Chapter 11

139K 5.5K 95
                                    

Brandon berjalan masuk kedalam kamar mandi dan mengambil sebuah handuk besar disana. Setelahnya ia berjalan keluar dan berhenti tepat didepan kamar tamu.

"Nih.. Keringin dulu badan lo. Kalo mau ganti pakaian, ke kamar gue. Semoga aja ada ukuran buat lo." sambil melempar handuk.

"Baju gue banyak di koper. Nanti gue numpang ganti aja."

"Semoga Vanya gak apa-apa. Gue prihatin sama dia. Keterlaluan si model menor itu. Rusak tu perempuan." kesal Brandon.

"Lo kapan balik? Tiba-tiba aja lo nongol disini. Kayak setan lo." lanjut Brandon.

"Tante Cindy hubungin gue, katanya sabtu ini ultah. Pas dengan jadwal gue balik kesini. Ya udah, dari bandara langsung kesini, tapi sedikit telat sih."

"Gak kok. Timingnya pas dengan drama yang lo buat barusan." kekeh Brandon.

"Gue udah panik setengah mati, lo bilang drama?" kesal Rionard.

"Lo udah mulai care ya dengan Vanya? Gue berharap lo gak nyakitin Vanya dalam bentuk apapun." ucapnya serius.

Rionard tidak menjawab apapun. Ia menatap sahabatnya.

"Lo suka sama Vanya?"

"Kalo gue ketemu dia sebelum lo, mungkin dia udah jadi pacar gue. Atau udah istri mungkin. Tapi sayangnya nasib itu gak berpihak ke gue."

Cklek

"Terimakasih dok, maaf sebelumnya sudah mengganggu kesibukan anda." ucap Cindy sambil berjalan mengantar dokter keluar kamar.

"Tidak apa-apa nyonya Sebastian. Ini sudah menjadi pekerjaan saya. Jangan lupa minum obat yang sudah saya resepkan." ucap dokter mengingatkan.

"Iya dok. Sekali lagi terimakasih." Cindy menjabat tangan dokter itu.

"Tante, Vanya gimana?" cemas Rionard.

"Dia gak apa-apa. Untung kamu cepat nyebur tadi. Soalnya pas kecebur itu kakinya kram, makanya dia gak bisa berenang naik keatas." jelas Cindy.

"Makasih ya Ri udah nyelamatin Vanya. Oya, tadi mama kamu telepon tante, nanyain kamu. Kayaknya ucapan kamu yang tadi di kolam udah nyebar ke mana-mana. Sampai mama kamu yang lagi di lain benua aja udah tahu." tambah Cindy.

"Hahahaha.... Mampus lo bro. Bentar lagi pasti tante Tiara ngebut ke Indo." timpal Brandon.

***

"Van, ini obat lo. Diminum, jangan gak." perintah Brandon sambil meletakkan bungkusan obat diatas nakas.

"Makasih Bran. Maaf buat acara mama kamu rusak." Vanya tertunduk.

"Gak apa-apa, yang penting lo selamat. Van, malam ini lo nginap disini ya. Tadi gue udah bilang Lidya, buat nemanin lo disini. Lo jangan pulang dulu, lo masih lemah."

"Aku udah sehat kok. Aku gak mau repotin keluarga kamu." ucap Vanya tidak nyaman.

"Kalo lo pulang, lo pasti di omelin mama. Kalo lo siap sih gak apa-apa juga."

"Tapi-"

"Udah cukup tapinya. Malam ini dilarang menggunakan alasan. Sebentar lagi makanan lo datang, terus minum obat udah itu istirahat." tegas Brandon.

Vanya menoleh kearah pintu, ia mendengar suara pintu terbuka.

"Vanya.. Kita pulang besok-"

"Kamu kenapa Lid?" tanya Vanya bingung.

"Ehm.. Van, gue keluar dulu ya. Jangan lupa minum obatnya." tiba-tiba Brandon beranjak dari tempat tidur dan segera berjalan keluar melewati Lidya tanpa menoleh kearahnya.

Setelahnya Lidya menutup pintu dan beranjak naik kesamping Vanya.

"Ada apa sih? Kenapa aku jadi aneh liat kalian berdua?" Vanya penasaran.

"Ah.. Gak pa-pa kok. Kamu kayaknya berlebihan." Lidya berucap sambil tertawa paksa.

"Kamu udah minum obat?" tanya Lidya mengalihkan pembicaraan.

"Bentar lagi. Aku gak enak banget sama Brandon Lid. Pasti heboh ya tadi?" Vanya berbaring menyamping menghadap Lidya.

"Lumayan." Lidya mengangguk.

"Hmm.. Kenapa juga nih kaki pake kram mendadak. Kalo gak kan aku bisa naik sendiri, gak perlu Brandon nolongin. Aku gak enak diliat sama keluarganya." 

"Brandon?" Lidya mengerutkan dahinya.

"Iya. Kan dia yang nolongin aku." Vanya memperjelas.

"Berarti kamu belum sadar sepenuhnya waktu kamu muntahin air?"

"Aku hanya tahu yang gendong itu laki-laki. Aku bisa ngerasain. Dan pasti itu Brandon. Dia yang dekat ditempat kejadian tadi. Dia pasti yang nolongin aku."

"Pede banget." ejek Lidya.

"Gak mungkin kan kamu?"

"Emang bukan aku. Tapi juga bukan juga Brandon." jelas Lidya.

"Siapa?" tanya Vanya sambil memajukan badannya kearah Lidya.

"Aku gak tau namanya. Yang pasti orangnya ganteng, tinggi, dan gentle banget Van." Lidya menjelaskan.

Vanya mengerutkan dahinya. "Pak satpam?" tanyanya asal.

"Gila! Orang keren begitu kamu bilang satpam? Kamu tahu gak pas dia bawa kamu naik keatas, uh.. seksi banget. Otot dibalik kemejanya yang basah, benar-benar wow banget." sambil memejamkan mata mengingat apa yang dilihatnya beberapa jam lalu.

"Lid. Kok aku ngeri ya?" Vanya bergidik.

"Harusnya kamu tuh bersyukur. Awalnya Brandon emang mau nyebur, tapi keduluan dia. Gak tahu tu orang muncul dari mana?"

"Brandon kenal?"

"Kenal dong Van. Aku sempat liat mereka ngobrol berdua tadi pas kamu di periksa dokter. Kayaknya mereka dekat. Kalo gak salah Brandon sebut namanya Ri- Ri apa ya?" Lidya berusaha mengingat.

"Ri? Rionard?" teriak Vanya bersamaan  dengan bola matanya yang membesar.

"Iya Van.. Kayaknya benar itu deh." yakin Lidya.

Vanya menutup kedua matanya, tiba-tiba ia merasa malu.

"Kayaknya kalian saling kenal deh. Dia kenal kamu soalnya. Panggil - panggil nama kamu terus pas kamu gak sadar-sadar. Panik banget tu orang. Dia pacar kamu Van?"

"Bukan." tegas Vanya.

"Tapi dia bilang gitu."

"Hah?" Vanya kaget.

"Iya, semua orang kaget waktu dia kasi tahu kalo kamu pacarnya." jelas Lidya

Vanya menghela napas panjang. Ia menepuk keningnya pelan.

"Kamu tahu gak yang lebih kerennya lagi, pas adegan napas buatan. Total banget dia. Aku berasa lagi nonton Descendant Of The Sun. Baper parah." Lidya semakin antusias bercerita.

"Udah kamu sempat sadar, dia langsung angkat kamu-"

"Lid, stop. Gak usah dilanjutin lagi." Vanya berbaring terlentang.

"Van.. Aku setuju banget kalo kalian benaran jadian. Kayaknya dia juga baik. Aku liat banget dia care sama kamu." ucap Lidya meyakinkan.

"Udah Lid. Udah cukup." potong Vanya.

"Ih Vanya.. belum juga selesai." kesal Lidya.

Vanya tersenyum sambil membalikkan tubuhnya menghadap nakas dan meraih ponselnya yang bergetar.

Text Message

From : +628***

Selamat malam sayang.. Apa kabar? Aku akan menemuimu.

"Siapa lagi ini?" Vanya mengerutkan keningnya.

***

21/08/19


My Adult Senior (Complete) Where stories live. Discover now