LIMA

818 77 5
                                    

Sabia Maisadipta baru saja menyelesaikan misi pertamanya yaitu mengirimkan cokelat untuk Mas Ganteng. Kini Bia tengah harap-harap cemas melihat bagaimana reaksi Mas Ganteng menerima cokelat pemberiannya. Eh tapi, tunggu tunggu apa yang harus Bia khawatirkan. Bukankah ia melarang si mas-mas pengantar cokelat untuk memberi tahu jika Bia yang mengirimkan cokelat tersebut.

Di tengah terik yang menyengat Bia, Elita dan Anggun berjalan kaki hendak kembali ke kos. Sepanjang jalan Elita terus menggerutu karena Bia si kepala batu enggan menuruti saran yang dia berikan. Padahal Elita yakin jika misi pertama Bia ini akan berhasil, sayang penonton kecewa karena apa yang terjadi di luar skenario.

"Duh kok deg-degan gini sih," celoteh Bia. "Ehm, kira-kira Mas Ganteng suka nggak ya sama cokelatnya."

"Dih ge-er, boro-boro suka sama cokelatnya," sahut Elita sembari berdecak dan tersenyum licik.

"Maksud kamu Mas Ganteng bakal nolak cokelatnya gitu, Lit?"

"Ya kali Bi, doi mau nerima gitu aja pemberian dari orang yang nggak dikenal. Apalagi nggak ada nama pengirimnya."

"Iya ih Bia. Ngapain juga pakai nggak boleh bilang kalau kamu yang kasih cokelatnya. Kayak gini bisa-bisa cokelat itu dibuang kan mubazir," Anggun menambahi.

"Nggak lah kalau sampai dibuang, itu kan cokelat enak. Harganya juga nggak murah-murah amat."

"Bukan masalah cokelat murahan apa enggaknya, Bi. Coba deh kamu nalar tiba-tiba saja ada orang yang ngirimin kamu makanan. Nggak mungkin dong kamu asal comot aja."

"Betoool. Hari gini harus waspada sama asmoro pelet."

Bia menatap aspal dengan nanar, pikirannya berkelana mencerna setiap kalimat yang dikatakan kedua temannya. Sepertinya ia baru bisa berpikir jernih setelah nasi jadi semangkuk bubur.

"Argh, aku baru sadar ternyata bener juga kamu, Lit. Hehehe," cengir Bia.

"Kemane aje, Buk!" decak Anggun tajam. Elita hanya bisa mendesah berat sambil menepuk jidat melihat tingkah temannya itu. Duh Gusti sabar sabar mungkin sudah bawaan dari orok.

Setelah berjalan beberapa langkah mereka berhenti di sebuah mini market dengan maksud membeli minuman untuk membasahi kerongkongan yang kering serta sekedar ngadem. Cuaca memang sedang panas, terlebih dengan tingkah Bia yang menggemaskan bagi dua temannya Elita dan Anggun.

Selamat datang di Indomaret selamat belanja...

Kedatangan Bia, Anggun dan Elita disambut ramah petugas serta pendingin ruangan yang menyejukkan. Aroma khas wewangian buah-buahan yang segar menusuk indera penciuman sehingga siapapun akan merasa betah berlama-lama di sana.

Setelah memilih minuman Bia menutup pintu lemari pendingin. Namun Bia masih terpaku persis di depan pintu karena sedang menimbang antara teh kotak dan teh sosro, mana yang jadi pilihannya.

"Bia, lihat deh itu siapa?" ucap Anggun.

"Siapa sih?" jawab Elita yang ikut membalikkan badan untuk tahu siapa yang dimaksud Anggun.

"Ahh. Si Mas Ganteng."

Mendengar nama Mas Ganteng disebut buru-buru Bia membalikkan badan. Dan benar saja, ia melihat Mas Ganteng tengah berjalan ke arahnya. Mungkin jika dalam film kartun, Bia sudah dipenuhi bunga-bunga. Begitu juga kedua bola matanya yang dipenuhi emot hati warna merah.

"Thats right! He is Mas Ganteng," jawab Bia penuh semangat.

"Dia jalan ke sini, Bi. Buruan-buruan buruan, kesempatan Bi," ucap Anggun tak kalah semangat.

Senada dengan Anggun, Elita mengguncang-guncang bahu Bia agar ia melakukan sesuatu. Elita berharap Bia tak melewatkan lagi peluang yang datang padanya kali ini.

"Ya Allah, berikan hambamu ini kemampuan untuk bisa menghilang. Doraemon, pinjem pintu ajaibnya bentaran aja dong. Please Tuhan, buat hambamu ini pingsan di sini sekarang juga. Bia rela, sangat-sangat rela."

"BIAAA GILAAAA!!!"

*****

Hai dears, gimana nih makin geregetan kan sama tingkah Bia. Di part berikutnya kita akan semakin gemay sama si Bia ini.

Btw ada pada penasaran juga nggak sih sama Mas Ganteng?? Aku sih iyes..xixixixi.

Selamat menunggu part berikutnya ya, salam ambyar....

Bucin Kasta TertinggiWhere stories live. Discover now