14

4.3K 120 0
                                    

Mohon maaf yah kalau banyak typo berterbaran.

Warning alert!!!

This story was made for adults, so please be wise

Happy reading beloved readers.

***

Henry dan Tisya sudah sampai di Butik salah satu perancang ternama di Indonesia. Namun, Tisya masih terlelap dikursi penumpang depan milik mobil Henry.

Henry yang melihat Tisya tertidur dengan damai gemas dan mencondongkan wajahnya kewajah Tisya. Henry mulai mengecup dahi Tisya sayang. Namun dorongan dalam diri Henry kuat untuk melakukan lebih dari Hal itu.

Henry mulai menurunkan ciumannya ke pipi Tisya. Kemudian Henry melihat bibir Tisya yang agak terbuka sedikit. Henry tak kuasa menahan keinginannya untuk mencicipi bibir Tisya untuk yang kedua kalinya. 

Perlahan namun pasti Henry mulai menempelkan bibirnya ke bibir mungil Tisya. Henry yang terlena merasakan bibir Tisya yang lembut berubah dari ciuman yang lembut menjadi ciuman yang menuntut. Henry memaksa Tisya untuk membalas ciumannya.

Tisya yang merasa tidurnya terganggu membelalakan matanya. Ia mencoba mendorong Henry. Namun, sia - sia kekuatannya kalah dengan Henry. Tisya tetap menutup rapat mulutnya. Namun perlawanannya runtuh ketika Henry menatap intens matanya sambil berkata "Tisya... Tisyaku biarkan seperti ini beberapa saat."

Kemudian Henry melanjutkan ciuman mereka tersebut. Gerakan - gerakan yang dibuat oleh Henry membuat dada mereka berdua bergesakan yang membuat Tisya tidak dapat menahan gejolak dalam dirinya. Tisya menyerah, ia membiarkan Henry mendapatkan apa yang diinginkan.

Mengetahui Tisya mulai membalas ciumannya,Henry terus memangut bibir mungil Tisya, ia merasakan betapa manisnya bibir tersebut. Ia menyambut bibir Tisya dengan senang hati.

Ciuman antar mereka berdua berubah semakin bergairah. Bahkan Henry sudah berani mengigit - gigit kecil bibir perempuan dihadapannya tersebut. Sesekali Tisya lengguh pelan. Lidah Henry menjelajahi rongga mulut Tisya. Lidah mereka membelit satu sama lain. Tisya mengelus - elus rambut Henry, yang membuat Henry semakin memperdalam ciumannya.

Tangan Henry bergerak menelusuri wajah dan leher Tisya. Yang membuat Tisya merasakan ada sensasi aneh yang muncul diperutnya. Kemudian tangan itu turun kembali ke dada Tisya dan mulai meremasnya perlahan.

Tisha yang merasa tindakan Henry sudah menyimpang jauh. Segera mendorong kembali Henry dan berkata "Kak ayok kita fitting bajunya.".

Henry yang tersadar melepaskan bibir dan tangannya dari tubuh Tisya. Nafas Henry dan Tisya terngah - engah. Dilihatnya bibir Tisya yang basah dan membengkak membuatnya berinisiatif mengambil tisu dan memberikan minum yang ia sediakan dimobil. Tisya yang masih shock, masih diam dengan tatapan yang datar.

Plak.... Tisya memukul pipi Henry kencang.

"Dasar laki - laki kurang ajar, bisa - bisanya kakak ambil kesempatan aku lagi tidur."

"Aouch... Sakit Sya. Aku tuh bukan kurang ajar sama kamu. Tapi aku kurang kasih sayang dari kamu iya. Lagian salah yah aku cium calon istri aku sendiri." ucap Henry sambil mengelus pipinya.

"Liat tuh bibir aku bengkak. Duh aku malu turun kalo keadaan aku kayak gini."

"Gak usah malu dong Tisya sayang. Semua orang juga tahu kalau kamu tunangan aku. Toh nantinya kita akan menikah."

Tisya turun dari mobil dan meninggalkan Henry sendiri didalam mobil. Ia berjalan mengarah ke dalam butik untuk fitting baju pertunangannya.

•••

Make You Mine (HALF UNPUBLISHED)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin