5. PUKUL RATA (2)

764K 64.1K 51.9K
                                    

5. PUKUL RATA (2)

Satu dari kami terluka. Ribuan di antara kalian dalam bahaya.
— Galaksi Aldebaran

“Lo mau apain rambut adek gue Lak?” Bams mengerutkan keningnya melihat Galaksi sedang menguncir dan menjalin rambut adik perempuannya. Seperti Abang yang sangat sayang pada adik perempuannya.

“Oh ini katanya Beby mau diiketin rambutnya.”

Beby. Adalah nama adik paling kecil Septian.

“Emang lo bisa, Lak?” Bams menunjukkan muka tak yakin.

“Iya bisalah. Ngeraguin gue mulu.”

Tadi Bams menjemput adiknya pulang dari les yang diadakan di sekolahnya. Bams yang bermula ragu mengantar adiknya pulang karena rumah dalam keadaan sepi dan gelap pun mengajak Beby ke Warjok—bermaksud untuk menjaganya agar tidak ketakutan di rumah sendiri. Namun keputusan itu justru disesali Bams sekarang karena semua cowok yang ada di Warjok malah melamar akan menjadi calon pacar adik perempuannya. Bahkan Nyong sejak tadi menyogok Bams dengan mie yang ditolak Bams mentah-mentah.

“Bang Galaksi mau gak nanti jadi pacar Beby?” Beby bertanya dengan kedua mata berkilaunya. Seketika itu Galaksi langsung teringat Kejora. Sedang apa perempuan itu?

“Beby kan masih SD. Enggak boleh mikir pacar-pacaran. Nanti giginya ompong loh,” ujar Galaksi.

“Tapi Bang! Beby mau punya pacar kaya Abang! Soalnya Abang baik sama Abangnya Beby.”

Galaksi memegang kedua pundak perempuan dengan pakaian merah putih itu. “Tugas Beby itu sekarang belajar. Nanti kalau gak belajar Bang Bams sedih. Emangnya Beby mau liat Bang Bams sedih karena Beby mikir pacar-pacaran?” anak perempuan itu lantas menggeleng.

“Abang baik deh! Gak kaya temen Abang. Bang Septian kalau Beby tanya selalu diem kaya Abang-Abangnya Beby di rumah. Sebel! Kalau Beby tanya dia selalu pergi ke belakang. Dia benci sama Beby ya?”

“Beby,” suara Bams terdengar marah. “Jangan gangguin Bang Galaksi. Ayo pulang.”

“Loh kok cepet banget Bams? Kaya anak perawan aja lo pulang jam segini.”

“Ck gue mau nganter adik gue. Dia harus belajar. Besok kan masih sekolah, Lak.”

“Abang jawab dong! Emangnya Bang ganteng itu benci ya sama Beby?” tanya Beby pada Galaksi.

Galaksi langsung melirik Septian. Cowok itu memang dipanggil Bang ganteng oleh Beby. Septian sedang melamun di warung Bu Gendut. Jauh dari posko yang sedang didudukinya. Mungkin tak ada yang lebih mengenal Septian. Tapi Galaksi tahu cowok itu sedang sedih.

“Enggak, Beby. Bang ganteng itu gak benci sama kamu.” Lalu Galaksi merendah agar dengan telinga Beby. “Bang Septian itu pengen punya adik. Kaya Beby,” ujarnya lalu berbisik.

“Udah sana Beby cari Bang Septian dulu. Pamitan bilang mau pulang.”

“Lo gak pulang, Lak?”

“Enggak, Bams. Ntar aja. Yang lain masih pada rame di Warjok. Gak enak gue. Masa gue ketuanya gue pulang duluan?”

“Ah boong lo. Karena apa sih? Karena Kejora lagi?”

“Enggak Bams.”

“Bohong lo. Lagian lo sama Kejora gak baikan? Gue tau dia salah dan kesalahannya bagi lo gak bisa dimaafin tapi coba kasih kesempatan. Dia juga kan sering nyari-nyari lo. Dia gak pernah bilang alasannya ke lo?”

“Enggak tuh Bams. Takut paling.”

“Yah gimana gak takut tuh cewek. Dia datengin lo aja muka lo kaya udah mau ngajakin dia perang. Dia manggil lo aja lo langsung pergi. Dia ngomong sama lo aja lo balesnya sambil bentak-bentak atau marah-marahin dia. Man, cewek mana sih yang gak takut digituin?” Bams bertanya.

GALAKSIKEJORA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang