Chapter Fourty-Four

Start from the beginning
                                    

"Berikan itu padaku!"

"Tidak! Kau pikir aku hanya akan menyuruh mu bercinta dengan Joy tanpa memiliki niat licik lainnya, huh? Pikir, Wade. Kau bodoh. Kau sudah di butai akan cinta oleh perempuan murahan itu!"

"Sialan! Sekali lagi kau mengatakan Anna adalah perempuan murahan, lihat saja. Bukan tanganku yang akan menghajar mu, Liam. Tapi aku tak segan-segan akan membunuh mu dengan pisau sekalipun."

"Aw, takut.." Liam berdiri dan membersihkan darah di bibirnya.

"Aku tidak takut, Wade. Ancaman mu tidak berguna bagiku. Sekarang, aku yang akan mengancam mu balik. Biarkan aku bercinta dengan Anna dan aku akan membuang segala bukti ini. Tak akan ada yang berani membeberkan semuanya pada perempuan mu."

"Kau pikir aku akan percaya pada mulut sialan mu?"

"Terserah kau saja, Wade. Percaya atau tidak. Buat aku dan Anna bercinta. Maka semua selesai. Benar-benar selesai."

Sialan. Aku tidak akan membiarkan dia meniduri Anna. Aku tidak akan rela!

"Bagaimana, Wade?"

"Brengsek! Aku tidak akan membiarkan kau menyentuhnya sampai aku mati pun!" Aku pergi berlalu meninggalkan mereka semua. Sialan, Liam sungguh laki-laki licik yang akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Aku tidak akan memberikan Anna padanya, sampai kapanpun.

***

Saat aku kembali kerumah sakit, Anna masih dalam keadaan tidur. Ini sudah pukul empat pagi dan aku masih belum istirahat. Aku seakan tidak ingin menutup mataku karena aku takut jika Anna menghilang dariku.

Semua ini membuat aku takut, takut akan kehilangan lagi. Aku sudah merasakan betapa kehilangan sosok yang aku cintai. Dan sekarang, aku tak ingin merasakan hal itu lagi.

"Nathan?"

"Hei, kenapa kau bangun?"

"Kenapa kau belum tidur?"

Aku menatapnya dengan lembut sembari meremas tangannya, "Aku belum merasa kantuk. Kenapa kau bangun? Tidurlah, aku akan disini bersamamu."

"Kau tadi tidak ada disini, kau kemana? Dan.. ada apa dengan wajahmu?"

Ia memandang ku seakan menilai. Aku yakin ada memar ungu disana sehingga Anna dapat menyadari wajahku yang babak belur.

"Kau berkelahi?"

"Tidak."

"Jawab aku, Nathan. Kau berkelahi, iya kan? Dengan siapa?"

Aku menunduk, "Beristirahat lah, sayang. Kau masih belum pulih." Aku mencoba menatapnya dengan lembut. Ia menarik nafas pasrah, "Kau harus bercerita padaku besok pagi. Janji?"

"Tidurlah, good night, baby. I love you." Aku mengecup bibirnya pelan, "I love you too, Nathan."

Setelah beberapa menit aku menunggunya terlelap, akhirnya ia menutup matanya dengan deru nafas yang pelan.

Maafkan aku, Anna. Semuanya begitu rumit dan aku tak yakin akan sanggup berkata jujur padamu tentang semuanya. Aku takut, aku takut akan kehilangan dirimu. Aku tak bisa merasakan hal itu lagi, tidak untuk yang kedua kalinya.

Aku sudah kehilangan Ayahku dan Irene secara bersamaan. Aku tak ingin lagi kehilangan dirimu, Anna. Tuhan, aku tahu aku adalah laki-laki brengsek. Manusia yang bahkan memiliki banyak sekali dosa. Tapi, apakah aku salah jika aku berharap akan mukjizat mu?

Jaga Anna untuk ku saja. Jangan buat dia pergi dariku selamanya. Aku mencintainya, Tuhan. Dengarkan lah permintaan ku ini.

Aku tak pernah menangis setelah terakhir aku kehilangan Irene dan Ayahku. Kali ini, aku menetes kan air mata. Memohon pada sang kuasa, agar aku tak kembali kehilangan. Agar Anna, terus menjadi milikku dan tak pergi dari hidupku.

Aku tahu aku sangat bersalah, aku tahu aku begitu menyakitinya. Aku mencintainya melebihi nyawaku sendiri, aku rela memberikan apapun untuk nya agar ia menetap dan tak meninggalkan diriku.

"Anna, aku mencintaimu." Aku mencoba berbaring disebelah nya untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiranku. Kejadian hari ini sungguh membuatku lelah. Aku harap esok, akan sedikit membuatku tenang. Tidak ada Floyd atau siapapun itu yang mengganggu waktu ku bersama dengan Anna.

TBC

DON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT SAYANG

The JERK From SEATTLEWhere stories live. Discover now