Chapter 14 - Finally Revealed (1)

9.2K 427 7
                                    

Haiii.... Everyone?? I'm come back. Do you miss me?? Hehe..
Sorry ya lamaa. Seharusnya ntar malem. Tapi, gak sabar aja. Kasihan kaliannya yang udah sering Eng pHp in.
Enggak panjang sihh, tapi semoga seneng.
Oke deh, happy reading :)

***

My playlist:

Zayn - Let Me

Your playlist?

***

Semuanya gelap. Laura tidak bisa melihat apa-apa kendati penglihatannya terikat oleh kain.

Sial! Apa salahnya sehingga mereka berbuat begini? Tubuhnya pun tidak bisa digerakkan, ia duduk di kursi dengan tali yang mengikat tubuhnya. Sungguh, punggungnya terasa sakit.

"Tolong, siapapun Lepaskan!" Teriak Laura.

Sekuat tenaga ia meronta. Berharap tali yang mengikatnya bisa terlepas. Tetapi semakin Laura meronta, semakin kuat talinya menyentuh permukaan kulit Laura dan membuat rasa sakit.

Dari jauh, Laura mendengar derap kaki yang semakin mendekat. Sepertinya tidak hanya satu orang. Laura pun panik, ia tidak tahu siapa yang mendekatinya sehingga ia memutuskan untuk pura-pura tidak sadarkan diri lagi.

Suara pintu terbuka. Keringat basah membanjiri tubuh Laura. Terdengar suara langkah mendekatki Laura pelan. Jantung Laura berdegup dengan kencang. Sekarang langkah itu berhenti tepat di hadapan Laura. Ia merasakan gerakan yang membuka penutup matanya. Dan benar saja, penutup itu terlepas.
Mau tidam mau, Laura membuka kedua matanya dan tatapannya langsung bertemu dengan sosok pria bertubuh besar sedang tersenyum sinis.

"Hello lady?" Sapanya dengan masih tersenyum sinis.

Laura memalingkan wajahnya, enggah menatapnya.

"Cih! Sombong sekali kau." Kini senyum sinis sudah tidak terukir di wajahnya. Tergantikan dengan raut muka kesal.

"Katakan, apa yang membuatmu menahan ku seperti ini?" Ujar Laura tanpa menatap wajah pria gembul itu.

"Mr.X. You know? Kamu akan ku jadikan umpan agar Mr.X tunduk kepadaku," jawab pria itu dengan nada yakin. Seolah-olah rencananya kali ini akan berhasil.

Sedangkan Laura mengernyit tidak paham, "A-apa maksudmu?"

Pria itu menaikkan sebelah alisnya, "Nanti kau juga akan tahu."

"Aahh... Aku sudah bosan dengan topik ini, bagaimana kalau kita ganti topik lain?" Lanjut pria besar itu.
Ia kembali menatap Laura. Kali ini dengan tatapan yang berbeda. Ia menatap Luara dengan tatapan menggoda.

"Ngomong-ngomong, kau sungguh cantik. Tidak rugi jika kau melayaniku." Kata pria itu sembari mencolek dagu Laura.

Karena tangannya masih terikat, ia menepis tangan itu dengan memalingkan wajahnya.

"Aku tidak sudi melayanimu!" Jawab Laura dengan nada seolah itu hal yang sangat menjanjikan.

"Heh! Jangan sok jual mahal. Berapa? Kau butuh berapa banyak uang? Aku akan memberikannya!" Pria itu berkacak pinggang.

"Aku tidak butuh uangmu," jawab Laura ketus.

"Atau kau mau rumah? Berlian? Mobil mewah? Katakan, aku akan memenuhinya," Sungguh, Laura muak dengan ucapan Pria besar di hadapannya ini.

"Banyak wanita diluar sana yang mengantri untuk ku tawarkan semua ini, kau seharusnya bangga."
Cukup sudah. Kini Laura benar-benar geram. Ia tidak sudi disamakan dengan wanita semacam itu.

The Charm Of A Bastard (REVISI)Where stories live. Discover now