"Kak Bian,"panggil Anna memberanikan diri. Refleks Bian mengangkat kepalanya.

"Kakak kenapa ajak aku kesini?" Tanya Anna, Bian terlihat acuh lalu kembali menyuapkan makanannya kedalam mulut.

"Karna gue pengin ini," jawab Bian seraya mengangkat sendoknya ke arah Anna.

"Aku bisa kok bikinin setiap pagi," jawab Anna.

"Gue maunya makan langsung setelah di buat, kalo lo buat pagi-pagi terus bawa ke sekolah, yang ada dingin." Anna sebenarnya tidak yakin dengan jawaban itu.

"Kalian beneran cuma mainin Anna kan?" Seketika Bian menghentikan aktivitasnya. Ia terdiam sejenak lalu menatap Anna kembali.

"Jangan bahas itu, biarin gue makan ya?" suara lembut Bian mematikan saraf Anna. Dengan cepat Anna mengangguk lalu kembali memakan makananya. Astaga, kenapa melihat Bian baik justru membuatnya ketakutan.

Setelah makan barulah keduanya berada di ruang tamu, sudah pukul 5 sore, entah dia harus bilang apa lagi pada ibunya. Kalau dia bilang habis bermain dengan Sargas apa ia tidak akan terkena semprotan?

"Mikirin apa sih, Beb?" Seketika Anna menoleh.

"Kak Bian jangan deket-deket," tutur Anna seraya menahan dada Bian karna lelaki itu semakin mendekat padanya.

"Bibir lo goda banget sumpah, pengin cicip," tukas Bian tanpa ragu dan tatapannya memang tepat ke arah bibirnya. Anna langsung was-was dan segera menutup bibirnya.

"Kakak, Anna jangan di cium, Anna nggak mau," elaknya. Bian tertawa.

"Di cium Sargas aja mau, sama gue enggak mau," ujar Bian.

Beda! Kalo kak Sargas itu maksa, jawab Anna dalam hati.

"Sekali aja!" Pinta Bian membuat Anna perlahan menurunkan tangannya. Bian menyebalkan, tapi entah mengapa dia sulit menolak lelaki di depannya ini.

Senyum Bian merekah saat tangan Anna perlahan menurun, lalu saat Bian hendak memajukan bibirnya, suara telpon berdering membuat pergerakannya terhenti. Anna refleks mengerjapkan matanya beberapa kali dan Bian langsung menjauhkan tubuhnya dari Anna saat melihat nama yang tertera di ponselnya.

"Apa?" Suara Bian terdengar dingin pada seseorang di seberang sana.

"..."

"Nggak," singkatnya.

"..."

"Silakan!" Setelah itu Bian mematikan sambungannya dan menatap lurus dengan tatapan kesal. Entahlah sepertinya dia dapat masalah. Anna bingung harus apa sekarang, tiba-tiba saja Bian menoleh padanya lalu kembali mendekat membuat Anna kembali dag-dig-dug.

"Jadi pacar gue yaa?" Pinta Bian tiba-tiba membuat Anna refleks menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku nggak mau pacaran," jawab Anna sekenanya.

"Nggak mau atau masih bingung pilih antara kita bertiga?" Seketika Anna terdiam.

Cup

Bian mengecup bibir Anna sekilas membuat Anna semakin terdiam dan sekarang membeku.

"Gue suruh balik sama bokap," ujar Bian tiba-tiba membuat Anna menoleh.

"Terus kakak nggak mau?"

"Nggaklah! Males."

"Kenapa, Kak?"

"Keluarga sono banyak drama, jijik gue." Anna memegang tangan Bian sontak lelaki itu menoleh.

ANNA (SELESAI)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin