7

6.1K 139 0
                                    

Mohon maaf yah kalau banyak typo berterbaran.

Please be wise this story was made for adults.

Happy reading beloved readers.

***

Pagi ini Tisya bergegas siap - siap ke kantor.

Saat turun dari kamarnya. Tisya mendapatkan pemandangan yang mengagetkan.

Henry sudah duduk diruang tamu keluarganya.

Dengan canggung ia menyapa Henry terlebih dahulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dengan canggung ia menyapa Henry terlebih dahulu.

"Hi kak kok pagi - pagi sudah disini?". Tanya Tisya canggung.

"Hi Sya. Anter jemput kamu kerja lah. Ngapain lagi. Aku sudah janji sama keluarga kamu. Start hari ini aku yang antar jemput kamu." Tegas Henry.

"Ih apaan sih kak biasa juga aku kerja naik Bus atau naik ojol. Lebay ah kak dianter jemput." Elak Tisya.

"Tisya gak ada penolakan yah. Cepat kamu sarapan kasian Nak Henry nunggu kelamaan." Dari ruang makan Ayah Tisya muncul.

"Yuk Nak Henry sarapan juga." Ajak Ayah Tisya.

"Gimana persiapan untuk minggu depan?" Ibu Tisya bertanya ke Henry.

"Aman kok tan sudah di handle sama EO langganan bunda." Jawab Henry santai.

"Loh emang minggu depan ada apa bu?" Tisya kebingungan.

"Ih kamu gimana, minggu depan kamu sama Henry kan tunangan. Gimana sih kamu."ujar Ibu Tisya sambil merapihkan meja makan.

"Lah kok gak ada yang bilang sama Tisya?" Tisya menyela dengan mulut penuh dengan makanan.

"Ayah sama Ibu gimana sih?, Kan Tisya yang tunangan, Tisya yang menikah kenapa Tisya juga yang gak dikasih tau. Ayah sama Ibu gak anggep aku anak apa yah sampai - sampai hari pertunangan akupun gak dikasih tau" Tisya makin meledak.

Orang tua Tisya terdiam mendengar tuturan anaknya.

Melihat Tisya yang meledak - ledak, Henry mulai turun tangan.

"Heiiiii... Tisya bicaranya bisa biasa aja gak sih, itu orang tua kamu loh" nasehat Henry.

Merasa posisinya makin terpojok akhirnya Tisya mengambil botol minumnya dan bergegas pergi ke kantor, yang disusul dengan Henry.

•••

-Dimobil Henry-

"Kak....Kak Henry, kenapa sih kakak setuju sama perjodohan kita?" desak Tisya.

"Yah mau gimana lagi Sya, nasi sudah jadi bubur. Kita sudah kepergok orang tua kamu melakukan yang seharusnya dilakukan suami istri. Terus aku mesti nolak disaat orang tua kamu dan orang tua aku sudah setuju. Inget ini juga salah kita loh Sya" Henry berusaha untuk menjelaskan ke Tisya.

"Salah kita?, salah kakak iya. Kalo kakak gak lakuin hal itu ke aku hal kayak gini tuh gak bakalan terjadi." ujar Tisya.

Disisi lain Henry melihat mata Tisya yang mulai basah.

"Sya... sorry yah. Mungkin karena salah aku kamu jadi kena batunya kayak gini. Aku minta maaf banget ke kamu. Aku boleh kan minta kesempatan jadi pendamping kamu?. Aku akan berusaha menjadi yang terbaik buat kamu."

Mendengar rentetan kalimat yang Henry lontarkan membuat sedikit hati Tisya bergetar. Namun, disisi lain gadis keras kepala itu masih teguh dengan pendiriannya untuk tetap memiliki karier yang gemilang dan tidak mau menikah terlalu dini.

"Lagian Sya kenapa sih kamu gak suka banget aku jadi suami kamu? Toh aku ganteng iya, kaya iya, pintar iya. Apa sih yang kamu cari?" Henry mencoba mencairkan suasana.

"Kak aku kasih tau yah, biarpun kakak adalah laki - laki idaman setiap wanita. Tapi gak sama aku. Aku gak mau jadi istri kakak."

"Kak... aku turun di depan kantor aja kak. Gak perlu sampe lobi" ujar Tisya dingin.

Henry mulai menepikan mobilnya. Dan entah ada keberanian dari mana Henry menarik tangan Tisya dan mengecup dahinya.

"Kerja yang semangat yah sayang, jangan lupa makan siang. Jangan sampai sakit" Henry menyemangati Tisya

"Heeeeh....." Tisya melotot bergegas turun dari mobil Henry.

***

Henry - Henry. Urusan sama Karin aja belom selesai ini udah flirting sama si Tisya.

Stay tune yah di next caphternya.

Don't forget to vote and comment yah.

Make You Mine (HALF UNPUBLISHED)Where stories live. Discover now