6

6.9K 156 0
                                    

Mohon maaf yah kalau banyak typo berterbaran.

Please be wise this story was made for adults.

Happy reading beloved readers.

***

Hari ini keluarga inti Henry dan keluarga inti Tisya akan bertemu dan membicarakan jalan tengah terbaik untuk permasalahan anak mereka.

"Henry ayok siap - siap kita harus kerumah Tisya loh. Jangan sampe bikin malu dua kali ah ayok."Bunda Henry mengingatkan anaknya.

"Iya bun... sudah siap kok." jawab Henry.

"Aduh anak bunda ganteng banget

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

"Aduh anak bunda ganteng banget."

"Yuk yah kita langsung kerumah Tisya." Ajak Bunda Henry.

•••

- Rumah Keluarga Tisya -

Diruang keluarga tersebut Henry sudah melihat Andi, keluarga Andi dan orang tua Tisya. Namun, Henry tidak melihat Tisya.

Keluarga Tisya tetap menyabut keluarga Henry dengan sopan.

Kemudian mata Bunda Henry mencari - cari gadis bernama Tisya tersebut.

"Nak Andi... yang namanya Tisya tuh yang mana yah?" tanya Bunda Henry.

"Sebentar yah tante. Aku panggilin dulu, masih dikamar kayaknya" jawab Andi hangat.

Kemudian turun gadis berwajah polos, dengan baju merah maroon dan kepang samping sangat sederhana dan manis.

"Ini tante yang namanya Tisya" Andi memperkenalkan Tisya ke Bunda Henry.

"Ini tante yang namanya Tisya" Andi memperkenalkan Tisya ke Bunda Henry

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

"Halo Om, Halo Tante." Tisya menyalami kedua orang tua Henry.

"Maaf yah karena masalah ini tante sama om harus kesini", ucap Tisya menyesal sambil menundukan kepala. Ia tak berani memandang keluarga Henry terlalu lama. Tisya terlalu malu dengan kejadian tersebut.

Kedua keluarga tersebut berunding mengenai kejadian tersebut. Ternyata ada chemistry yang baik antara keluarga Tisya dan keluarga Henry. Sehingga rundingan yang seharunya mencekam menjadi sangat kekeluargaan. Ini berkat Bunda Henry yang sangat rendah hati dan Ayah Henry yang bijak mendengarkan keluh kesah keluarga Tisya mengai masalah ini.

"Jadi kamu sudah usia berapa Tisya?" tanya Ayah Henry.

"26 jalan 27 tahun om" ujar Tisya sambil menunduk.

Walaupun rundingan kedua keluarga ini berjalan dengan baik. Namun Tisya masih malu dengan masalah ini. Tisya masih malu apabila bertemu dengan Henry.

"Kalau kamu kami jodohkan dengan Henry mau?"

"Toh Henry umurnya juga sudah 32 jalan 33 tahun tapi belum kelihatan hilalnya" ujar Ayah Henry.

"Tuh gimana keluarganya saja sudah OK loh." bujuk Ibu Tisya sambil mengelus - elus anaknya yang masih menunduk.

Melihat keadaan Tisya yang terus menunduk Henry pindah duduk disamping Tisya. Henry meraih tangan Tisya dan menggenggamnya untuk memberi kekuatan untuk Tisya. Karena ia tahu seberapa besar salahnya.

"Sya, aku minta maaf yah. Karena aku kamu jadi kayak gini." Sambil menggenggam tangan Tisya erat.

Perlahan Tisya melepas genggaman tangan Henry. Dan mengangkat pandangannya.

"Ibu, Ayah, Kak Andi, Kak Henry, Om, dan Tante. Tisya minta maaf. Aku tahu masalah ini cukup sukses membuat Ibu dan Ayah jadi malu sama aku. Aku juga tahu kalau masalah ini bikin Kak Henry merasa bersalah sama aku. Tapi aku gak akan minta tanggung jawab dari Kak Henry kok. Aku sadar diri kalau masalah ini salahnya ada di aku sama Kak Henry dan gak seharusnya membebani Ayah, Ibu, Om dan Tante." ujar Tisya terbata - bata.

Jawaban tersebut sukses membuat semua orang terdiam.

Bunda Henry memberi kode agar Henry menjauh dari Tisya.

Bunda Henry duduk disebelah Tisya, dan memeluknya.

"Tisya... Tisya gak boleh bicara kayak gitu. Gak ada yang dibebani kok. Bunda senang lihat Tisya. Bunda mau kok Tisya jadi anak Bunda juga"

Mendengar jawaban Bunda Henry, Tisya tak kuasa memeluk Bunda Henry sambil terisak.

"Tante Tisya minta maaf. Aku gak bisa menikah sama Kak Henry. Yang kami lakukan cuma ke khilafan semata Bun. Bukan karena cinta. Aku gak mau pernikahan yang main - main tan." ujar Tisya sambil terisak.

Mendengar jawaban Tisya kedua orang tua Tisya sontak melotot dengan jawaban anak mereka.

"Tisya kamu gak boleh begitu dong. Kamu gak boleh menolak niat baik keluarga Henry" ujar Ibu Tisya.

"Bu.. Tisya tau Tisya kotor. Tapi Tisya sudah berapa kali bilang sama Ibu. Tisya belum mau menikah. Tisya masih mau mencari kebahagiaan Tisya sendiri." ujar Tisya dengan nada tinggi

Melihat perselisihan ibu dan anak. Bunda Henry mencoba menengahi kembali.

"Tisya sayang. Gak baik loh ngebentak orang tua. Gini aja kalau kamu gak mau nikah sama Henry. At least tunangan dulu mau yah. Kalau tiga bulan gak ada perubahan dan dari Henry dan Tisya gak ada yang saling suka baru kita sudahi." ujar Bunda Henry sambil terus memeluk Tisya.

"Saya sebagai Ayah Tisya, saya setuju." Ayah Tisya buka suara.

"Saya sebagai ibunya juga setuju." ungkap Ibu Tisya.

"Loh kalau gini saya bisa apa. Saya cuma bisa kasih restu buat Tisya dan Henry." Ayah Henry menghangatkan suasana.

"Henry lo gimana?" tanya Andi.

"Aku akan berusaha" ujar Henry lemah.

"Nah Sya, gimana semua sudah setuju loh masa kamu doang yang nolak" ujar Andi setengah mendesak Tisya.

Melihat antusias orang tuanya dan orang tua Henry berat hati Tisya menyetujuinya.

Dengan lemah akhirnya Tisya mengangguk.

Sorai - sorai tepuk dari orang tua Tisya dan orang Tua Henry pun menyambut.

***

Wah kayaknya cocok yah orang tua Henry. Liat Tisya sekali langsumg "klik"

Tapi emang Tisya belum punya pacar? Terus gimana kabarnya Karin?

Stay tune yah di next caphternya.

Don't forget to vote and comment yah.


Make You Mine (HALF UNPUBLISHED)Where stories live. Discover now