Chapter 40

76.9K 3.3K 54
                                    

"Hai Vanya.. Akhirnya aku bisa ketemu langsung dengan kamu." peluk hangat seorang wanita cantik berambut cokelat sepunggung.

"Iya, aku juga senang bisa ketemu sama kamu Joanna." balas Vanya senang.

"Aku bersyukur akhirnya ada juga yang bisa nyelamatin hatinya Rionard. Aku pikir dia gak bakal suka lagi sama cewek." ucap Joanna sambil melepas pelukannya.

"Emangnya aku homo kayak sahabat sejati kamu si Tasya itu?" kesal Rionard.

Vanya tertawa mengingat siapa yang dimaksud Tasya. Ia pernah bertemu beberapa bulan lalu di Bali saat pernikahan Hans. Orang yang pernah memberinya semangat untuk meluluhkan hati pria yang sudah menjadi pacarnya ini.

"Tunggu sebentar, aku angkat telfon dulu." Rionard sedikit menjauh dari Vanya dan Joanna sambil mengangkat panggilan dari ponselnya yang baru saja berdering.

Tak sampai semenit, Rionard kembali kearah Vanya dan Joanna.

"Maaf aku harus ke kantor sekarang. Ada sedikit pekerjaan yang harus aku selesaikan. Kalian aku antar pulang dulu."

"Kamu gak sibuk kan Van? Kita pulang sendiri aja ya.. Kita kan belum pernah ngobrol langsung. Kita jalan-jalan dulu." ajak Joanna.

"Aku sih gak apa-apa. Memangnya kamu gak capek? Kamu baru aja sampai. Perjalanan kamu itu lebih dari 24 jam."

"Gak apa-apa.. Ntar pas pulang langsung tidur sepuas-puasnya sebelum mommy sama daddy kesini."

"Gimana kak? Boleh ya.. Kapan lagi aku punya waktu ngobrol sama calon kakak ipar aku. Kamu kan tahu, kalo gak karena aku harus urus perusahaan disini, pasti aku gak sesibuk sekarang." bujuknya kepada Rionard.

Rionard berpikir sejenak. "Oke, aku ijinkan. Tapi kalian harus diantar supir. Kalo gak mau, aku gak akan kasi ijin."

"Iya.. Iya.. Kamu tuh ya kak, udah segede ini masih aja di khawatirin." Joanna menggelengkan kepalanya.

Tak lama Rionard menghubungi supir keluarganya, dan ia segera meninggalkan Vanya dan Joanna setelah sebelumnya ia memberikan sebuah kecupan di bibir Vanya yang berhasil membuat Joanna memutarkan bola matanya.

***

Vanya dan Joanna sedang menikmati makanan di salah satu restoran Jepang yang berada di sebuah mall besar di tengah ibukota.

"Van.. Aku gak nyangka rupanya kita seumuran. Aku pikir kamu lebih tua dari aku." ucapnya sambil mengunyah sushi.

Vanya tersenyum menanggapi Joanna. "Kamu tahu, dulu aku pikir anak Mr. Benedict itu cuma kamu."

Joanna mengangguk. "Banyak yang ngiranya gitu. Soalnya cuma aku yang kelihatan terus. Lagian aku udah sama keluarga mereka kan dari aku umur 3 tahun. Pasti banyak yang gak tahu kalo aku bukan anak kandung mommy dan daddy. Kecuali udah lama banget kenal mereka."

"Rio pasti udah cerita banyak ya tentang aku. Kenapa aku bisa dikasi hak penuh untuk mengurus perusahaan yang dibangun grandpa waktu muda? Kalo dipikir, gak semudah itu akan kasi wewenang kepada orang yang gak ada hubungan darah."

"Iya, awalnya aku juga sempat mikir sih.. Tapi setelah tahu bahwa kamu itu sebenarnya adik sepupu Rio yang diangkat menjadi anaknya orangtua Rio, disitu aku ngerti."

"Iya, karena kecelakaan 22 tahun lalu yang mengakibatkan orangtua aku meninggal. Tapi aku bersyukur, meskipun aku bukan anak kandung mommy dan daddy, mereka selalu memperlakukan sama antara aku dan Rionard. Malah dulu Rionard sering dimarah karena gak bisa jaga aku dengan benar. Tapi setelah dewasa, tuh manusia kelewat protect."

Vanya mengangguk menyetujui perkataan Joanna.

"Oh ya, kalo Deana hidup, kita bertiga jadinya seumuran."

My Adult Senior (Complete) Where stories live. Discover now