DELAPAN

622 68 8
                                    

Setelah memastikan Bia aman bersama Baskara, Anggun dan Candra meninggalkan mereka karena dua puluh menit lagi film akan segera dimulai. Bia merasa di posisi yang serba canggung. Ingin rasanya ia berkeliling mall melihat-lihat baju, tas, make up dan aksesoris yang pasti menggoda imannya, tapi masak iya harus dengan Baskara yang baru saja dikenalnya. Bia merasa tak enak hati, terlebih Baskara ini temannya Candra yang sengaja dibawa untuk menemani Bia. Aduh Bia, kamu nggak peka banget sih. Itu mah akal-akalannya Candra supaya ia bisa berduaan dengan Anggun.

"Mau langsung makan apa lihat-lihat dulu?" Baskara mencoba memecah kebekuan dengan memulai sebuah obrolan. Bia tersentak dan segera memutar kepalanya kala mendengar suara yang berasal dari sampingnya. Bia menangkap sepasang manik hitam menatapnya lekat, tatapan hangat dari orang yang baru saja dikenalnya beberapa detik lalu.

"Ehm aku ngikut deh,"ucapnya pasrah.

Baskara menghentikan langkah, Bia yang melihatnya berada satu langkah di belakangnya ikut terhenti. Ia melihat Baskara sedang menatap sebuah sepatu dengan brand ternama dari kaca store.

"Lihat apa?" tanya Bia yang sudah berada di dekatnya. Baskara menunjuk sebuah etalase yang berisikan sederet sepatu yang begitu menggoda.

"Mau lihat ke dalam?"

"Yuk," jawabnya penuh antusias.

Bia tengah asyik melihat berbagai koleksi sepatu yang terpasang di etalase. Tiba-tiba Baskara menghampirinya dengan membawa dua sneakers, satunya model tanpa tali.

"Bagus ini apa ini?" Sesaat Bia termangu menatap kedua sneakers yang berada di tangan Baskara. Tangan Bia menunjuk sebuah sneaker berwarna putih lengkap dengan tali.

"Bungkus!"

Dan detik berikutnya Bia mengikuti Baskara berjalan ke kasir untuk membayar sepatu yang dipilihkannya. Bia melongo ketika kasir menyebutkan harga sepatu yang setara dengan harga kamar kosnya itu. OMG, pekiknya dalam hati.

Usai melihat-lihat sepatu ah lebih tepatnya usai menemani Baskara membeli sepatu, mereka berjalan beriringan ke lantai empat di mall ini. Sepertinya Bia mati gaya sehingga memutuskan untuk duduk-duduk di food court sambil makan.

"Kamu nggak mau ke mana dulu gitu? Eh Sabia kan nama kamu?"

"Panggil Bia juga bisa. Ehm, langsung ke food court aja nggak pa-pa."

"Shap. Kamu masih inget kan namaku? Baskara aka Bash Yudha kalau di medsos." Sepasang bola mata Baskara menatap hangat Bia. Tanpa sadar tatapan itu berhasil menembus masuk ke dalam retina mata Bia hingga membuat aliran sengatan terasa turun tepat di jantung Bia.

Bia dan Bash terus berjalan menaiki satu persatu eskalator sampai ke lantai empat. Bash berjalan tanpa suara, ia terus menatap ke depan. Sedang Bia mulai tak fokus, sesekali ia melirik ke arah samping menatap Baskara tanpa henti.

"Bash..." Panggil Bia lirih.

"Hmm?"

"Aku ke toilet bentar ya."

"Yaudah sekalian aja."

Sampai di depan toilet keduanya berpencar. Bia tak langsung masuk masuk ke dalam toilet untuk buang air. Ia berdiri di depan cermin lalu mengeluarkan lipstik dari dalam tas dan memulas bibir mungilnya. Tak lupa Bia mengoleskan bedak menyapu wajahnya agar tak berminyak. Setelah yakin sudah cantik Bia segera keluar dari toilet dan melihat Bash sudah menunggunya,

"Dah lama?" tanya Bia.

"Nggak pa-pa jodoh aja yang nggak dateng-dateng aku tunggu."

"Bhahaha curhat-curhat."

Akhirnya Bash berhasil mencairkan suasana dan membuat obrolan keduanya lebih mengalir. Keduanya lantas berjalan mencari tempat untuk makan yang ternyata hampir semua meja penuh, mungkin karena weekend. Terpaksa Bia dan Bash harus menunggu.

"Nunggu dulu nggak pa-pa nih."

"Santai aja kali."

"Yakali, takutnya kamu dah laper banget trus pingsan kan susah."

"Hahaha anak kos mah ahlinya ahli kalau cuma nahan lapar," imbuh Bia.

"Oh iya kos kamu di mana?"

"Aku kos di Jalan Ma..." Bia menggantung kalimatnya saat tahu Bash tengah merogoh ponsel dari saku celananya yang bergetar. Ia melihat Bash menggeser layar lalu menghadapkan ponsel tersebut persis di depan wajahnya. Sepertinya ia sedang menerima video call.

Dadakan bro, iya deh ntar aku cariin kalau sempet. Nggak, iya, besok mungkin.

Bia menghela nafas saat ikut mendengar percakapan Bash dengan seseorang yang ada pada layar ponselnya. Bodo banget sih Bi, itu pasti pacarnya si Bash lagi marah gara-gara tahu cowoknya jalan sama kamu. Ngapain juga sih pake ngerengek pengen ikut Anggun jalan-jalan, kan gini jadinya.

Bia sedang berbicara dalam hati lalu tiba-tiba ia tercengang begitu Bash mendekatkan ponselnya tepat di hadapannya.

"Say hai, Bia..." kata Bash memberikan isyarat agar Bia menyapa seseorang yang tengah video call dengannya.

"Hai Bia..."

"MAS GANTENG!!!"

Bia menatap tak percaya pada sosok yang baru saja menyapanya itu. Kedua bola matanya terbuka lebar. Ingin sekali ia berteriak histeris namun diurungkannya kembali niatnya itu. Itulah bedanya cowok sama cewek. Sebagai makhluk yang mempunyai naluri sensitif, cewek cenderung mengedepankan perasaan. Maka nggak heran deh cewek gampang baper terhadap sesuatu yang berhubungan dengan perasaan. Seperti Bia, baru juga disapa hai udah bahagia.


****************************************************************************************

Aduduh Bia, gimana sih Bi. Kirain di part ini Bia bakalan move on. Ah ujung-ujungnya Mas Ganteng lagi.

Terima kasih semua pembaca setia Bucin Kasta Tertinggi, jangan bosan ya...

See you...

Bucin Kasta TertinggiWhere stories live. Discover now