8. PILIH GALAKSI ATAU KRIS?

724K 62.1K 53.8K
                                    

8. PILIH GALAKSI ATAU KRIS?

Tetaplah menjadi orang baik. Meski kau tak pernah diperlakukan dengan baik oleh orang lain.” — Kejora Ayodhya

“Hai Galaksi,” sapa Kejora pada Galaksi. Biasanya Galaksi akan langsung menoleh. Namun kini cowok itu hanya diam. Mengabaikannya. Kalau begini terus kapan Galaksi akan memaafkannya?

“Tumben pagi-pagi banget udah di sekolah Gal?” ujar Kejora, kikuk.

Galaksi memperhatikannya. Perempuan itu sedang membawa nasi bungkus. “Mau naruh nasi lagi di laci meja gue? Gak usah, nanti basi. Gak ada yang makan.”

“Loh biasanya kan juga Jordan yang makan?” ujar Kejora. Sampai hafal di luar kepala bagian itu.

“Jadi lo naruh makanan itu buat Jordan bukan buat gue?” tanya Galaksi. Sedikit marah.

“Bukan, bukan gitu. Ini buat kamu. Tapi kan kamu gak pernah makan. Kata Guntur yang sering makan nasi itu Jordan,” ucap Kejora.

“Emang bener gak pernah kamu makan nasi yang aku bawa, Gal?”

“Enggak,” ucap Galaksi. Enteng tanpa merasa bersalah.

“Sedikit pun gak pernah?”

“Enggak biasanya diajakin makan ke kantin sama Sarah,” balas Galaksi tanpa memikirkan perasaan Kejora.

Sarah. Sarah. Sarah. Selalu nama itu yang keluar dari mulut Galaksi.

Kejora mengangguk mengerti, tidak mau mendengar lebih. Hari ini hatinya perlu istirahat sejenak. Ada begitu banyak hal yang harus Kejora istirahatkan sebelum benar-benar meledak dan berakibat fatal. Perempuan itu lalu menaruh makanan yang ia bawa ke laci meja Galaksi. Sementara Galaksi memperhatikannya. Ada berjuta luka dan penyesalan di wajah Kejora yang berusaha Galaksi abaikan.

“Jangan lupa di makan ya. Aku sayang kamu,” Kejora mengusap wajah Galaksi. Galaksi tersentak lalu beberapa detiknya terlena.

“Ra?” panggil Galaksi dengan nada berat. “Duduk dulu. Ada yang mau diomongin,” ucap Galaksi. Kejora menurut. Perempuan itu duduk di sebelah Galaksi. Debaran jantungnya membuat Kejora gelisah.

“Kalau mau ngomong yang aneh-aneh atau kaya kemarin lagi. Lebih baik jangan. Aku gak kuat tenaga buat berantem sama kamu,” ucap Kejora sebelum Galaksi berbicara.

“Oke,” Galaksi tak membantah, tak seperti biasanya. “Duduk gue mau ngomong sesuatu.” Itu adalah kalimat yang membuat bisa banyak perempuan bisa deg-degan di situasi serius seperti ini.

“Aku gak mau. Apapun itu selain kata putus,” kata Kejora, mendahului Galaksi.

“Siapa yang minta putus?” Galaksi bertanya, dengan kening berkerut. Cowok itu menegakkan badannya.

“Gue cuman mau bilang. Nanti gue sama Sarah mau pergi belanja. Mamanya ulangtahun. Hari ini gue bawa mobil. Lo harus ikut.”

“Kenapa aku harus ikut?” tanya Kejora.

“Anggep aja bayar hutang Ayah lo sama keluarga gue,” ucap Galaksi.

“Gak perlu bayar pake uang. Gue tau lo gak bisa,” ujarnya dengan wajah tak berekspresi.

Kejora menelan ludahnya. Berdiri. “Sebenernya kamu punya hati gak sih, Gal? Aku kan udah bekali-kali minta maaf sama kamu. Aku udah usahain segala cara biar kamu mau nerima aku lagi. Tapi kenapa semua hal yang aku lakuin ke kamu kaya gak ada artinya? Di mata kamu aku ini siapa sih Gal?”

“Jawabannya cuman ada iya atau enggak,” ujar Galaksi. Kedua matanya menatap lurus ke depan—tidak pada Kejora. Urat lehernya menegang.

“Pilih salah satu terus pergi,” kata Galaksi

GALAKSIKEJORA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang