Chapter 24 - After

5.8K 136 7
                                    

Hai, apa kabar kalian?
Sehat-sehat ya.
Oke deh, let's read and enjoy :)

***

My playlist music:

Till We Meet Again - Alffy Rev ft. Little Linka

***

Menikah bukan hanya sekedar melepas masa lajang. Menikah juga sebuah proses untuk meleburkan tiap ego yang melekat pada pribadi masing-masing. Jika dulu ketika Laura bosan, ia akan keliling-liling kota atau mampir ke beberapa pusat perbelanjaan untuk mencari barang yang mungkin tidak memiliki manfaat yang berarti. Namun kini, kebisaan lamanya harus ia ubah lantaran ia telah menyadang gelar Nyonya Xavier.

Laura tersenyum melihat suaminya baru saja selesai berkutat di dapur dan membawakan makanan hasil karnya Xavier. Mengingat kata suami, Laura tersenyum malu mengingat kejadian semalam yang... ah sudahlah, Laura malu jika harus mengingatnya kembali. Yups, you know what happened last night when it was legal to become husband and wife.

"Kau tersipu dengan hasil karyaku?" Suara Xavier sukses membuyarkan lamunan Laura.

Laura menggeleng pelan dan memasang senyum jahil, "Apakah ini enak?"

Xavier mengernyit tidak suka, "kau meremehkan makanan yang ku buat penuh dengan cinta?"

Masih dengan senyumannya, tangan Laura terulur mengusap lembut lengan kanan Xavier yang tercetak luka bekas jahitan. Laura meringis membayangkan betapa sakitnya luka itu dulu, kemudian matanya beralih menatap sendu dada kiri Xavier yang memperlihatkan bekas luka bakar.

Hembuasan nafas berat keluar dari Xavier, ia memegang kedua tangan istrinya.

"Ini sudah tidak sakit. Dan kamu tahu apa obatnya? Kebahagiaanmu, itulah obatnya. Jadi tetaplah tersenyum. Oke?" hibur Xavier yang melihat Laura kini tidak ada raut senyum jahil seperti tadi.

"Maukah kau mengatakan semuanya Xavier? Tentang siapa kamu, Arthur dan seluruh keluargamu?" masih menatap bekas luka-luka yang ada di tubuh Xavier, Laura meminta.

Tangan kekar Xavier beralih memeluk istrinya dan mengangguk.

"Baik. Aku akan mengatakan apapun yang kau ingin dengar. Tapi sebagai gantinya, kau harus tetap berada disisihku apapun yang terjadi. Mengerti?"

Dalam dekapan Xavier, Laura menahan isak sembari mengangguk pelan. Ia ingin tahu, pekerjaan apa yang suaminya lakoni hingga menghasilkan bekas luka seperti itu dan kejadan aneh yang membawa senjata seperti pistol atau bom.

Xavier melepas pelukannya dan menggiring Laura untuk masuk kedalam ruang rahasia yang selama ini tidak pernah Laura ketahui apa isi dari ruangan itu.

"Ini tempat kerjaku yang sesungguhnya," ucap Xavier. Lelaki itu mendudukan istrinya tepat di depan computer super miliknya.

Tangan lelaki itu lincah mengotak atik computernya hingga muncul sebuah video cctv.

"Ini adalah tempat markas ku."

Mata laura menelusuri satu persatu rekaman cctv yang semua jumlahnya ada 9 kotak kecil di layar computer super milik suaminya. Namun netra matanya melebar ketika wanita itu melihat salah satu rekaman cctv itu menampilakn nama dari tempat yang disebut markas oleh suaminya.

"Jadi selama ini... Kamu adalah anggota... CIA?" ucap Laura dengan terbata.

Xavier mengusap rambut wanitanya dan tersenyum.

The Charm Of A Bastard (REVISI)Where stories live. Discover now