Chapter 21

120K 4.9K 50
                                    

Vanya terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk yang mengganggunya. Vanya menyibakkan selimutnya untuk beranjak ke kamar mandi. Ia melihat sebentar kesampingnya memastikan keberadaan Rionard.

"Kemana dia? Apa dia marah?" batin Vanya.

Tanpa berlama-lama berpikir, Vanya segera melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi. Belum ia membuka pintu ia mendengar suara desahan dari dalam sana.

Vanya mengernyitkan keningnya. "Rio? Itukan suaranya."

Vanya menggeser pintu sedikit, ia ingin memastikan. Vanya terkaget melihat Rionard berdiri sambil tangan sebelahnya menekan dinding, yang sebelahnya lagi sedang mengocok kejantanannya. Vanya membulatkan matanya seketika menyaksikan tontonan dewasa didepannya langsung.

Bukan Rionard namanya jika tidak peka dengan kehadiran orang lain. Ia menolehkan kepalanya dan melihat pintu sudah sedikit terbuka tanpa ada siapa - siapa disitu.

Vanya mengurungkan niat untuk kekamar mandi, ia memilih mengambil minuman untuk menghilangkan rasa gugupnya. Tak lama ia mengangkat panggilan dari Lydia yang  mengajaknya curhat di tengah malam.
Vanya cukup lega, dengan mengobrol seperti ini mampu menghilangkan sedikit rasa gugupnya.

Vanya menggenggam ponselnya erat saat ia merasakan seseorang memeluknya dari belakang dan mencium tengkuk serta lehernya.

Tubuhnya yang awalnya menegang akhirnya perlahan-lahan mulai menikmati. Sejujurnya ia ingin menolaknya, tapi tubuhnya berkata lain. Cuaca yang cukup dingin malam ini mendukung meningkatkan gairah dalam dirinya.

"Mmmhhh.." desah Vanya tanpa sadar.

"Van.. kamu kenapa? Dengar gak sih aku ngomong?"

"Iya-Lid, aku de-ngar-kok." ucap Vanya tertahan karena tangan Rionard sedang berada di kedua payudaranya dan memberikan usapan lembut.

"Kamu sakit?" cemas Lidya.

"Gak-kok." mata Vanya terpejam menikmati perlakuan Rionard.

"Kita sambung pas kamu udah balik aja. Kabarin ya kalo udah sampe. Kamu istirahat aja sekarang."

"Oke." jawab Vanya dan mematikan ponselnya.

Tanpa berlama-lama, Rionard mengangkat tubuh Vanya dan meletakkannya diatas kasur hotelnya. Rionard beranjak naik keatas kasur dan segera melumat bibir Vanya.

"Sudah berapa lama kamu liat?" tanya Rionard.

"Apanya?" jawab Vanya gugup.

"Vanya, sejak kapan kamu hobi berbohong?" tanya Rionard sambil mencecap leher putih Vanya.

"Mmmhhh... Belum lama.." Vanya mendesah.

"Kamu tahu, itu semua karena kamu Vanya." bisik Rionard parau.

Rionard melepas satu persatu kancing blouse yang dikenakan Vanya sambil bibirnya terus melumat tanpa henti.
Ia terus melanjutkan aktivitasnya sampai akhirnya Vanya berakhir tanpa menggunakan sehelai benang pun.

Ia menghentikan ciumannya dan membuka seluruh pakaiannya yang masih lengkap. Vanya menelan salivanya saat ia melihat Rionard menurunkan boxernya dan memperlihatkan sesuatu yang menyembul keluar dari sana. Saat di kamar mandi tadi ia tidak melihatnya karena posisi Rionard yang membelakangi nya. Dan saat ini ia secara nyata melihat seluruh bentuknya.

Rionard merangkak naik keatas Vanya. Ia memperhatikan wajah Vanya yang memerah, semakin meningkatkan gairahnya.

"Kamu selalu cantik, dari dulu." puji Rionard.

My Adult Senior (Complete) Where stories live. Discover now