“Tunggu. Tunggu! Gue masih enggak ngerti,” muka Kejora kebingungan. Takut lebih tepatnya. “Galaksi kenapa? Please Sep kasi tau gue. Gue mau tau.”

Septian kembali diam. Menarik napas pelan—seperti memikirkan hal apa saja yang akan terjadi pada mereka kalau Septian cerita pada Kejora. Melihatnya membuat Kejora semakin memaksa Septian.

“Dia nyaris mati kenapa Sep? Markas Box itu apa?”

Septian akhirnya menceritakannya.

“Markas Box itu masa-masa kelam Galaksi. Kalau dia stres, sedih, kangen sama Mamanya. Dia bakal ke sana. Di sana ada satu penjaga utama. Badannya 2 kali lipat lebih besar dari Jordan dan kebetulan dia enggak suka sama Galaksi karena Galaksi selalu jadi anak emas di sana karena, lo tau kan Galaksi pinter berkelahi? Dia juga pinter jadi pemimpin, pinter bergaul, bahkan cari siasat. Nalarnya Galaksi itu tajem. Itu kenapa kalau lo ada di satu tempat sama dia, dia selalu tau kan?” ucap Septian.

“Pimpinan Markas Box jelas enggak bakal ngelepasin anak emas kaya Galaksi,” ujar Septian.

“Dia ikut apa sih sebenernya Sep?” tanya Kejora. “Kok dia gak pernah cerita ke gue?”

“Jangankan lo. Jordan, Bams, Guntur, Oji, sama Nyong aja gak tau. Dia gak mau kalian kenapa-napa,” ucap Septian.

“Tapi—”

“Dia gak judi, gak make dan apa pun pikiran buruk di kepala lo. Dia anak baik, meskipun blangsak. Itu cuman kesalahan Papanya yang harus dia tanggung di sana,” ucap Septian mendadak dingin.

“Saat lo nemenin Frans jalan. Dia liat. Malemnya dia langsung ke MBox. Dia mukulin banyak orang di sana. Kalau gue gak dateng karena ditelpon temen gue. Dia pasti udah gak ada Ra,” ucap Septian.

Hati Kejora mencelos. “Emang salah gue gak jujur sama dia Sep.”

“Gue kasih tau ke lo. Bersikap kalau lo enggak tau apa-apa di depan Galaksi. Kalau ketemu sama orang yang namanya Om Jansen sama Darung. Langsung lari,” ucap Septian.

Kejora ingin bertanya namun semua pertanyaan terpaksa terhenti dan melayang-layang di atas kepala. Karena dari arah kiri koridor putih Galaksi datang. Cowok yang masih menggunakan pakaian sekolah itu datang dengan tatapan marah menghampiri Kejora dan Septian.

“Gimana Sarah?” tanya Septian.

“Belum sadar,” ucap Galaksi. “Thanks Sep.”

“Gue pulang dulu,” pamit Septian sambil berdiri dan menepuk kedua pahanya.

Setelah Septian pergi. Galaksi langsung duduk di samping Kejora. Sangat dekat sampai Kejora bisa merasakan aroma parfum gentle cowok itu. Tanpa banyak bicara Galaksi mendekat, cowok itu mengambil lengan Kejora yang lecet. Melihatnya saja membuat Galaksi nyeri.

“Masih sakit?” tanya Galaksi lembut.

Kejora terkejut. Kejora pikir Galaksi datang ke sini akan menyalahkannya namun diluar dugaannya. Cowok itu malah bersikap lembut seperti ini.

“Udah gapapa,” Kejora menarik lengannya.

“Jangan kaya gitu lagi.” Jantung Kejora rasanya berhenti berdetak sebentar. Kejora pikir Galaksi tahu yang sebenarnya.

“Aku gak bakal bikin pembelaan apa-apa, Gal,” ucap Kejora.

“Kenapa?”

“Kamu pasti gak bakalan percaya. Jadi buat apa aku membela diri sendiri? Toh kalau pun aku bilang aku cuman nolongin dia. Kamu gak bakalan percaya,” ucap Kejora.

GALAKSIKEJORA [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now