03 : Menyakitkan

4.8K 460 132
                                    

Tanpa penggalan kata lebih lanjut, Elvio langsung menarik tangan Hyera dan membawanya ke arah mobil, meninggalkan Calvin yang masih tersungkur dengan darahyang mengalir disudut bibirnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tanpa penggalan kata lebih lanjut, Elvio langsung menarik tangan Hyera dan membawanya ke arah mobil, meninggalkan Calvin yang masih tersungkur dengan darah
yang mengalir disudut bibirnya.

Hyera terus aja menggerak-gerakkan tangannya agar terlepas dari genggaman Elvio, namun nihil Elvio sudah dibuat emosi olehnya sendiri, sehingga akhirnya, Elvio melepas genggaman tangannya, tepat di saat mereka berada di depan mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat Universitas Hyera.

Braakk...

Satu pukulan itu kini kembali terdengar di telinga Hyera membuatnya sedikit tersentak. Tanpa ampun Elvio terus saja memukul dan menendang mobil dihadapannya.

"Kau selingkuh di belakangku, hah?!" tanya Elvio menatap lekat Hyera yang masih saja merunduk sejak tadi.

"T-tidak V" jawab Hyera sambil menahan tangisnya.

"Ahh kau sudah mulai berani berbohong padaku?" mata elang dan tajam Elvio terus saja memandang Hyera.

"Aku berkata sejujurnya V!" entah persetan dari mana kini Hyera sudah berani berkata tinggi pada Elvio, membuat Elvio dibuat kaget sendiri dengan sikap Hyera.

"Aish.. Kau benar benar berani ternyata.." ucap Elvio mengusap kasar wajahnya sendiri.

"Dasar kau-" ucap Elvio lagi seraya bersiap dengan satu tangannya yang sudah melayang diatas angin, namun hal itu terhenti, saat matanya melihat getaran badan Hyera dan benik air mata yang sudah merembes di matanya.

Dia melihat seberapa takutnya Hyera saat itu, hingga perlakuan yang hampir saja dilontar seketika terhenti, entah karena dorongan apa, mungkin karena tarikan hasrat.

Bughh...

Praaakk!

___________________________

Hyera POV

Akhirnya hari ini datang, hari yang paling tak kudambakan, hari yang paling kuragukan untuk dijalankan.

Bahkan ayahku pun tanpa beban sedikit pun mengantarku menuju altar, rasanya ingin aku lari dan menangis, apa ini namanya hidup?

Tuhan beritahu aku apa yang harus kulakukan sekarang?

Aku bisa melihat siluet pria itu sudah memandangku, dengan tatapan dinginnya didepan sana, ku tatap sekitar ku, banyak orang yang berbahagia disana, namun sayangnya tidak untukku sendiri.

Taburan bunga dan sambutan riuh itu seakan menjadikanku, seorang ratu seribu satu malam dalam jangka jam, aku coba paksa senyumku disana agar tak terasa kaku.

Kini langkahku sudah mendekati jalan hidupku, matanya terus saja menatapku membuatku terasa canggung untuk membalasnya.

Penghulu kini sudah berada diantara kami, menuntunku dengan dia untuk mengucap janji suci kami, ku ucap sepenggal kata janji itu didepan Tuhan. Dan semua orang disana, setelah dia mengucap janji suci itu terlebih dulu.

Dear V ✓Where stories live. Discover now