SEBELAS

576 58 5
                                    

Bia masih tak percaya jika akhirnya kesempatan untuk kenal lebih dekat dengan Mas Ganteng itu datang juga. Mungkin jodoh kali ya, Bia berkata dalam hati sambil cengar-cengir sendiri.

"Kamu kenapa, Bi?"

Diam-diam Bash memperhatikan Bia.

"Hehehe nggak pa-pa kok. Inget film yang ditonton tadi."

"Mang film apa?"

"Ehm, drakor sih."

"Oh."

"Kenapa ya cewek tuh suka banget nonton drakor?" Tiba-tiba Mas Ganteng mengajukan pertanyaan itu pada Bia.

Deg deg deg, omg mimpi apa semalem Bia ditatap seperti ini sama Mas Ganteng. Sumpah ya Elita dan Anggun harus tahu ini!

"Pemainnya cakep, ceritanya menarik trus romantis," jawab Bia.

"Siap-siap deh Bro besok kalau punya cewek pasti mintanya aneh-aneh. Kebanyakan nonton drakor deh cewek jaman now." Ucapan Mas Ganteng tertuju pada Bash, karena penasaran akhirnya Bia menyambar.

"Hahaha aneh-aneh gimana emang."

"Ya aneh aja pengen diginiin digituin biar romantis kek drama-drama korea katanya."

"Ente curhat, Bro!" Sela Bash.

"Kamu rasain sendiri deh ntar kalau punya pacar, Bro."

Obrolan tentang drakor akhirnya melebar ke film horor sampai sinetron azab di tv. Saking asyiknya tak sadar mereka hampir setengah jam duduk di meja yang tinggal berisi piring-piring kosong.

Sepertinya Bash tak pernah kehabisan topik untuk dibahas. Ah untung saja ada Bash, rasa grogi dan gugup karena bisa makan satu meja dengan gebetan membuat Bia kali ini bersikap manis dan kalem dari biasanya.

Saat tengah asyik tiba-tiba saja dari arah pintu masuk muncul seorang yang membuat sudut bibir Bia yang terangkat turun otomatis. Gadis itu membekap kedua mata Mas Ganteng dari belakang.

"Aduh,siapa sih?" Bia melihat Mas Ganteng memegang kedua tangan yang membekap matanya dan berusaha menyingkirkannya.

"Woi sapa sih?"

Bia yang menyaksikan pemandangan di depannya sedikit tak nyaman. Ia berusaha melawan desiran aneh itu dengan mengalihkan perhatiannya ke ponsel.

"Tebak dong." Rengek gadis itu dengan manjanya.

"Kanya!"

Ah, rupanya namanya Kanya. Senyumnya begitu menawan, rambutnya yang panjang terurai menambah keindahan makhluk ciptaan Tuhan ini. Gayanya begitu modis dan itu sukses membuat Bia kelabakan.

Gadis itu melepas tangannya yang membekap kedua mata Mas Ganteng  sambil tertawa puas. Siapa Kanya? Ada hubungan apa dengan Mas Ganteng. Sepertinya memang keduanya begitu akrab. Pertanyaan-pertanyaan itu berseliweran di kepala Bia. Apa harapan Bia harus pupus sampai di sini?

"Oh gitu ya, nggak ajak-ajak ya."

"Bash ni, aku pan cuma ngikut aja." Jawab Mas Ganteng sembari melirik Bash.

"Lah aku aja nggak tau kamu di kos. Kirain pada balik kampung," timpal Bash membela diri.

Semenjak kedatangan gadis itu Bia lebih banyak diam dan hanya menjadi pendengar. Alih-alih memperkenalkan diri, gadis itu seakan tak menganggap keberadaan Bia.

Sudah berapa kali Bia menguap, pandangannya tak lepas dari layar ponsel. Pemandangan di depannya masih sama untuk beberapa menit ke depan. Bash yang melihat Bia mengunci mulut merasa tak enak hati.

"Dah slese kan Bi makannya?"

Yaelah Bash dah dari tadi Bia slese makan. Bia menjawab hanya dengan sebuah anggukan.

"Ngomong atuh kalau dah slese," ucap Bash tanpa dosa.

Bash mah gitu nggak peka, Bia juga ngapain diem aja kalau nggak nyaman. Emang dah dari sononya kali yak cowok itu nggak peka dan si cewek gengsian. Yaudah gitu aja terus sampai ladang gandum dihujani cokelat dan jadilah coco crunch.

"Cabut yuk sebelum diusir."

"Heh heh ntar dulu dong, santuy napa," rengek Kanya pada Bash.

Setelah membayar makanan, Bash, Mas Ganteng juga Bia berjalan menuju parkiran. Apesnya Bash mendapati ban sepeda motornya kempes.

"Astaga naga!"

"Napa, Bro?"

"Lihat tuh kempes pes bannya."

Duh sial, padahal Bia pengen banget cepat sampai kos. Apa yang terjadi hari ini harus ia ceritakan pada dua temannya. Tapi sayang keinginannya itu harus tertunda karena ternyata ban sepeda motor Bash perlu ditambal. Mas Ganteng dengan sigap berjalan mencari tambal ban terdekat.

"Di seberang ada tambal ban, Bro."

"Pram, aku ke tambal ban dulu. Kamu bisa kan antar Bia balik kos?"

WHATS??Bia nggak salah dengar kan. Apa tadi Bash bilang, Bia bakal diantar pulang Mas Ganteng?!

"Yaudah, aku anter Bia dulu trus balik sini lagi deh," kata Mas Ganteng.

"Bi, kamu nggak pa-pa kan balik dianter Pram?" tanya Bash pada Bia.

"Yaudah yuk, aku antar kamu balik." Ucap Mas Ganteng dari atas sepeda motor yang sudah menyala mesinnya.

Pucuk dicinta ulam tiba, bukankah ini yang Bia harapkan. Tapi kenapa yang terjadi berbeda ya. Apakah kali ini Bia sedang mengingkari kata hatinya.

"Bash!"

Bash terhenyak mendengar Bia memanggilnya dengan tatapan yang mampu menembus retina. Kini keduanya beradu tatap dan merasakan sensasi aneh yang menerjang jantungnya.

"Aku pulangnya nunggu kamu aja." Ucap Bia mantap.

Bucin Kasta TertinggiOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz