46.|Nahla

3.8K 263 11
                                    

       "Apa?! Ja...di yang mencelakai Kak Kyven itu..." saking tak percayanya Yonna, gadis itu langsung jatuh terduduk di lantai. Yonna menggeleng keras,
     "Tidak! Itu gak mungkin, Papa..." Yonna kembali menangis. Alan menghela napasnya, ia lalu berjongkok dan memeluk puterinya itu.

     "Papa sama denganmu, sayang. Awalnya Papa tidak percaya kalau Nahla yang melakukannya." wajah Alan benar-benar sedih.

     Yonna menangis, selain karna syok—juga karna kenyataan bahwa akibat kecelakaan itu, Kakak kesayangannya lupa ingatan dan tak mau melihatnya.

     Alan mengusap rambut Yonna dan menciumi puncak kepalanya, "Anak Papa, jangan menangis terus. Okay? Papa promised that Kyven would recover soon."

     Yonna mengurai pelukannya dan menatap Alan, "Papa... Yonna selalu berdoa agar Kakak cepat sembuh. Tak apa-apa jika Kakak memang membenci Yonna karna kehi—",

     "Shh... Tidak, Sweety. Kakak tidak akan membenci Yonna lagi ketika dia sudah sembuh." sela Alan.

     "Sekarang, ayo kita temui Mami di rumah sakit." ajak Alan, Yonna menggeleng.

    "Kenapa Yonna tidak ingin?" Alan heran.
     "Papa, Yonna akan segera menyusul nanti. Lagi pula, kedatangan Yonna ujungnya membuat Kakak tak suka." jawab Yonna.

     Alan merasa sedih melihat puterinya yang sekarang putus asa itu. Semenjak siuman, Kyven memang tak mau jika bertemu Yonna. Bahkan setiap kali melihat adiknya, Kyven selalu mengusir—menatapnya dengan kebencian.
     "Baiklah Yonna. Yonna istirahat ya, kalau perlu sesuatu kau katakan pada Papa, Mami dan Astro."

     Yonna mengangguk. Alan kemudian membantu Yonna berdiri dan menuntun puterinya untuk berbaring di ranjang.

    "Papa ke rumah sakit dulu, ya. Astro akan selalu menjaga Yonna." kata Alan.

   "Iya, Papa. Yonna tahu, Kak Astro akan selalu jaga Yonna." sahutnya.

***

     Sama seperti Yonna, semenjak mengetahui siapa yang  mencelakai Kyven—Kyla terlihat begitu sedih. Disebelah ranjang Kyven, sembari menatap anak lelakinya itu. Kyla menyeka air matanya.

    "Aku sama sekali tidak menyangka kalau dia melakukan ini padamu, Sayang." Kyla mengelus kening Kyven yang sedang tertidur setelah meminum obatnya.

    Pintu kamar rawat Kyven terbuka, Kyla langsung berdiri menghampiri Alan. Alan memeluk istrinya itu.

   "Sayang, Yonna mana?" Tanya Kyla.

     Alan menggeleng, "Yonna butuh ketenangan dulu karna aku sudah memberitahunya kalau ini semua ulah anak keluarga Revano itu." jawab Alan.

    Kyla menghela napas lalu melepas pelukannya, Alan menuntun Kyla duduk di sofa.

   "Aku bahkan membenci keluarga itu sekarang!" ujar Kyla.

    "Sayang, jangan seperti itu. Kau boleh marah, sedih, kecewa tapi jangan memelihara sifat membenci." Alan mengusap pipi Kyla.

    "Bukankah kita selalu mengajarkan pada anak kita untuk tidak membenci orang lain 'kan? Lagipula kita belum tahu alasannya apa sampai Nahla—",

    "Sayang. Lihatlah anak kita! Kyven sampai hilang ingatan karna ulah Nahla!" Kyla menyela ucapan suaminya.

      Alan menghela napasnya, sekarang ia harus lebih sabar.

    "Iya, ini memang ulah Nahla. Bahkan orang tuanya pun telah meminta maaf, kita harus bertemu Nahla dulu untuk mencari tahu alasannya." ujar Alan—"lagipula, aku yakin jika Nahla tak melakukannya karna keinginannya."

     Kyla mengerutkan dahinya, "Apa maksudmu, Sayang?".

   "Menurut laporan yang aku terima, Nahla akhir-akhir ini sering terlihat bersama seorang anak lelaki yang juga merupakan murid baru di sekolah Yonna." kata Alan,

   "Lalu? Apa hubungannya jika memang Nahla dan anak itu sering bertemu? Aku tidak mengerti Alan..."

    "Sudahlah, kamu tidak perlu memikirkannya. Ini jadi urusanku, setelah semuanya selesai. Aku akan memberitahumu. Sekarang kamu hanya harus menemani Kyven dan meyakinkan Yonna kalau Kyven akan segera pulih ingatannya." ujar Alan.

***


Kakak! Jangan Posesif✔️Où les histoires vivent. Découvrez maintenant