Chapter 7

151K 6K 54
                                    

"Dude.. Gimana? Lo datang bareng pasangan kan?"

"Iya.. Tenang aja."

"Jangan gak ya.. Lo jangan banyak alasan lagi."

"Kalo banyak omong lagi, batal gue."

"Wohho.. Santai bro. Kayak lagi dapat aja lo. Oh ya, lo gak apa-apa kan kalo misalnya ketemu Natalie?"

"Iya. Gak masalah."

"Oke deh. Lo lanjut kerja lagi. Gue gak sabar ketemu sahabat - sahabat gue. Love you dude."

Rionard tersenyum mendengar kata - kata terakhir sahabatnya. Tapi setelahnya ia kembali diam, seperti sedang memikirkan sesuatu.

Tok.. Tok..

"Selamat sore Sir, nona Vanya sudah disini."

"Iya.. Suruh masuk saja."

Vanya masuk dan berjalan mendekati meja kebesaran Rionard.

"Mr. Stewart, kenapa saya harus kesini?"

"Rio. Cukup Rio. Mr. Stewart terlalu formal untukku.

"Bukannya itu lebih bagus Sir.. Anda kan-"

"Dengarkan dan lakukan saja!"

Vanya merasa tidak nyaman dengan nada penekanan dari Rionard. Suasana terasa sangat dingin.

"Kita akan berangkat ke Bali 2 jam lagi. Kamu tunggu sebentar disini, aku harus menyelesaikan sedikit pekerjaan. Setelah itu kita ke bandara." berbicara sambil pandangannya meneliti dokumen yang ada didepannya.

"Sir- maaf Rio, kita ke Bali? Sekarang? Kenapa tiba-tiba? Kenapa anda tidak memberitahu saya sebelumnya?"

Rionard tidak menjawab apapun.

"Bagaimana barang - barang saya? Bagaimana saya bisa pergi tanpa membawa barang-barang saya. Baju dan yang lainnya-"

"Aku sudah menyiapkan semuanya. Sekali lagi kamu berbicara aku akan membungkam mulutmu."

***

Vanya dan Rionard sudah berada di dalam burung besi yang mengantarkan mereka ke pulau dewata. Mereka duduk di bangku first class.

"Kita disana akan menghadiri pesta pernikahan sahabatku. Dan mungkin tidak ada orang yang kau kenal disana. Kuharap kau bisa beradaptasi disana."

"Berapa lama?"

"Lusa kita pulang."

"Apa tugasku disana?"

"Bagus kamu bertanya. Tugasmu itu adalah menjadi pacarku."

"Apa?" Vanya terkejut mendengarnya.

"Lakukan apa yang aku suruh. Tidak ada penolakan."

"Tapi-"

Cup

Vanya terdiam seketika. Ia sadar betul bahwa wajahnya pasti sedang memerah saat ini. Ia mendapatkan serangan langsung di bibirnya.

"Itu untuk orang yang terlalu banyak bicara. Aku masih bisa melakukannya jika kamu masih menginginkannya."

"Tidak perlu!" sambil memalingkan wajahnya ke samping menahan malu. Di satu sisi ia merasa senang karena senior yang disukainya berhasil menciumnya, tapi di sisi lainnya ia merasa takut. Karena ini adalah ciuman pertamanya.

***

Burung besi yang melayang bebas di angkasa telah menempuh perjalanan kurang dari 2 jam, sekarang telah mendarat mulus di bandara Ngurah Rai Bali. Sebuah mobil menjemput mereka berdua dan melaju membawa mereka kesebuah hotel berbintang didaerah dekat pantai Sanur.

Rionard berbicara kepada resepsionis dan setelahnya ia menerima sebuah keycard. Mereka menaiki lift menuju lantai 7 dimana sebuah kamar suite menjadi tempat peristirahatan mereka.

"Ri.. Kita tidur berdua?" bicaranya pelan.

"Kalo mau pisah, silahkan bayar sendiri."

