13- Bianglala

Beginne am Anfang
                                    

''Di kamarnya."

Nadife mengangguk.

*BS*

Sementara itu, Nadeline yang masih sibuk memilih outfit apa yang harus ia kenakan.

''Gue pake dress aja kali ya?" ucap Nadeline kepada pantulan bayangannya di cermin dengan salah satu tangannya memegang hanger dress.

Nadeline menggeleng. ''Dress terlalu formal."

Setelah hampir 15 menit sibuk memilih outfit apa yang cocok digunakan. Pilihan terakhir Nadeline jatuh kepada Floral white blouse dengan celana jeans dan tambahan sling bag sebagai pelengkapnya. Tidak lupa ia menggunakan Make-up senatural mungkin.

Suara ketukan pintu terdengar di indera pendengaran Nadeline. Lantas saja Nadeline menyuruh orang di luar kamarnya untuk masuk.

''Non, itu mas Gani nya udah dateng. Ada mas Nadife juga dibawah,'' ucap mba Sarti dengan logat Jawa yang khas.

''Iya mba, Nadeline sebentar lagi turun,'' ucap Nadeline dengan ramah.

Mba Sarti mengangguk. ''Non hari ini ayu tenan."

Nadeline tersenyum ramah. ''Makasih mba," ucap Nadeline sambil memeluk mba Sarti.

Setelah itu, Nadeline keluar kamar dan berjalan menuruni anak tangga. Dilihatnya sudah ada Arnold, Nadife dan Gani.

''Ayo kak," ucap Nadeline. Membuat mereka bertiga beralih menatap Nadeline.

''Gue berangkat dulu Nold, Dife,'' ucap Gani kepada Arnold dan Nadife.

Nadife mengangguk, tetapi tatapannya tidak lepas dari Nadeline.

~•BS•~

''Kak, gue mau naik itu," ucap Nadeline menunjuk bianglala yang ada di taman hiburan yang mereka kunjungi saat ini.

Gani mengangguk. ''Ayo Nad," ucap Gani sambil menggenggam jari jemari Nadeline, dan berjalan menuju salah satu loket bianglala tersebut.

Mereka duduk berhadapan sambil menikmati indahnya sunset di kota Jakarta.

''Warna langitnya bagus ya," ucap Nadeline ketika bianglala yang mereka duduki hampir sampai di puncak tertinggi.

Gani mengangguk. ''Kalo udah sampe puncak tertinggi, bakal lebih bagus pemandangannya," ucap Gani dengan seulas senyum tulusnya.

Nadeline tersenyum lebar. ''Yang bener kak?''

Gani mengangguk. ''Lebih indah lagi lo liatnya sambil natap mata gue," ucap Gani dengan gombalannya.

Nadeline tersenyum. Tetapi jantungnya sudah berdegup kencang. Menurutnya Gani hari ini terlihat lebih tampan.

Lo itu cinta pertama gue. Lo orang pertama yang bisa bikin gue tertarik sama lo saat pertama kali pertemuan kita. Batin Gani dengan tatapan tulusnya ke arah Nadeline.

''Lo cantik Nad," ucap Gani tanpa sadar.

Nadeline mendengarnya hanya mengulas senyum. ''Lo juga hari ini lebih tampan dari sebelumnya kak."

''Lebih tampan dari sebelumnya. Jadi maksud lo gue dari awal gak tampan gitu?" ucap Gani, tidak terima pernyataan Nadeline.

''Eh bukan gitu, maksud gue tuh lo sebelumnya juga tampan, tapi hari ini lebih tampan melebihi bang Arnold."

Gani tersenyum sumringah. ''Nad, gue suka-'' ucapan Gani berhenti karena ia rasa kali ini bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.

Nadeline mengangkat sebelah alisnya. ''Lo suka apa kak?"

Gani terlihat gugup mendengarnya, ia melihat sekeliling untuk menjadi alasan alibinya.

Sorot matanya melihat kebawah, terdapat kolam dengan air mancur yang menyembur ke atas.

''Gue suka air mancur itu," alibi Gani dengan menunjuk air mancur yang terletak dibawah, samping bianglala.

Nadeline melihat arah tunjuk Gani. ''Air mancurnya bagus kak, gue juga suka. Lain kali kita kesini lagi ya."

Gani mengangguk. ''Iya kalo lo sama gue udah akad, besoknya setelah akad kita kesini sampe lo puas." ucap Gani dengan tersenyum jail.

''Kak Gani!! Jangan gombalin gue, kalo cewek lo tau-'' ucapan Nadeline terpotong.

''Gak salah kan gombalin calon istri gue sendiri?" ucap Gani dengan tangannya terulur mengelus pipi kanan Nadeline.

Senyum lo Nad, bikin gue selalu candu ingin selalu di dekat lo. Batin Gani.

~•Beloved Sunshine•~

Vote dan koment jangan lupa!
Kritik dan saran dipersilahkan


15 September 2019

Beloved SunshineWo Geschichten leben. Entdecke jetzt