas ucapannya.

"Ri..." ucap Vanya lembut.

Rionard menolehkan kepalanya disamping melihat Adel yang masih betah di lengan kekarnya.

"Adel, boleh aku tinggal sebentar? Kamu tunggu diruang tengah dulu ya. Kan ada Brandon, kasian gak ditemanin. Aku ada perlu sebentar."

Adel melepaskan tangannya dan menghela nafas sesaat. "Oke.. Tapi nanti kita ngobrol ya. Aku mau bicara sesuatu sama kakak."

"Oke. Tapi kamu jangan keluyuran kemana-mana."

"Iya.. Iya.. Tahu." ucapnya mengerti dengan wajah malas.

Setelahnya Rionard menarik tangan Vanya masuk kedalam, membawanya naik ke atas dan masuk kedalam kamar.

Vanya melepaskan tangan Rionard dan berjalan masuk kedalam kamar mandi. Ia melepaskan bajunya yang basah dan menyalakan shower yang ada didepannya. Ia segera membilas tubuhnya karena rasa kesat yang berasal dari chlorine.

Tanpa ditebak, Vanya sudah tahu siapa orang yang sedang menggodanya dengan mencium bahu dan lehernya saat ini.

"Kamu masih marah?"

"Gak."

"Aku tahu kamu masih kesal dengan Adel."

"Sedekat apa kamu dengan dia, sampai dia senempel itu dengan kamu?" Vanya beranjak dari tempatnya, meraih handuk dan meninggalkan Rionard.

Rionard terlihat keluar dari kamar mandi saat Vanya mengambil pakaian dalamnya. Pria yang sedang menggunakan handuk yang terlilit di pinggangnya itu memperhatikan Vanya.

"Adel itu adiknya Adrian yang kamu tanya waktu itu." ucap Rionard yang membuat Vanya berhenti dari aktivitasnya.

"Saat aku SD aku sering kesini dengan Brandon dan Hans. Setiap hari libur aku dan mereka pasti memilih tempat ini untuk berlibur. Sampai akhirnya aku bertemu dengan anak laki-laki yang usianya sama dengan kami, setiap hari menjajakan kue kedaerah sini." lanjut Rionard.

"Anak itu Adrian?" tanya Vanya.

"Iya."

"Singkat cerita kami berteman dengannya dan kami sering bermain bersama disini. Dari situ aku tahu kalo Adrian itu adalah anak yatim piatu yang tinggal bersama bibi dan pamannya juga adik kecilnya yang menderita Kardiomiopati Restriktif. Penyakit kelainan jantung yang membuatnya perlu transplantasi jantung."

"Adrian sangat giat berjualan entah itu saat disekolah ataupun setelah pulang sekolah. Ia ingin mengumpulkan uang untuk operasi adiknya. Dan kami, aku, Brandon, dan Hans diam-diam ikut menabung dari uang jajan kami untuk membantu Adrian. Kami berjanji akan menolong Adrian, supaya ia bisa melihat adiknya sembuh." lanjut Rionard lagi.

"Lalu kemana Adrian sekarang?" tanya Vanya.

Rionard menunduk sambil tangannya bercekak di pinggang. "Ada suatu peristiwa yang membuat Adrian pergi untuk selamanya."

"Adrian sudah meninggal?" kaget Vanya.

Rionard mengangguk dengan raut wajah sedih.

Vanya mendekati Rionard dan menggenggam tangannya. "Kalo gak sanggup cerita, gak usah dilanjutin." ucap Vanya lembut.

"Aku gak apa-apa. Aku harus ceritain ini ke kamu." ucapnya sambil mengelus pipi Vanya.

"Aku masih ingat jelas kejadian itu. Tepatnya saat kami berumur 12 tahun."

"Kejadian apa?"

Rionard menghela nafasnya. "Aku, Brandon dan Hans pernah diculik."

Vanya menunjukkan wajah kagetnya tanpa mengeluarkan suara.

"Adrian berniat menolong kami, tapi hal itu malah membuatnya kehilangan nyawa sebelum ia sempat melihat adiknya sembuh. Padahal dua minggu lagi Adel akan dioperasi karena orangtua kami membantu mencarikan donor jantung dan mau membantu biaya operasinya."

"Apa Adrian dibunuh penculik itu?" tanya Vanya.

"Iya. Tapi penculik itu sudah mati tertembak, saat ia berusaha melarikan diri dari kejaran polisi."

Vanya memeluk Rionard dan mengelus punggung telanjangnya. "Pasti sulit sekali hari itu."

Rionard membalas pelukan Vanya. "Sulit sekali."

"Apa kalian yang mengurus Adel sampai sekarang?" Vanya melepaskan pelukannya.

"Iya. Brandon dan Hans yang paling sering menjenguknya karena setelah kami selesai kuliah di Amerika, mereka pulang ke Indonesia. Beda denganku yang harus melanjutkan bisnis keluarga disana."

"Maka dari itu Adel manja sekali dengan kamu, karena dia sudah lama gak ketemu kamu?"

Rionard balas dengan anggukan. "Adel sangat terpukul waktu tahu Adrian meninggal. Kondisinya sempat drop sebelum operasi. Untung saja itu tidak berlangsung lama. Sampai akhirnya operasi itu berjalan dan selesai dengan baik."

"Dibalik sifat manjanya sebenarnya Adel itu anak yang rapuh. Apalagi dia sekarang hanya hidup berdua dengan bibinya. Karena pamannya sudah meninggal karena sakit. Semakin menambah kesedihannya. Oleh sebab itu aku berusaha membuat Adel tersenyum."

"Tapi apa dia tidak mengerti kalo kamu sudah punya pacar?"

"Dia tahu kok, sangat tahu malahan. Dia hanya berusaha mencari tahu dengan tingkahnya apakah setelah aku menikah, aku masih bisa memberi perhatian untuknya. Perhatian sebagai adik kakak tentunya. Dan hal itu juga terjadi sebelum Hans menikah dengan Melani."

"Dia ngerjain aku?" tanya Vanya cemberut.

"Sedikit." Rionard terkekeh.

"Masih marah?"

"Sebenarnya aku gak pernah marah kamu dekat dengan siapapun. Tapi gak ditambah acara mesra-mesraan."

"Gak kok. Setelah ini aku jamin gak ada lagi yang mesra-mesra dengan aku. Kecuali kamu.." Rionard melepaskan handuk yang terlilit di tubuh mulus Vanya.

"Rio! Apaan sih?" marah Vanya.

"Sebelum kita pulang, aku mau hukum kamu karena kemarin kamu buat aku tidur dikamar lain. Kamu sengaja kan kunci pintu kamar?" ucapnya sambil menatap Vanya dengan penuh gairah.

Vanya hanya bisa menutup matanya dan menggigit bibir bawahnya merasakan kenikmatan yang menjalar ditubuhnya saat Rionard berhasil menjelajahi tubuhnya dengan ciuman liarnya. Dan sekarang, Vanya hanya pasrah saat Rionard membuka kakinya lebar untuk menusukkan miliknya yang sudah mengeras kedalam lubang kenikmatan Vanya.

"Vanya.. You're mine.."

***

05/09/19

My Adult Senior (Complete) حيث تعيش القصص. اكتشف الآن