Chapter 38

72.6K 3.2K 16
                                    

"Ri.. Kenapa gak kasi tahu aku soal aku yang harus ikut kamu ke Amerika?"

"Tadi udah dikasi tahu kan?"

"Iya. Tapi mendadak."

"Apa kita gak bisa tinggal di Indonesia aja?"

"Vanya, kamu kan tahu aku harus kembali lagi ke Amerika. Disini hanya sementara, sampai Joanna dinyatakan siap. Kenapa? Kamu gak bisa ninggalin Indonesia?"

"Aku masih betah kerja disini."

"Kamu bisa terus dirumah nantinya. Gak perlu kerja. Kamu bisa belanja, jalan-jalan, spa, pokoknya terserah kamu."

"Ri.. Aku gak terbiasa dengan hal seperti itu. Itu gak nyaman buat aku."

"Jadi kamu mau kita LDR aja? Kamu tetap disini, aku disana? Van.. Dalam waktu dekat, kita itu akan menikah. Jangan kita buat gagal hanya karena perdebatan masalah dimana kita akan tinggal."

Vanya menyandarkan kepalanya di sandaran kepala jok mobil. Ia menatap lurus kedepan.

"Kalo tinggal disana, boleh aku kerja?"

Rionard menolehkan kepalanya sebentar, kemudian itu kembali lagi menatap kedepan. "Gak, kalo Tuhan sudah kasi kita anak."

"Aku juga tahu kalo sudah jadi ibu, aku akan fokus merawat anak kita. Selama belum menjadi orangtua, aku masih mau kerja dulu."

"Selama aku kerja, aku juga gak akan lupa tugasku sebagai seorang istri. Aku akan berusaha membagi waktuku dengan baik." lanjutnya bicara.

"Ya. Terutama tugasmu dimalam hari."

Vanya memicingkan matanya kearah Rionard. "Aku akan buat kamu langsung tidur setiap pulang kerja."

"Silahkan. Tapi jangan harap kamu bisa kerja besok harinya." Rionard menunjukkan senyum liciknya.

"Sepertinya aku akan menikah dengan makhluk menyeramkan." ucapnya ngeri.

"Van.. Aku tahu sebenarnya kamu sudah lebih dulu tahu soal tantangan yang ayah kamu kasi ke aku."

"Maaf, aku bohong." aku Vanya merasa bersalah.

"Kenapa tahu?" tanyanya penasaran.

"Dari awal aku sudah bisa baca drama kamu. Lagian waktu ayah kamu bilang setuju, kamu gak kasi respon apapun. Kamu itu sangat mudah dibaca sayang.."

"Hehehe.. Sekali - sekali ngerjain kamu, gak apa-apa kan?"

"Kayaknya kita perlu ke dokter."

"Kamu sakit?"

"Kamu benar-benar amnesia kayaknya. Kamu lupa ini bukan petama kalinya kamu ngerjain aku."

"Sepertinya aku amnesia." Vanya memegang kepalanya yang tidak sakit.

"Ingat, jangan coba-coba kunci pintu kamar nanti malam!"

"Sepertinya aku perlu pura-pura sakit." ucap Vanya terkekeh.

***

"Halo mom.. belum tidur?" Rionard melirik running watch hitam legam nya. Ia tahu perbedaan waktu antara Indonesia dan Inggris. Jika di Indonesia jam 6 pagi, berarti disana sedang tengah malam pikirnya.

"Demi telfon kamu ini. Mommy tahu pasti jam segini kamu udah bangun."

"Ada apa mom?" ucapnya sambil menyeka keringat dengan handuk.

"Kamu dan Vanya bagaimana? Baik?"

"Kami berdua baik."

"Syukurlah.. Mommy hanya mau kasi tahu, 3 hari lagi kami akan ke Indonesia. Kita akan bicarain soal pernikahan kalian. Sekalian ada yang mau mommy urus di Indonesia."

"Oke. Aku akan kosongkan jadwal."

"Ri.. mommy dengar Natalie ada di Indonesia. Mommy hanya sedikit khawatir."

"Tenang aja mom. Semuanya pasti baik-baik aja."

"Baiklah, mommy percaya padamu. Mommy istirahat dulu ya.. Salam untuk Vanya."

"Oke. Mommy dan daddy jaga kesehatan."

"Ya. Love you, son."

"Love you too.."

Tut.. Tut.. Tut..

Rionard mmemencet kembali layar ponselnya, karena sebelumnya ia melihat panggilan tunggu ketika ia sedang berbicara dengan ibunya.

"Bro.. Lo udah dapat info soal yang kita cari kemarin?"

"Belum semuanya."

"Lo yakin kejadian penculikan itu gak ngelibatin 1 orang?"

"Penculik waktu hanya ada 1. Tapi gue yakin ada orang lain lagi. Dan dia adalah pelaku sebenarnya."

"Gue baru aja ingat, kita harus cari orang yang pernah gue temuin waktu kita kabur dari gudang itu. Gue rasa kita bisa sedikit dapat jalan dari orang itu."

"Kita harus cepat selesaikan masalah ini."

"Gue gak akan kasi ampun. Dia harus bayar harga atas nyawa Adrian." geram Rionard.

"Soal Vanya? Udah ketemu?"

"Belum.. Gue sedang berusaha. Sepertinya dia mengubah identitasnya."

***

16/09/19

My Adult Senior (Complete) Where stories live. Discover now