Rumah hampir gelap gulita, penerangan hanya berasal dari satu kamar, itupun karena lampu meja belajar Yoongi—ia terbangun pagi karena mengingat suatu hal.

Min Hyeji tak pulang, Seokjin tak pernah keluar kamar sejak ia pulang.

Sempurna.

Terdiam, melirik buku tanpa maksud khusus selain memikirkan tentang; pertemuan dengan Namjoon-hyung.

Oke, sebenarnya jangan menganggap Yoongi terlalu dilematis, karena orang-orang berpikir pada dasarnya seorang pemuda tak perlu menghiraukan hal tersebut.

Atau mungkin, seharusnya pula lelaki tak perlu menceritakan masalah yang tengah dihadapi.

Namun Yoongi berbeda. Ia tak bisa melakukannya.

Adalah hal aneh bagi Yoongi sendiri bila ia bersikap tak acuh dengan semua ini; Seokjin berubah karena kehadiran wanita yang tiba-tiba saja mencuci otaknya (mungkin), hingga lupa dengan keluarga sendiri.

Sempat juga ia berpikir 'tuk menyerah pada keadaan beberapa hari terakhir.

Toh semua sudah seperti ini. Lambat rasanya jika Yoongi menginginkan Seokjin kembali setelah ia memperlakukan sang kakak dengan demikian—tak acuh dan menyebalkan.

Kabur dari rumah dan lompat dari atap gedung perkantoran berlantai tujuh belas dekat persimpangan jalan adalah opsi terakhir bagi Yoongi.

Itu mudah bukan?

Orang-orang akan mengembalikan jasadnya dengan mudah karena Yoongi selalu membawa dompet kemanapun ia pergi, lengkap surat tulisan tangan sebanyak empat lembar di saku sebelah kanan.

Sungguh, saat ini baginya menghadapi kematian dirasa lebih mudah dibandingkan menjalani hidup itu sendiri.

Yoongi sudah siap semuanya.

Ia sudah siap untuk melakukan hal itu.

Hingga pada titik akhir, kenyataan begitu memukul Yoongi secara telak.

Hati Yoongi tak bisa membiarkan keluarga ini begitu saja. Ia lambat menyadari jikalau semua hal yang telah Seokjin lakukan tidaklah sia-sia.

Hati kecilnya berkata; 'bagaimana dengan Jungkook, Hoseok, Namjoon-hyung?'

'Bagaimana semua mimpiku dengan Jin-Hyung?'

'Bagaimana dengan permintaan ayah yang ingin melihatku mengenakan toga?'

'Aku mungkin takkan pernah melihat mereka lagi.'

Ting!

Tiba-tiba saja ponsel Yoongi berbunyi pelan diiringi layar yang menyala, sukses membuat Yoongi tersadar dari lamunannya.

2 new message.

Namjoon-hyung.

Jantung Yoongi berdegup lebih cepat, sama halnya dengan jemari tangan yang tak butuh menunggu waktu 'tuk membuka pesan itu.

'Namjoon-hyung bilang, bahwa ia akan segera menghubungiku setelah tahu apa arti dari kalung itu,' Gumamnya dalam hati. 'apakah ini saatnya?'

BERILIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang