[30] Welcome, kebahagiaan!

87.3K 9.1K 1.2K
                                    

Hayo yg neror aku siapa aja, angkat tangannya di sini!! Hehe

Happy reading❤









Mika tak henti-hentinya memandang ke arah belakang tubuhnya, atau lebih tepatnya lagi adalah rumahnya. Rumah yang dari sejak kecil sudah ia huni, namun bukan itu yang jadi permasalahannya. Namun, orang-orang yang ada di dalam rumah tersebutlah lah yang mampu membuat dadanya kian menyesak.

Rasanya seperti ada bagian kosong yang bersarang di hatinya, hampa.

Angkasa mengeratkan genggaman tangannya  ia tahu Mika tengah bersedih sekarang, tapi mau bagaimana lagi. Inilah, cara satu-satunya agar keduanya bisa bersatu. Walaupun dunia mencela, ia tak mengapa. Asal bersama Mika, maka hidupnya akan bahagia.

"Ayo," ucap Angkasa yang kembali menyadarkan Mika.

Mika menganggukan kepalanya.

Mika berdoa dalam hati, agar apapun yang akan ia lakukan ini adalah jalan terbaik yang ia pilih untuk kedepannya.

Angkasa menghentikan langkahnya di samping sebuah mobil yang begitu asing bagi Mika, ia yakin itu adalah mobil yang telah di siapkan khusus oleh Angkasa untuk acara kaburnya ini.

"Mobil baru?" tanya Mika.

Angkasa mengangguk. "Iya," kemudian ia meletakan tas milik Mika di bagasi belakang. Dan membukakan pintu untuk Mika masuk ke dalam. Angkasa memutari badan mobil, dan ikut masuk juga.

Setelah masuk, ia mengamati Mika yang sejak tadi terdiam.

"Kenapa?" tanya Angkasa.

Mika menggeleng. "Gak kenapa-napa."

"Harus banget bohong?"

Dengan perlahan Mika menatap Angkasa. "Serius, aku gak papa."

Angkasa menghela napas, kemudian menganggukan kepalanya. "Oke," tanpa banyak bicara Angkasa menyalakan mesin mobil dan langsung menjalankannya.

"Bukan cuma kamu yang sedih karena kehilangan mereka, aku juga." Angkasa berucap dengan masih fokus ke jalanan.

Mika menoleh. "Sa, aku takut." Mika berucap dengan suara bergetar.

Angkasa meraih sebelah tangan Mika dan menggenggamnya. "Gak ada yang harus di takutin, ada aku." Angkasa tersenyum menenangkan.

Ya, harusnya Mika tidak perlu takut. Ada Angkasa di sampingnya, ada Angkasa yang akan selalu menjaganya.

Lambat laut kedua sudut bibir Mika terangkat, hingga memperlihatkan senyum yang sangat menawan. "Aku gak akan takut." Ucapnya yakin.

Angkasa mengangguk dan semakin mengeratkan genggaman tangannya.

"Kamu tidur aja, perjalanannya masih jauh."

Dahi Mika berkerut samar, ia lupa menanyakan sesuatu pada Angkasa. "Emang kita mau kemana?"

"Ke tempat yang gak akan orang tahu."

"Bikin penasaran, anak orang emang bagus apa," rutuk Mika.

Angkasa terkekeh. "Ntar juga tahu."

"Nyebelin."

Angkasa terkekeh.

"Rencana kamu kedepannya apa Sa?"

"Nikahin kamu."

"Ihh, maksudnya bukan itu."

"Terus apa?"

"Rencana loh, rencana kita kedepannya mau gimana? Misal, nanti kamu kerjanya apa, atau aku nanti ngapain, gitu loh."

"Kenapa nanya gitu? Takut aku gak bisa nafkahin ya?" Angkasa mengerling jahil.

SEMPITERNAL : [Angkasa & Mika] [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang