05

2.3K 253 7
                                    

Rumah Seokjin itu sederhana, jauh dari kata mewah, lebih terkesan biasa-biasa saja dengan aroma lavender sebagai pengharum ruangannya. Adapun tanaman mini berjajar di sekitar jendela, daunnya hijau segar dan di pucuknya terdapat bunga yang hendak mekar.

Yoongi pikir dia akan betah berlama-lama di sana, apalagi kedatangannya langsung di sambut hangat oleh si pemilik rumah, tak lupa pula menawarkan minuman dan camilan ringan.

Terakhir kali Yoongi berkunjung ke rumah seseorang mungkin kira-kira sebulan lalu, bertepatan dengan hari di mana kali pertama Yoongi berurusan dengan pihak berwajib.

Hari itu, setelah jam mengajarnya berakhir, Yoongi di undang salah satu anak didiknya untuk datang ke rumah, hendak merayakan ulang tahun yang ke tujuh belas; hanya berdua. Katanya Yoongi adalah guru pembimbing favoritnya di sekolah, jadi perayaan ulang tahunnya kali ini harus memiliki kesan istimewa. Maka dari itu, Yoongi memesan secara khusus cake coklat vanila berhiaskan tujuh belas lilin kecil, lalu dengan senang hati menghabiskan sisa uang sakunya sebab ingin membeli hadiah. Tapi sepertinya sang dewi fortuna tak memberi lebih banyak kebahagiaan pada Yoongi setelah itu.

"Yoongi-ah, apa kamu mau makan sesuatu?"

Lamunan Yoongi buyar seketika. Suara Seokjin dari arah dapur membuatnya menolehkan kepala. Ruang tamu dan dapur yang saling berseberangan, hanya di batasi meja pantry sepanjang dua meter diantaranya, membuat Yoongi dapat dengan leluasa memperhatikan aktivitas Seokjin di sana.

"Tidak, terima kasih," kata Yoongi seraya menyunggingkan senyum tipis.

Di hadapannya, Yoongi mendapati Namjoon sibuk berkutat dengan ponsel. Tidak banyak bicara, tidak banyak tingkah, begitu tenang, seakan itu bukan dirinya. Mata Yoongi menyipit meneliti apa yang salah dengan yang lebih muda, sampai yang sedang di tatap menengadah membalas tatapan Yoongi penuh tanya.

"Hyung, kamu melamun?"

"Tidak"

Kemudian kernyitan halus menghiasi dahi Namjoon. "Lalu kenapa memandangku seperti itu? Kamu naksir?"

Bedebah.

Mata Yoongi melotot tajam tidak terima. "Ya ampun, percaya diri sekali. Aku tidak tertarik sedikitpun padamu, bocah." wajah Yoongi memerah padam merasa dipermalukan sekaligus kesal. "Hanya agak tidak percaya kamu bisa setenang ini, soalnya kan kamu biasanya suka menggombal."

Gantian Namjoon yang melotot tajam. "Aku? Tidak!"

"Kan kamu sendiri yang bilang kalau aku imut"

Seketika Namjoon beralih memandang sang pujaan hati yang menonton kebisingan keduanya. Tangan Namjoon terangkat mengibas cepat seirama dengan kepala yang ikut menggeleng tidak setuju.

"Aku memang bilang begitu tapi dalam artian yang lain, sungguh. Aku berani bersumpah demi segala Tuhan kepercayaan orang-orang kalau aku hanya setia padamu"

Itu menggelikan sekali, melihat Namjoon membela diri di depan kekasihnya sungguh membuat Yoongi merinding. Fenomena langkah yang pertama kali tertangkap mata.

"Kamu...tidak marah, kan?"

Seokjin tersenyum, dan Yoongi akui ketampanan Seokjin di atas rata-rata; perpaduan manis, lembut dan menawan. Sayangnya, kenapa tidak dimanfaatkan untuk memikat hati para wanita. Namjoon itu terlalu idiot untuk jadi yang beruntung menikmati kesempurnaan karya Tuhan yang satu ini.

•••

Tidak banyak yang Seokjin tahu mengenai Yoongi. Seingatnya, Namjoon pernah bilang pribadi Yoongi itu sulit di tebak, emosi tak stabil, tapi sebenarnya dia punya sisi baik yang jarang ditunjukkan secara terang-terangan. Dan Seokjin pun beranggapan bahwa Yoongi sebenarnya menarik kalau mereka bisa saling mengenal dengan baik.

PARADOX WHISPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang