25 : Flashback (2)

974 65 1
                                    

Sesuai dengan Harapan, semua rencana Vania dan Melvin berjalan dengan lancar, Elvio dan Elvano mulai terbiasa mendekatkan diri dan bermain bersama, tanpa Vania dan Melvin suruh, mereka terlihat seperti layaknya kakak beradik, bermain bercanda maup...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sesuai dengan Harapan, semua rencana Vania dan Melvin berjalan dengan lancar, Elvio dan Elvano mulai terbiasa mendekatkan diri dan bermain bersama, tanpa Vania dan Melvin suruh, mereka terlihat seperti layaknya kakak beradik, bermain bercanda maupun bertengkar. Namun pada akhirnya mereka lah yang menyelesaikannya sendiri dengan memaafkan satu sama lain, cukup lucu jika di lihat.

Saat Elvano pertama kali masuk kedalam kehidupan Elvio, Elvio tak segan-segan mengusir Elvano, menyuruh-nyuruhnya, bahkan menyiksanya, Elvio bahkan berteriak 'Aku tak mau mempunyai adik sepertimu!' mungkin kata-kata itu tetap terngiang-ngiang di kepala Elvano saat itu.

Namun hari demi hari, Elvio yang polos bisa membuka kan hati dan pertemanannya kepada Elvano, dia akhirnya bisa menerima Elvano di keluarganya sebagai adiknya. Ya, Elvano dan Elvio hanya berbeda 2 tahun saja, sehingga Elvano lah yang menjadi anak bungsu di keluarga itu.

Lambat laun situasinya semakin harmonis, dimana, kemana dan kapan saja mereka terikat satu sama lain, layaknya lem dan perangko tidak bisa di pisahkan, dimana di situ ada Elvio dan di situ pula ada Elvano, dan fakta menarik yang perlu kalian ketahui adalah, mulai saat itu Elvio dapat tertawa bebas karena pemuda bergigi kelinci yang selalu di sampingnya.

Dan itu membuat Vania dalam waktu ke waktu sangat menyayangi keduanya, mereka tidak dibanding-bandingkan, semua tampak sama, bahkan seharusnya Elvano mendapatkan kelayakan lebih, atas perlakuan baiknya kepada Elvio. Dia sangat menyayangi satu sama lain.

Seperti saat itu yang sedang Vania lihat, Elvano tengah menyelimuti Elvio yang tertidur di meja belajar, itu membuat hati  Vania menjadi luluh atas perlakuan Elvano.

Elvano kemudian melirik Vania, selaku ibu angkatnya itu, kemudian Elvano tersenyum manis dan mendatangi Vania.

"Ibu, ada apa?" tanya Elvano sudah sampai di depan Vania.

Vania menarik nafas lega dan menatap Elvano. "Kau menjalankan perintahku dengan baik rupanya."

Elvano mengangkat sudut bibirnya, lalu memegang kedua tangan Vania dengan lembut. "Itu sudah tugas menjadi tugas Elvano bu."

Vania kemudian menatap sekilas Elvio yang sedang terlelap tenang. "Biarkan dia seperti itu, nanti ayah yang akan memindahkannya." Vania kembali menatap Elvano dan mengingat sesuatu yang terlupa.

"Ahh.. Ayok, ikut ibu, ibu sudah buatkan cookies dan susu coklat." Vania menarik tangan Elvano yang sudah menjadi putra bungsunya itu, semua perlakuan Vania membuat Elvano semakin menyayangi keluarga barunya itu. Ya, walaupun Elvano masih berumur belia, namun Elvano pasti sudah memahaminya.

Vania sangat bersyukur mempunyai Elvano di keluarganya, sangat amat bersyukur.

Saat itu hidup Elvano benar-benar berubah seratus derajat, karena nasib dirinya yang telah di takdirkan tinggal bersama keluarga itu. Hidupnya menjadi tak seburuk yang lalu, Elvano sangat mensyukuri hal itu.

Dear V ✓Where stories live. Discover now