"Ck! Orang kaya pelit." gerutunya.

"Ri.. Saya mau ngomong sesuatu." Vanya berbicara ketika mereka sudah berada dalam kamar.

"Saya? Santai saja pakai aku." ujarnya sambil matanya menatap ponselnya.

"Hmm.. Aku- Aku tidur di sofa aja ya.." ucapnya ragu.

"Terserah." sambil dirinya masuk ke kamar mandi tanpa memperdulikan wajah Vanya yang mulai cemas.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Tapi Vanya belum bisa menutup matanya. Ia masih merasa takut kalau-kalau si senior gilanya itu nekad menyentuhnya. Vanya masih setia menonton TV, sedangkan Rionard belum kembali ke kamar sejak mereka makan malam di resto hotel.

Vanya tersenyum sendiri mengingat ciuman di pesawat tadi. Ia menutup wajahnya karena malu. Sejauh ini Vanya tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Merasa belum dapat yang sesuai hatinya. Padahal laki-laki sudah menanti. Pernah juga yang datang melamarnya. Lagi-lagi Vanya bisa menolak.

Rionard berjalan menyusuri lorong kamar untuk sampai di kamar suite nya. Ia melihat jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 1 dinihari.

Klek

Ia memandang ke arah TV, disana seorang wanita sedang tertidur pulas di atas sofa. Ia beranjak untuk tidur di bed king sizenya. Ketika ia hendak menarik selimut, ia mendengar sebuah suara dari depan TV.

"Ayah.. Maafkan Vanya. Maafkan Vanya. Jangan hukum Vanya. Hiks.. Hiks.. Hiks.." Vanya terisak sambil matanya terpejam.

Seketika Rionard bangun dan membangunkan Vanya, tapi wanita itu tetap tertidur sambil menangis. Rionard mengangkatnya ke atas kasur dan segera memeluknya memberikan ketenangan. Jujur, ia merasakan sesuatu yang tak biasa saat memeluk tubuh Vanya. Ada rasa hangat dan nyaman, saat ia mendekap. Entahlah.. Mungkin ini pengaruh sudah subuh pikirnya.

Vanya sudah merasa tenang saat cukup lama dipeluk. Akhirnya Rionard melepaskan pelukannya dan membiarkan Vanya tidur tenang di sampingnya. Saat ia mulai mengantuk dan memejamkan matanya, ia membuka matanya kembali. Ada sesuatu yang tiba-tiba mengundang gairahnya. Sebuah tangan membelai dada bidang Rionard sampai akhirnya turun pada sebuah gundukan dibalik celana tidurnya.

"Ahh.." akhirnya desahan itu keluar dari mulutnya.

Tak butuh waktu lama untuk membuat benda dibalik celana itu benar-benar mengeras. Tangan Vanya benar-benar berpengaruh pada gairahnya. Ia akui, sejak kepulangannya ke Indonesia ia belum menyentuh wanita. Hampir.. Ya hampir. Tapi itu gagal ketika seseorang tanpa sengaja terdorong masuk kedalam ruangan di club. Ajaibnya juga, baru kali ini ia merasakan sebuah sentuhan yang berhasil dengan cepat meningkatkan gairahnya. Biasanya perlu waktu cukup lama untuk benar-benar maksimal. Bukannya ia seorang impoten atau lainnya tapi sentuhan yang ia rasakan selama ini tidak ada yang mampu memberikan getaran dahsyat untuknya. Baru kali ini.. Ya baru kali ini.

Kalau saja dihadapannya ini seorang jalang, mungkin ia akan dengan segera menerjangnya. Tapi kali ini berbeda. Lagipula dirinya bukan pria yang senang menyentuh wanita saat tidak sadar. Sungguh menyiksa, sampai akhirnya dirinya memutuskan untuk menuruni ranjangnya dan berlari ke kamar mandi.

"Vanya.. Kamu harus membayar perbuatanmu." ucapnya saat ia menutup pintu kamar mandi.


***


11/08/19

My Adult Senior (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang