[34] Sedetik

76.8K 9.1K 3.4K
                                    

Ada satu hal yang paling sulit dari mencari jarum dalam jerami, yaitu mencari restu orang tua_

***







"TUNGGU!"

Teriakan lantang dari arah luar sontak saja menghentikan ucapan Angkasa dan membuat beberapa orang disana menolehkan kepala ke sumber suara.

Jantung Mika berdetak dengan cepat, tangannya berkeringat dingin. Ia sudah pasrah jika itu adalah orang tuanya, ia sampai-sampai memejamkan kedua matanya erat-erat saking takutnya.

"Ada apa atuh pak lurah?" tanya salah satu bapak-bapak yang sedari tadi khusu menyaksikan izab qobul.

Pak Lurah? Mika dengan perlahan menengokan kepalanya ke belakang tubuhnya. Dan sontak saja ketegangan tersebut hilang di gantikan dengan perasaan lega bercampur bahagia. Dugaannya salah ternyata.

Karena disana, di pintu masjid terlihat seorang lelaki paruh baya tengah berdiri dengan napas ngos-ngosannya.

"Ada yang nikah, saya gak ditungguin? Pinter pisan warga di sini teh," dumelnya kemudian masuk ke dalam masjid dan duduk di antara bapak-bapak di sana.

"Pak lurah, datengnya teh di waktu yang salah. Orang a Angkasa lagi ngucapin izab qobul khusu-khusu bapak malah dateng, kan harus ngulang lagi," celoteh ibu-ibu dengan menggebu-gebu.

Angkasa dan Mika hanya tersenyum canggung di tatap oleh pak lurah dan sebagian orang yang ada di situ.

Pak lurah melemparkan tatapan penuh rasa bersalahnya. "Aduh, maaf ya. Saya gak maksud."

"Gak papa pak," sahut Angkasa sekalem mungkin.

"Ya udah sok di lanjut aja lagi izab qobulnya," intruksi pak Lurah yang diangguki oleh semua orang.

Mika dan Angkasa kembali fokus ke pak penghulu.

"Udah siap?" tanya pak penghulu sekali lagi.

Angkasa mengangguk dengan mantap, sedangkan Mika menjawabnya dengan tersenyum simpul.

"Jabat lagi tangan saya," pak penghulu mengasongkan sebelah tangan kanannya dan di balas dengan jabatan tangan oleh Angkasa.

"Bismillahirohmanhirohim. Saudara Angkasa Pramodya Putra saya nikah dan kawinkan engkau dengan saudari Mika Larasati Atmadja binti Pandu Atmadja dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai."

Mika merasakan suasana di sekelilingnya sepi enyap, fokusnya hanya pada Angkasa. Jantungnya lagi-lagi berdegup tak menentu.

Angkasa membuka mulutnya, Mika berdoa dalam hati semoga ini adalah pilihan yang terbaik bagi semuanya.

Dan dapat dipastikan dalam hitungan detik keduanya akan menjadi sepasang suami istri yang sah di mata hukum dan agama.

"Saya terima nikah dan kawinnya Mika Larasati Atmadja binti Pandu Atmadja dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai," ucap Angkasa dengan lantang.

Senyum Mika sedikit demi sedikit terbit, hingga memunculkan lengkungan indah. Matanya berkaca-kaca, rasanya ini sangat menakjubkan. Ia hanya tinggal menunggu saksi mengatakan 'sah' maka semua dukanya akan langsung berakhir.

"Bagaimana para saksi sah?" Pak penghulu mengedarkan tatapannya ke seluruh oenjuru masjid.

"SA .... "

"PERNIKAHAN INI GAK SAH!"

Mika diam mematung, ia merasakan darah nya turun ke dasar perutnya hingga membuat rona pias pada wajahnya.

SEMPITERNAL : [Angkasa & Mika] [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang