09.|Cita-cita

12.1K 671 12
                                    

      Setelah dari kantor agensi milik Fred, Kyven kini mengendarai motornya ke suatu tempat yang asing bagi Yonna. Motor Kyven sudah berbelok meninggalkan jalan utama dan kini melintasi sebuah jalan setapak yang hanya bisa dilewati oleh satu mobil.

       Yonna menatap kanan-kirinya. Pepohonan yang tumbuh menjulang tinggi terlihat seperti berlomba lari dengan mereka. Yonna tersenyum, dia jadi merindukan suasana panti tempatnya dulu menghambiskan separuh dari hidupnya sejak kehilangan kedua orangtua.

       Motor Kyven berhenti. Yonna menyandari jika kini mereka berada pada sebuah bukit yang menampilkan pemandangan danau dibawahnya. Yonna tidak tahu jika ada tempat seperti ini di dekat kota. Sementara pada sisi lainnya, dari atas bukit itu - pemandangan kota bisa terlihat.

     "Ayo.", Kyven berjalan diikuti Yonna.

      Jika Yonna biasanya akan bertanya 'kita ke mana ?', maka tidak untuk kali ini. Dia terlihat sibuk dengan pikirannya seraya menatap suasana sekitar mereka.

       Langkah mereka terhenti dan Kyven mendekati sebuah pohon teduh yang dibawahnya terdapat bangku kayu dan sebuah ayunan menggantung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

       Langkah mereka terhenti dan Kyven mendekati sebuah pohon teduh yang dibawahnya terdapat bangku kayu dan sebuah ayunan menggantung. Yonna mendekati ayunan itu lalu naik. Kyven mendekatinya.

      "Tunggu di sini. Jangan ke mana-mana." kata Kyven.

      "Eh? Kakak mau ke mana ? Kakak mau pulang? Ninggalin Yonna disini?", wajah Yonna berubah pias. Kyven terkekeh. Iya kali dia berani ninggalin Yonna kalau tidak mendapat murka dari Mami dan Papanya.

       "Kakak mau ke sana. Beli sesuatu untuk di makan." ujar Kyven lalu mengusap kepala Yonna dan segera melangkah ke sebuah foodtruck yang tak jauh dari sana.

      Yonna bermain ayunan sambil merasakan semilir angin yang berhembus. Tempat itu sangat cocok untuk mereka yang ingin mencari ketenangan dari hingar-bingar kehidupan kota.

       Tak lama kemudian Kyven pun muncul dengan membawa kotak yang entah isinya apa dan dua buah botol minuman berisi jus strawberry. Kyven duduk kembali di bangku kayu itu. Yonna turun dari ayunannya dan ikut duduk disebelah Kyven.

       "Kakak beli apaan?" Tanya Yonna saat menatap kotak makanan itu.

       "Kentang goreng, dua burger dan dua chicken fillet." jawab Kyven. Mendengar jawaban Kyven, sontak Yonna berdecak senang.

       "Ini jus strawberry-mu.", Kyven memberikan sebotol jus pada Yonna. Mereka menikmati makanannya dalam hening.

***

        "Kau suka tempat ini ?" tanya Kyven. Yonna mengangguk. Ia berdiri beberapa langkah dan merentangkan tangannya. Angin menerbangkan helaian rambutnya.

       "Tempat ini menenangkan. Apa kakak sering ke sini?", Yonna berbalik dan berjalan lalu duduk di ayunan menggantung itu lagi.

       "Ya. Jika aku sedang butuh ketenangan, aku pasti ke sini." sahut Kyven. Kyven lalu berdiri dibelakang Yonna. Ia mendorong pelan tubuh Yonna hingga gadis itu menikmati gerakan ayunan itu.

       "Kakak! Apa cita-citamu?", seru Yonna saat ayunan itu membuatnya lebih tinggi melambung.

      "Berada disisi Yonna." jawab Kyven.

      Yonna diam. Ia berusaha bersikap biasa dengan jawaban kakaknya itu. Meski sebenarnya jawaban Kyven itu membuat Yonna terbawa perasaan lain yang ia sendiri tak mengerti.

       Namun, Yonna mengumpulkan warasnya. Bukankah itu jawaban yang tentu saja menggambarkan keinginan seorang kakak yang selalu berusaha menjaga dan bersama adiknya? Yah, itulah yang harus Yonna sadari.

       Ayunan Yonna berhenti bergerak saat kedua tangan Kyven mencengkram erat talinya. Yonna sedikit kaget dan hampir saja jatuh jika merenggangkan pegangannya pada pada tali ayunan itu.

       Yonna menengadahkan wajahnya, mata mereka saling beradu. Tatapan sendu Kyven adalah yang ditangkap oleh manik milik Yonna. Yonna segera turun dari ayunannya dan menatap Kyven lagi. Pembatas diantara mereka adalah ayunan yang menggantung itu.
      "Kakak? Kakak gak apa-apa 'kan? Kakak terlihat seperti-",

      "Apa?", sela Kyven. Yonna menghela napasnya dan menggeleng.

      "Apa cita-citamu, Yonna?". Pertanyaan Kyven membuat Yonna terdiam sejenak.

      Yonna berbalik dan melangkah. Ia lalu menatap danau yang tak jauh dari sana.
      "Yonna gak tahu. Dulu saat di panti. Teman-temanku mengatakan, jika mereka ingin jadi dokter, polisi, orang kaya, penyanyi, tukang sulap dan lain-lainnya." ujar Yonna, ia tersenyum.

       "... Hanya Yonna yang tidak tahu apa yang Yonna cita-citakan." lanjutnya. Kyven masih diam mendengarkan Yonna.

      "... Tapi, saat Papa dan Mami datang menjemput Yonna. Dan menjadi bagian dari keluarga Papa, Mami dan Kakak. Yonna hanya berpikir untuk terus hidup bersama kalian. Hanya kalian yang Yonna miliki." jawabnya.

      Sebuah pelukan dari arah belakang dirasakan oleh Yonna.
      "Jangan pernah meninggalkan Kakak, Yonna."

***

Kakak! Jangan Posesif✔️Where stories live. Discover now