57.|Perasaan dan Ingatan

4K 272 15
                                    

       Rose memerhatikan Yonna yang hari ini terlihat begitu ceria. Tak ada lagi raut sendu di wajah cantik sang sahabat itu. Yonna mengerjakan tugas fisika yang diberikan oleh guru dengan fokus dan sambil bersenandung. Tentu saja ia bisa sesantai itu, karna guru mata pelajaran sedang berhalangan hadir dan hanya menitipkan tugas.

     "Na? Lo happy banget. Cerita dong, gue penasaran alasan ke-happy-an lo hari ini!" kata Rose dengan mata berbinar.

      Yonna terkekeh an mengangkat bahunya, lain halnya dengan Rose yang mendengus karna tak mendapat jawaban dari rasa penasarannya itu.

    "Ya ampun, malah dikacangin gue!" gumam Rose lalu kembali mengerjakan tugasnya juga.

    Yonna memang punya mood yang bagus hari ini. Ia begitu senang dengan perubahan sikap Kyven yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Setidaknya, Kyven tidak mengatakan lagi hal yang menyakitkan baginya. Malah, yang membuat Yonna tak menyangka pagi ini nyatanya Kyven yang mengantarnya ke sekolah. Tentu saja awalnya Yonna menolak, ia takut jika Kyven nanti malah kesasar karna ingatannya masih tak 100% pulih. Tetapi kekhawatiran Yonna hilang karna Astro tentu saja ikut dengan mereka. Astro yang mengemudikan mobilnya dengan Kyven dan Yonna yang duduk di kursi penumpang.

     "Pulang sekolah nanti, aku ingin makan siang denganmu." —  pesan dari Kyven yang dikatakan sebelum Yonna turun dari mobil itu terngiang kembali di kepala Yonna. Semburat kemerahan muncul di pipinya, Yonna sungguh bahagia.

     Rose yang mendapati ekspresi Yonna langsung menubruk sahabatnya itu dengan pertanyaan kembali, dan kali ini Rose tidak akan membiarkan Yonna mengacanginya lagi.
    "Na! Gue sumpah penasaran banget tahu!" kata Rose.

      Yonna menaikkan alisnya lalu tertawa ringan. "Apaan sih, Rose? Kamu penasaran soal apa?" sahut Yonna lalu kembali menggerakkan penanya mengerjakan soal-soal itu.

      Rose menghela napasnya lalu menyandarkan punggung ke kursinya. "Lo beda hari ini, Na. Lo bahagia banget, gue juga pengen kali tahu biar gue kecipratan bahagia juga! kesel gue digantungin mulu..."

     Yonna mengerutkan dahinya, "gantungin? Maksud kamu?".

      Rose memutar bola matanya dan mengibas tangannya, "Udah, lo jawab dulu pertanyaan gue." timpal Rose.

     Yonna tersenyum, ia memang tidak akan bisa menolak untuk tidak menjawab pertanyaan Rose itu. "Kak Kyven, Rose..."

     Rose menegakkan tubuhnya dan memandang Yonna dengan serius, "apaan, Na? Kak Kyven udah ingat sama lo? udah pulih 100%?",

     Yonna menggeleng, "belum, Rose. Tapi, kabar baiknya... Kak Kyven sudah tidak mengusirku seperti dulu."

     Rose berdecak senang, "sungguh?! Itu kabar yang sangat bagus, Na! Seneng gue dengernya. Ah, besok gue main ke rumah lo ya, Na. Gue pengen ketemu sama Kakak lo. Hehehe..."

     "Iya, Rose. Mami juga nanyain kamu. Ada oleh-oleh buat kamu loh!" Ujar Yonna lalu mengedipkan sebelah matanya.

***

    "Kamu sangat suka Pizza?", pertanyaan Kyven menghentikan kunyahan Yonna terhadap pizzanya. Yonna mengangguk sebelum melanjutkan kembali kunyahannya dengan semangat.

     Kyven mengangguk, ia juga mulai menggigit potongan Pizzanya sembari memerhatikan Yonna. Dalam hatinya, Kyven benar-benar merasa sangat mengenal Yonna akan tetapi ingatannya masih saja begitu buram soal Yonna—yang Kyven telah terima, Yonna memang adiknya seperti yang telah dikatakan Kyla dan Alan padanya.

     Setelah makan mereka selesai, Kyven dan Yonna kembali masuk ke dalam mobil. Mereka hanya berdua saja, tanpa Astro. Kyven memang telah meyakinkan Astro jika ia memang tidak asing dengan jalan menuju ke sekolah Yonna. Awalnya Astro ragu tapi akhirnya mengiyakan keinginan Kyven.

     Sepanjang perjalanan, Kyven diam—begitu juga Yonna. Yonna merasa gugup, ia ingat kalau ini seperti saat dulu pertama kali ia datang ke keluarga Thaw. Rasa canggung menguasainya. Yonna melirik Kyven saat sang kakak rupanya melajukan mobilnya menuju ke bukit yang sangat Yonna kenali. Bukit yang dulu pertama kali ia tahu dan pertama kali Kyven-lah yang mengajaknya ke tempat itu.


     "Kakak... Kamu masih ingat dengan tempat ini?" tanya Yonna,

      Kyven menaikkan bahunya, "Entahlah. Pikiranku membawaku ke tempat ini. Aku bahkan heran kenapa aku merasa tidak asing dengan bukit ini." ujar Kyven lalu membantu Yonna melepaskan sabuk pengamannya. Perlakuan Kyven itu membuat dada Yonna terasa hangat, Yonna rasanya ingin menangis. Yonna sungguh merindukan sikap manis Kyven padanya.


   "Ayo kita keluar..." gumam Kyven lalu mereka keluar dari dalam mobil itu.

***

      "Bisakah kamu menjawab pertanyaanku?" ucap Kyven.

      Yonna mengangguk, "tentu saja, Kak. Kakak ingin bertanya apa?".

    Kyven memandang ke arah awan yang terlihat bergerak dengan pola-pola abstraknya. "Apa kita dulu sangat dekat?".

     Yonna menunduk dan meremas ujung roknya, apakah ia harus menjawab YA atau bagaimana? Yonna takut jika Kyven tak percaya padanya. Yonna merasa masih trauma dengan ungkapan kebencian Kyven padanya waktu itu saat setiap kali ia meyakinkan Kyven.

     "Kenapa kamu tidak menjawabku?" kata Kyven lagi,

      Yonna mendongak dan kini mereka berdua berpandangan. "Jika aku menjawab pertanyaan Kakak... Apakah Kakak akan percaya pada Yonna?", Yonna malah balik bertanya dan langsung direspon anggukkan Kyven.


     "Dulu kita sangat dekat, Kak." ujar Yonna. "Kakak bahkan sangat posesif padaku. Selain itu, Kakak sangat ...."

***

Kakak! Jangan Posesif✔️حيث تعيش القصص. اكتشف الآن