29. JATUH CINTA (LAGI)

Start from the beginning
                                    

“Dengan gitu dia pasti bebas. Dia pasti bakal senyum lagi, baik-baik lagi, dan enggak mikirin gue,” lanjut Galaksi.

“Apa lo yakin Kejora bakal baik-baik aja tanpa lo? Baru Kejora jalan sama cowok lain aja tanpa sepengetahuan lo. Lo udah kaya orang kebakaran jenggot. Pake bales dendam segala. Childish lo itu Lak,” ucap Septian.

Galaksi baru sadar bahwa mulut temannya itu bisa sangat pedas saat menilainya. Suara bola berpencar di atas meja hijau billiard terdengar membuat Galaksi mengambil stick dan ikut bermain. Sementara Septian masih duduk.

“Jaga kata-kata lo di mana pun lo berada Bro. Dia selalu mantau kita,” bisik Septian ketika berdiri di samping Galaksi. Ruangan billiard ini biasanya aman. Tidak ada CCTV tapi ketika Septian memperhatikannya. Septian baru sadar kalau ruang depan ini dipasang kamera tersebut. Sementara Galaksi sudah duluan menyatakan keinginannya untuk keluar dari Om Darung. Aneh. Itulah yang dirasakan Septian.

“Halo Mr. Aldebaran,” sapaan khas itu membuat Galaksi menolehkan kepalanya.

“Halo Om Darung,” balas Galaksi.

Your friend?” tanya Darung.

“Septian,” jawab Galaksi melirik Septian. Dalam hati Galaksi tahu. Tidak mungkin Darung melupakan Septian. Septian ini bahkan salah satu anak berbakat di sekolah. Juga tidak mungkin Darung tidak akan memanfaatkannya nanti. Mungkin hanya basa-basi.

“Oh iya saya inget. Septian Aidan Nugroho kan?” katanya. Benar kan? Basa-basi.

“Hari ini mau ketemu sama Jansen?”

No,” tolak Galaksi mentah-mentah. “Saya besok ada sekolah,” kata Galaksi lagi.

Galaksi memusatkan kembali pandangannya pada meja billiard. Tubuhnya merunduk begitu satu stick berada di tangannya. Kedua matanya hanya fokus pada satu bola billiard yang berwarna putih. Sama sekali tidak menoleh pada Darung. Hal itu membuat Septian menarik senyum samar yang tampak geli. Galaksi memang tampak kurang ajar pada yang lebih tua padanya tapi itu memang harus di keadaan seperti ini. Mengingat Darung bukanlah orang yang tepat untuk diajak bercanda apalagi berteman.

“Terus bagaimana dengan Kejora?”

Galaksi langsung menolehkan kepalanya. Begitu juga Septian.

“Kenapa kalian kaget?”

“Kenapa dengan Kejora?” sebelum Galaksi bertanya. Septian sudah lebih dulu mengeluarkan pendapatnya. Septian seolah tidak memberi Galaksi kesempatan untuk marah meski kini kedua matanya sedang menyala kesal karena Darung sudah sejauh itu.

“Saya akan minta Kejora kemari untuk nemenin kalian. Dia dekat kan sama kalian?” tanya Darung.

“Panggil aja. Dia enggak begitu penting untuk kami,” jawab Septian tampak acuh tak acuh membuat Darung mengerutkan keningnya. Begitupula dengan Galaksi.

“Jaga omongan kamu anak muda,” jawab Darung.

“Perempuan bukan cuman ada satu. Ada atau enggak ada dia. Sama aja,” jawab Septian tampak tak peduli. Sekarang dia malah mengambil satu stick billiard di dekatnya.

Merasa tidak puas dengan jawaban Septian. Darung mundur.

“Saya duluan. Ada urusan sama yang lain. Enjoy your time,” ucap Darung tersenyum simpul lalu meninggalkan kedua anak muda itu masuk ke dalam sebuah pintu besar yang ada di depan mereka. Ketika Darung dan beberapa anak buah berbaju hitamnya sudah pergi.

Septian yang sedang merunduk dan fokus dengan kedua mata tajamnya baru saja berhasil membuat semua bola billiard berpencar di atas meja billiard.

“Apa maksud lo?” tanya Galaksi, gusar.

GALAKSIKEJORA [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now