9

5.1K 129 0
                                    

Mohon maaf yah kalau banyak typo berterbaran.

Please be wise this story was made for adults.

Happy reading beloved readers.

***

Sesampainya dirumah, Henry langsung merebahkan tubuhnya.

Ia kembali mengingat apa yang ayahnya katakan sehabis mereka pulang dari rumah Tisya beberapa hari lalu.

(Flashback)

"Henry Ayah harap dengan adanya masalah ini kamu jadi lebih dewasa dan sadar. Sepertinya ini memang takdir dari Yang Maha Kuasa atas doa Ayah dan Ibu yang ingin kamu cepat menikah." ujar Ayah Henry.

"Bunda juga langsung cocok kok sama Tisya. Eh Henry Bunda pokoknya mau yah Tisya jadi menantu bunda." sambung Bunda Henry.

"Ya tapi Bun Yah. Kan tadi lihat sendiri kan jelas - jelas aku ditolak mentah - mentah sama Tisya. Tisya-nya aja gak mau sama aku."

"Alah alasan kamu tuh Hen. Bunda yakin kalian bisa saling cinta. Witing Tresno Jalaran Soko Kulino"

"Apaan bun itu?"

"Artinya cinta tumbuh karena terbiasa."

"Bunda mau aja atau mau banget sih Tisya jadi menantu bunda?"

"Mau banget pokoknya jangan kecewain bunda sama ayah yah Hen. Bunda sama ayah kepingin banget Tisya jadi menantu bunda. Lagian dia udah kamu apa - apain toh?" ujar Bunda Henry.

"Pokoknya dijaga yah calon mantu ayah sama bunda Hen." tambah Ayah Henry.

"Iya Ayah iya Bunda. Henry akan berusaha mendapatkan hati Tisya dan membuka hati Henry untuk Tisya."

"Alesan kamu ah Hen. Baru sehari sekamar aja udah abis si Tisya."selak Bunda Henry.

Henry menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

•••

(Flashback End)

Disisi lain, Tisya yang sedang bekerja dikantornya merasa tidak nyaman dengan semua kejadian ini. Selain dirinya belum siap untuk menikah, ia tak mau Henry si dokter mesum yang menjadi suaminya.

Tisya berniat mencurahkan isi hatinya kepada sahabatnya Maria yang memiliki sixth sense. Untuk mengetahui bagaimana kedepan hubungannya dengan si dokter mesum tersebut.

"Mar kita sahabat kan?" Tisya mencoba membuka pembicaraan.

"Apaan sih lo pake nanya - nanya begitu kalau mau tanya, tanya aja deh. Lagian kita udah temanan dari SMP lo juga udah gak ada rahasia sama gue."

"Sini gue pegang tangan lo?" lanjut Maria.

"Gak mau! nanti lo bisa lihat semua kejadiannya lagi" tolak Tisya mentah - mentah.

"Yaudah deh lo cerita" sambung Maria.

(Seperti biasa partnya diskip aja yah)

"OMG lo udah gak perawan dong Sya?" tanya Maria.

"Gak perawan ndas mu."

"Ye lagian gue mana tau." jawab Maria.

"Coba gue lihat mana foto calon lo." tambah Maria.

"Hm.... wait a minute. Let me see his profile picture on WhatsApp messenger"

"Oh ada nih" Tisya memperlihatkan rupa Henry ke Maria.

"Oh ada nih" Tisya memperlihatkan rupa Henry ke Maria

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Wah keker yah bok. "

"Ah gila ini hari pertama liat lo aja udah nepsong dia. Cocok sih ada chemistry-nya sama lo. Dari dulu lo juga suka cowok tinggi kan? Ini kurang apa lagi tinggi, keker, terus dadanya boboable banget" goda Maria.

"Ih Mar tapi lo tau kan gue gak mau nikah dalam taun ini. Gue gak mau nikah cepet - cepet." kesal Tisya sambil mencubit temannya.

"Auuu sakit nyet. Iya tau, tapi dianya mau sama lo, ortunya juga suka sama lo, ortu lo juga suka sama." ujar Maria sambil mengelus - elus bekas cubitan Tisya.

"Terus gue mesti gimana?" wajah Tisya mulai memelas.

"Pasrah. Sumpah. Yang gue liat, dia baik kok, mau serius sama lo dan yang paling penting dia tuh tipe cowok yang patuh tapi beast on bed kok." Goda Maria.

Tisya bergidik ngeri mendengar penuturan temannya tersebut.

"Tis udahlah ini emang udah jodoh lo. Sepenerawangan gue nantinya dia sayang kok sama lo, dan lo juga bisa sayang banget sama dia. Gue tau kok lo masih nyari kesenangan dan kebahagiaan. Tapi ini cowok juga bisa bahagiain lo apalagi diranjang."

"Apaan sih Mar omongan lo gak jauh - jauh dari kasur. Bodo ah gue balik"

***

Fuih akhirnya kelar juga chapter 9 ini.

Akan aku kelarkan cerita aku ini semaksimal aku yah.

Don't forget to vote and comment yah.

Thank you :)

Make You Mine (HALF UNPUBLISHED)Where stories live. Discover now