29

790 90 4
                                    

"Apa kamu berencana untuk tinggal setelah renovasinya selesai?"

Yoongi tampak berpikir sejenak, memandang teman masa kecilnya yang sempat bertanya. Ia memang ingin tinggal tapi waktunya belum tepat.

"Entahlah, aku belum memikirkan soal itu. Aku datang tanpa rencana yang matang, dan akhir minggu ini harus kembali lagi ke Seoul." Yoongi tersenyum canggung setelah itu. "Aku punya pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan."

Lelaki bernama Kihyun itu mengangguk kecil kemudian tersenyum manis. "Sudah lama sekali sejak terakhir kali kita bertemu, dan ku lihat ada banyak hal yang berubah darimu."

Yoongi memandang lekat lelaki dihadapannya, mencerna maksud dari ucapan Kihyun soal sesuatu yang berubah. Entah maksudnya Yoongi yang telah tumbuh dewasa atau rasa canggung yang menyebabkan dia berkata demikian.

"Kamu lebih pendiam sekarang," katanya tertawa kecil.

Yoongi memandangnya lagi tapi tidak memberi reaksi apapun.

"Aku tidak bermaksud menyinggung mu. Serius. Dulu kamu sangat aktif, bahkan kamu sering berteriak heboh setiap lewat di depan rumahku. Tapi, sekarang kamu bukan anak-anak lagi. Rasanya mengejutkan saat kita bertemu tiba-tiba begini kan?" lalu mengacak rambut Yoongi hingga sedikit berantakan.

"Oh ya, mumpung kamu belum kembali ke Seoul, bagaimana kalau mampir ke rumah dulu? Sekalian makan malam. Orangtuaku pasti akan senang kamu berkunjung"

Rumah Kihyun satu blok lagi dari sana. Yoongi dulu sering ke sana lewat jalan pintas―celah kecil di antara rumah-rumah tetangga agar tidak memakan waktu untuk sampai ke rumah Kihyun. Yoongi ingat, setiap musim panas mereka bermain di lapangan sekolah dengan anak-anak lain, pulang dengan baju kotor dan wajah merah termakan sinar matahari.

Pasti menyenangkan kembali ke masa itu. Pikir Yoongi.

"Yoongi?"

"Oh, y-ya?"

"Bagaimana? Kamu mau ikut makan malam?"

.

.

.

Kihyun bercerita banyak lebih tentang dirinya dalam perjalanan mereka, seperti ia yang mengambil alih minimarket keluarganya karena tidak tertarik ke perguruan tinggi, neneknya wafat setahun yang lalu, tetangganya yang berisik dan aneh, juga di tipu kekasihnya yang kemudian membawa kabur uang tabungan untuk rencana pernikahan mereka.

Yoongi memilih diam ketimbang bertanya, karena sudah pasti Kihyun akan mendongeng lebih panjang lagi sampai mereka tiba dirumahnya.

Makan malam disajikan beberapa menit setelah mereka tiba. Di sana ada ibu dan ayah Kihyun, dan bayi lucu usia enam bulan atau mungkin lebih.

"Bukankah dia sangat imut?"

Kihyun menyenggol lengan Yoongi saat menyadari ia menatap si bayi lebih dari sekali.

"Ya, dan ngomong-ngomong...dia mirip sekali denganmu"

Orang tua Kihyun termasuk Kihyun sendiri tertawa mendengar ucapan Yoongi saat itu, sedang si bayi bermain di pangkuan nyonya Yoo.

"Si manis ini memang anaknya Kihyun, makanya mereka mirip," kata tuan Yoo seraya mengusap rambut halus si bayi.

Yoongi terkejut, tentu saja. Namun masih menampilkan ekspresi tenang.

"Dimana ibunya?"

Pertanyaan Yoongi lantas mengundang atensi mereka tertuju padanya. Yoongi yang bingung pun menoleh, menuding Kihyun dengan tatapan heran seolah berkata apa aku salah bicara.

PARADOX WHISPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang