[10] Dinner

91.5K 9.2K 1.1K
                                    

Happy reading guys❤










"Cape banget sumpah." Rutuk Mika pada Raina yang berjalan bersisian dengannya.

"Yailah yang abis dilamar." Celetuk Raina sembari menyenggol lengan Mika, berusaha menggoda cewek itu.

Hmmmm. Kan malah di ingetin, jadinya Mika galau lagi kan.

"Emang gue belom bilang ya sama lo?"

Raina menoleh. "Bilang apa'an?"

Mika menghela napas beratnya. "Nyokap gak setuju."

"Lah? Emang kenapa?"

Mika mengangkat kedua bahunya. "You know lah."

"Sabar deh, gue yakin ntar juga nyokap lo luluh. Secarakan yang ngejalanin kalian berdua, ya kalo kalian terus-terusan ngedesek nyokap mah ntar juga doi ngerti san ngasih restu."

"Aminn."

Keduanya sama-sama diam.

"Btw lu ama si Ibay gimana dah Na?"

"Biasa aja."

Mika berdecak. "Maksud gue, kapan lo dilamar?"

Kini giliran Raina yang mengangkat kedua bahunya. "Tahu. Belom ngerencanain sih. Lagian karier lagi bagus-bagusnya."

Ketika sudah berada diluar gedung rumah sakit, Mika membelokan langkahnya ke parkiran. "Lo bawa mobil apa motor?"

"Motor. Kenapa?" Tanya Raina.

Mika menggeleng. "Gak papa. Tanya aja gue."

"Yaudah deh gue duluan ya." Ujar Raina, karena kan tempat parkir mobil dan motor berbeda.

"Yaa ati-ati lo."

Raina tak menjawab ia hanya mengacungkan jemlolnya.

Oke, jadi sekarang Mika berjalan ke arah mobilnya berada.

Setelah ketemu, ia langsung memasukinya dan melenggang keluar dari arah rumah sakit.

                  °         °          °

"Udah pulang?" Tegur Peni begitu Mika memasuki rumahnya.

"Iya." Sahut Mika sekenanya.

"Yaudah kamu siap-siap dulu sana, nanti sekitar jam setengah tujuhan, kita otw dinner diluar."

"Kenapa nggak si rumah aja?" Tanya Mika yang jujur saja ia lagi males makan di luar.

"Sekali-sekali, kapan lagi coba."

"Yaudah."

Tanpa berkata-kata lagi, Mika melangkah menuju kamarnya.

Mika jadi kangen bercanda dengan Mamanya, dulu mereka deket banget saking deketnya Mika selalu nempel sama Mamanya, tapi sekarang? Seperti ada jarak yang tak kasat mata yang menghalangi keduanya.

Jujur Mika sangat merasa tak nyaman, tapi ya mau gimana lagi. Mika agak kecewa terhadap sikap Peni.

Mika melemparkan tasnya ke sembarang arah, lalu memberingkan tubuhnya begitu saja diatas kasurnya.

Matanya terfokus pada langit-langit kamarnya.

Drrtt...drrtt...

Mika lantas mengambil handphone yang ada di sampingnya.

"Angkasa." Gumamnya. Lalu tanpa menunggu lama ia lantas mengangkat panggilan tersebut.

"Halo."

"Udah pulang?" Tanya suara disebrang sana.

SEMPITERNAL : [Angkasa & Mika] [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang