Chapter 16 - Lost (2)

9.5K 386 11
                                    

Hollaa, Eng come back. Do you miss me? Haha, kangen Eng apa Xavier-Laura?

Ok dehh, langsung aja yaa..
Happy reading guys 😘

Eh, don't forget to click ⭐ okay? Karena satu ⭐ dari kalian akan sangat berharga untuk Eng. Dan jangan lupa komen, karena setiap komenan akan di baca dan balas. Okee?

***
My playlist music:
Lauv - Enemies

Your playlist?

***

Malang, Jawa Timur - Indonesia 05.00 Am

"Are you ready, baby?" Laura mengangguk.

"Kamu yakin ingin ikut Papa ke Cologne? Kamu belum pulih benar, baby," kata Antonio dengan nada khawatir.

" I'm okay Papa. Anna bosan disini, sedangkan Papa melarang Anna untuk kembali ke Spanyol lagi, lalu apa yang akan Anna lakukan selanjutnya?" Erang Laura, berdiam diri diatas kasur bukannlah gaya Laura.

Sudah 3 hari Laura hanya berbaring di kasur rumah sakit setelah ia sadar. Tidak ada kegiatan lain selain membaca majalah, novel, bercakap dengan Jeni, Papa dan menjawab pertanyaan Dokter yang sangat 'cerewet'.

Laura sungguh tidak suka dengan Dokter yang dipilih Papanya untuk memantau kondisi Laura. Dokter dengan name tag Baskoro itu selalu bertanya ini-itu. Membuat Laura jengah menjawab semua pertanyaan yang hampir sama setiap harinya.

"Jadi bagaimana Laura? Kami yakin ingin pulang cepat? Kesehatan kamu belum benar pulih." Ucap Dokter itu.

See? Untuk kesekian kalinya Laura hanya mengangguk. Ia sedang malas membuka mulutnya. Ingin rasanya cepat-cepat pergi dari tempat ini.

Jeni yang menyadari bahwa majikannya sedang dalam keadaan mood kurang baik langsubg mengajak Laura untuk keluar terlebih dahulu. Meninggalkan Antonio dan Dr. Baskoro yang masih berbincang mengenai kesehatan Laura.

"Beruntung sekali aku. Terimakasih Jeni, kau selalu tahu suasana hatiku," senyumpun tak terhindarkan dari wajah 'agak' pucak Laura.

"Saya tahu itu semua Miss Laura. Saya tidak hanya setahun dua tahun bersama Miss Laura, tetapi 9 tahun, jadinya saya sudah hafal."

Ahh... Betapa beruntungnya Laura bisa mendapatkan asisten rumah tangga seperti Jeni. Tidak salah ia membawa Jeni ke Spanyol untuk menemaninya ketika ia memutuskan untuk memulai hidup baru di Spanyol. Tanpa campur tangan Antonio tentunya.

Keduanya berjalan menuju lobi rumah sakit dan Laura memang menolak untuk menggunakan kursi roda, jika ia masih mampu untuk berjalan, kenapa tidak? Hampir 20 menit, Antonio muncul dan langsung membawa mereka menuju bandara untuk penerbangan menuju Cologne-Jerman.

***

Cologne- Jerman
(Waktu setempat)

"Willkommen Fräulein Jhonson."

Akhirnya Laura memilih turun dari pesawat lebih dulu, diikuti oleh Antonio dan Jeni. Laura tersenyum tipis membalas sapaan salah satu pegawai Antonio. Dan demi menghindari kejadian yang meninpa Laura terulang kembali, mereka sepakat untuk mengganti nama belakang Laura menjadi Jhonson, nama belakang mendiang Mommynya.

Mereka semua sepakat, untuk mencegah kejadian dimana Laura di jadikan umpan dalam persaingan bisnis Antonio. Dan di sini, Laura berperan sebagai sekertaris Antonio Soedjono, bukan sebagai anak semata wayangnya Antonio Soedjono.

The Charm Of A Bastard (REVISI)Where stories live. Discover now