"Apa?! Aku tidak—"

Kalimat tersebut lenyap begitu saja di udara, Seokjin seperti tertampar keras karenanya.

"Jimin?" Suara seseorang terdengar dari telinga kiri Jimin, dan sontak memutar kepala.

"Apa kabar? Lama tak jumpa ... Kau masih mengingatku 'kan?"

Sedang kedua pemuda itu terlihat dengan raut wajah yang kontras dikeduanya; Seokjin tersenyum, Jimin sedikit tergemap.

Ia mengikis jarak, mendekat kepada mereka sebelum berkata, "Ini aku ... Ibu Song ...." Jelas wanita tersebut.

"Ah, iya. Tentu saja, saya masih mengenal anda. Halo, Nyonya." Sembari membungkuk dalam, suaranya terdengar kaku di telinga. Namun nyatanya disambut baik Nyonya Song; tersenyum tipis dengan sangat manis.

"Kuharap kita bisa mengobrol lama ... Tapi maaf, kami harus kembali ke toko." Kata Nyonya Song. Ia mengakhiri pertemuan singkat dengan Jimin hanya dalam beberapa kalimat. Disusul Seokjin yang berkata, "Sampai nanti, Jim. Aku harus segera kembali." Seraya mengekori Nyonya Song di belakang.

'Apakah ini hanya perasaanku, atau ....'

'Seokjin terlihat bahagia dengan wanita itu.'

🎈

"Namjoon-hyung!"

Sedetik setelahnya, Namjoon berbalik. Ia mengangkat senyum serta tangan secara spontan.

Yoongi berada di hadapannya.

"Syukurlah, aku menemukanmu." Napas Yoongi terdengar jelas, ia nampaknya tengah berlari mengejar Namjoon yang memiliki tungkai panjang itu. "Aku Yoongi, adiknya Seokjin. Hyung masih mengenaliku 'kan?" Kemudian terkekeh pelan. Sedang Namjoon tetap pada senyumnya, menyahut ramah, "Tentu saja, kau ini ...." Ia menepuk bahu Yoongi perlahan. Namjoon merasakan kini adik Seokjin perlahan kembali dengan senyumannya.

"Ada apa?" Lanjut Namjoon.

Setelah dirasa tak lelah, Yoongi menggigit bibir perlahan, nampak ada yang ingin disampaikan namun hati Yoongi ragu sepenuhnya.

"Tentang Seokjin? Hyung-mu?" Tebak Namjoon tepat sasaran. Lantas Yoongi membulatkan matanya.

"Ikut denganku, ada hal yang kau ingin tanyakan bukan?"


🎈

Jika saja Yoongi tak peduli dengan adab berperilaku sopan kepada yang lebih tua, mungkin kini ia sudah menendang bokong Seokjin tepat depan pintu rumah, mencetak homerun dan berteriak; 'Jangan pernah kembali, dasar idiot! Hidup saja dengan wanita tua nenek sihir itu!'

Alih-alih ingin melakukan itu, Yoongi hanya menatap Seokjin lamat-lamat kepulangannya; dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Ia merindukan hyung-nya.

Jadi, menyiapkan segelas teh lemon hangat pun makan malam selagi Seokjin mandi, si pemuda pun kini menunggu di ruang makan penuh antusias; senyum tipis yang terus terlihat.


Hingga beberapa menit setelahnya, tubuh Yoongi seketika menjadi tegak. Memalingkan wajah pada ponsel dihadapan sebelum mendapati Seokjin menuruni tangga dengan rambut setengah kering.

"Kau sedang apa?" Ia bertanya tanpa duduk terlebih dahulu.

Alis Yoongi terangkat, menatap Seokjin barang sedetik sebelum berdalih, "Makan malam. Kau lupa? Kau baru pulang .... Setidaknya makanlah. Ayo." Tentunya dengan intonasi datar.

BERILIUMWhere stories live. Discover now