[11] Pengusiran

89.8K 9.5K 1.1K
                                    

Sakit itu ketika, cinta terhalang oleh restu orang tua_

Happy reading❤❤








Tatapan Mika tertuju pada wanita paruh baya yang ada disampingnya, ya Peni. Mika menatapnya dengan tatapan menuntut, minta dijelaskan apa maksud dari semua ini.

"Kalian udah kenal ya?" Alih-alih menjawab kebingungan Mika, Peni malah terlihat senang karena baik Mika atau Riko telah saling mengenal.

"Kita udah kenal dari SMA tante." Sahut Riko sembari menoleh sekilas pada Mika, kode agar Mika menyetujui ucapannya.

"Iya sayang?" Tanya Peni pada Mika, yang hanya dijawab dengan anggukan malas oleh anaknya tersebut.

"Wah bagus banget ya jeng." Timpal Nisa, yang baru-baru Mika tahu kalau beliau adalah Mamanya Riko.

Bagus apalagi sih, jubaedah!

Peni menatap Mika penuh arti. "Sayang." Panggilnya.

Mika menoleh.

"Jadi gini, Mama, Papa sama tante Nisa mau supaya kamu dijagain sama Riko." Ujar Peni.

Dijagain?

Maksudnya apa? Perasaan, Mika gak buka jasa bodyguard pribadi deh.

"Maksudnya apa Ma?" Tanya Mika sekalem mungkin, gak mungkinkan dia harus marah-marah gak jelas saat itu juga, Mika juga tahu tempat kali.

Peni tersenyum. "Iya, jadi sekarang kamu kemana-mana bakal dianter Riko. Itung-itung pdkt." Ujarnya sembari terkekeh pelan yang diikut-ikuti oleh Nisa dan Pandu.

"Aku udah punya Angkasa, Ma." Ujar Mika yang seketika menghentikan kekehan ketiganya.

"Tapi Mama nggak ngerestuin kalian." Tukas Peni tajam. "Lagian, Mama yakin diluaran sana juga Angkasa pasti udah punya cewek lain."

"Mama apa'an sih!" Ujar Mika dengan menaikan satu oktaf bicaranya.

"Mika, yang sopan ya." Tegur Peni.

Mika merasakan dadanya berdebar kencang saking marahnya. "Aku gak suka ya mama yang kayak gini. Aku udah gede ma, aku udah bisa ngatur jalan hidup aku sendiri. Dan kalaupun Angkasa bukan yang terbaik buat aku, aku bisa cari sendiri cowok diluaran sana."

Pandu mengusap pelan punggung Mika berusaha menenangkan anak gadisnya itu.

Sedangkan Nisa dan Riko tak bisa berkata-kata, sepertinya mereka tidak ingin ikut campur lebih jauh urusan antara anak dan ibu tersebut.

"Mama berhak ikut canpur sama kehidupan anak mama." Ujar Peni penuh penekanan.

KRRTT...

Mika berdiri dari duduknya. "Terserah." Sahutnya sebelum melangkah menjauh. Kalau amarah gak bisa nyelesain semuanya, maka lebih baik ia pergi.

"Mika kita belum selesai!" Teriak Peni dari arah belakangnya. Tapi demi tuhan tak ada niatan sedikitpun untuk Mika kembali ke meja tadi.

Dan sayup-sayup Mika dapat mendengar Mamanya berkata. "Maaf ya jeng, Mika orangnya emang gitu. Biasa pemalu."

Mika menghembuskan napas beratnya, Selalu saja seperti ini. Mamanya selalu mengambil keputusan yang menurutnya benar tanpa meminta pendapat dari Mika. Dan Mika benci itu.

                             °    °     °

Angkasa
Yang gue udah dijalan. Lo udah siap kan?

SEMPITERNAL : [Angkasa & Mika] [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang