05 : Imajinasi?

4.2K 389 59
                                    

Setelah insiden itu berlangsung, pikiran hyera masih terus bergeming atas ucapan Elvio sang suaminya itu, dia makin heran menjadi-jadi kala mengingat pesan sang ayah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah insiden itu berlangsung, pikiran hyera masih terus bergeming atas ucapan Elvio sang suaminya itu, dia makin heran menjadi-jadi kala mengingat pesan sang ayah.

Mencintai Elvio? Apa dia harus melakukan itu?

Hyera sejenak berpikir, haruskah rasa cinta ada? Haruskah Hyera menerima semua amanah ayahnya? Namun sekilas ia juga sadar, jika Elvio tak mencintainya, bahkan membencinya.

Banyak pepatah mengatakan jika cinta datang karena terbiasa, maka begitulah apa yang di pikirkan Hyera sekarang, bertanya pada waktu apa cinta benar memihak padanya, atau malah sebaliknya.

Hyera masih menatap tumpukan tanah itu kemudian mengucap beberapa kata perpisahan dan bergegas meninggalkan makam ayahnya.

Kakinya terus saja melangkah tanpa letih, menjauhi makam itu. Sejenak melihat keatas, langit redup bersama hembusan angin yang menghantamnya tanpa ampun, serta gemuruh yang mulai bersorak seakan menertawakannya diantara sisi hancurnya.

Kini rintik-rintik air, sudah mulai membahasi baju Hyera, ia hanya memakai mantel hitam dengan balutan jeans berwarna sepadan, Dia memang telah mengganti bajunya setelah mendengar kabar itu, tentu dengan alasan agar semua orang tak tahu bahwa hari ini dia telah di pinang oleh seorang hamba tuhan.

Raut wajah Hyera sangat memelas, setelahnya mendegus kasar dan memejamkan mata dalam, sebagai tanda dia benar-benar pasrah sekarang.

Jangan tanya mengapa Hyera termenung sendirian, tentu karena dia tak tahu arah tujuannya selanjutnya, bahkan dihari pernikahannya, dia tak bersama dengan suaminya, apakah dia akan kembali tinggal di flat kecilnya, sedangkan dia sudah berstatus istri orang.

Tak terasa begitu singkat nya dia berjalan, kini kakinya sudah memasuki trotoar jalanan, kendaraan yang lalu lalang seakan menjadi perhiasan dan robekan awan yang terus menghitam menjadi sensasi baru dihati Hyera.

Dia sedikit bergumam, lihatlah awan disana redup, sepi, selalu dihantam guntur dan selalu tersakiti sama seperti dirinya, disini dia merasakan sepi meski banyak orang disana yang setia menemani, dia hanya sendiri mengambil duka ini, selalu diterjang kejamnya dunia dan selalu tersakiti hingga akhir dari ke tidak sanggupannya.

Bahkan dirinya seperti mati rasa, dengan suasana dingin dan rintikan hujan yang terus berjatuhan dari atas sana, membuatnya basah kuyup tanpa sisa.

Kini rasa dingin mulai terasa di dalam heningnya, dia masih saja terus melangkahkan kakinya tak tentu arah, menghiraukan banyak sekali bunyi klakson yang sudah menyahutnya, sayangnya tak ada satupun yang bisa ditangkapnya.

Yang ada dipikirkannya kini hanya ayahnya dan semua janji itu, bagaimana ia harus bertahan, sedangkan banyak yang tak mengharapkan perjuangannya, ingin mengelak dan menjauh, namun tak bisa. Bagaimana nasib hutang ayahnya kalau begitu.

Sinar yang putih kini sudah mengenai setengah tubuhnya, suara klakson makin saja bersautan menggila, teriakan entah dari mana mulai berlomba dengan klakson.

Semakin menggilanya suara-suara itu, semakin tak sadar pula Gadis ini, dia makin gila mendengar suara bising ini.

Srett...

Tubuhnya oleng saat satu tarikan itu mendorongnya jauh.
Tangan Hyera ditarik oleh sesosok pria yang ia sendiri pun tidak tau dia siapa, karena Hyera sedang berada dibawah alam sadarnya.

Dia menganga masih sedikit tak sadar, saat dirasa. Bukannya darah yang mengucur di tubuhnya dan beban berat yang membuatnya remuk, melainkan satu makhluk berperawakan tegap kini tengah memeluknya dengan erat.

Tangan yang masih melingkar itu kini semakin erat memeluk pinggang ramping itu. Hyera masih saja menatap kosong sekitarnya menyesuaikan lagi semua rasa yang kini dia rasakan, bahkan kini nafasnya makin memburu, kala ia merasakan pelukan hangat yang entah milik siapa itu, bahu panjang yang kini menjadi senderan, dahinya makin dipersempit saat pria itu makin menguatkan pelukannya.

"Apa kau bodoh hah?! Apa kau tak mendengar suara klakson itu!! Apa kau sengaja melakukan semua ini?!" samar suara itu terdengar, namun masih belum berhasil membuatnya sadar, Hyera dibawah alam sadarnya.

"Apa kau ingin meninggalkanku hah?! Apa kau juga ingin menjauh dari hidupku?!"

"Hyera..." Lirihnya makin tak terdengar saat kepala itu kini sudah berada di bahu Hyera, menelungsupkan kepalanya itu, di leher mungil milik Hyera.

Bisa Hyera rasakan bahwa ada banyak air yang makin mendera dibagian lehernya, serta sesenggukan halus yang bisa dia prediksi. Dia bisa menebak bahwa pria ini kini tengah menangis.

"Komohon jangan tinggalkan aku.. Jangan buat aku sendiri lagi.."

"Tetaplah bersamaku.. jangan pernah berfikir kabur lagi dariku" Hyera makin terpejam saat kata itu kembali terdengar di gendang telinganya, entah dia harus percaya atau tidak akan semua omongan itu.

Hyera berkedip beberapa kali merasakan apa yang dia dengar itu nyata atau tidak, dan seketika sebuah cahaya hitam melesat di depan wajahnya, dan seketika itu juga Hyera melihat siluet bayangan tubuh Elvio yang akan berjalan menjauhinya.

"Elvio!!" tegas Hyera lagi saat Elvio pergi meninggalkannya.

Greep..

Tangan lentik Hyera yang melingkar di tubuhnya kini makin menahan pria itu, antara menerima atau menolak, tubuh yang kini Elvio rasakan tengah dipeluk oleh Hyera tepat di punggungnya, membuat dia ingin kembali memeluk Gadis itu, namun tidak, egonya menguasai dirinya.

Seett

Bruukk!!

"Lepaskan bodoh!"
"Apa yang kau lakukan!!"

Kini pria itu makin menatapnya, dan benar dugaan Hyera.

Elvio kini makin menatapnya lekat, meski kini Hyera sudah tersungkur di aspalan tanah, karena dorongan darinya, tatapan tajam yang makin saja tersorot membuat Hyera heran sekaligus bingung sendiri

"Cepat sekali dia berubah.."

"Apa aku yang salah mendengarnya?" gumam Hyera di dalam batinnya masih saja menatap mata elang Elvio, berharap pria itu berubah pikiran dan mengulang ucapannya tadi.

Apa aku salah dengar, karena aku yang terus melamuninya, pikir Hyera masih diposisi herannya.

Minimal Follow, bantu Vote dan Komen lah gaes... Kan Gratis! 🤧

 Kan Gratis! 🤧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Dear V ✓Where stories live. Discover now