10

1.8K 231 55
                                    

Gelak tawa dan bising dari kedua tamu Yoongi mengudara di ruang tengah, membuat sang pemilik rumah meringis sebab terganggu, tidak biasa akan suasana asing yang kali pertama dia temukan selama di rumah.

Siapa lagi kalau bukan Jungkook dan Taehyung penyebab keributannya. Kakak beradik itu masih betah berlama-lama sembari bercanda gurau tentang banyak hal yang sama sekali tidak Yoongi pahami; kekanakan. Tapi, Yoongi lega mereka bisa dekat dengan sangat mudah seperti ini. Mungkin karena adanya hubungan darah, maka dari itu Jungkook merasa ada kecocokan kala dia melontarkan kalimat aneh seperti biasa yang hebatnya direspon baik oleh sang kakak.

Pukul sembilan malam, dan dering nyaring ponsel Yoongi menarik perhatian, mengundang hening sejenak.

Ibu Jungkook menelpon. Dan, sudah pasti untuk menanyakan perihal anak kesayangannya.

"Halo, selamat malam, Nyonya Jeon?...Ya, Jungkook masih di sini...ah, baiklah nyonya...tentu saja...baik, nanti akan saya sampaikan...selamat malam"

Dua pasang mata innocent serius memandang Yoongi, seolah bertanya-tanya lewat tatapan polos, apa katanya?

Astaga, Yoongi gemas bukan main. Kenapa dua kakak beradik ini selalu saja membuat darahnya berdesir sampai ke puncak kepala. Dan, itu tidak sehat, sebab jantungnya memompa tak stabil.

"Jungkook-ie, kamu di minta segera pulang," kata Yoongi.

Dua pemuda itu langsung lesu seketika, saling memandang satu sama lain dengan bibir mengerucut lucu, tidak mau cepat berpisah. Lalu, Jungkook yang biasanya selalu berusaha mendominasi Yoongi, kali ini jadi seperti bukan dirinya sendiri. Menghambur pelukan ke arah Taehyung seraya menggeleng cepat, kemudian menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher sang kakak. Sedang Taehyung menepuk punggung Jungkook, memeluknya tak kalah erat.

Oh, cukup sudah. Interaksi mengharukan macam apa ini. Yoongi jadi emosional sendiri.

"Aku masih ingin bersama Taehyung hyung." Jungkook tak berniat lepas, malah lebih menempel erat pada Taehyung. "Mau dengan Taehyung hyung, tidak mau pulang."

Yoongi terdiam mendengar embel-embel hyung di belakang nama Taehyung. Apa yang Yoongi lewatkan sampai tanpa sadar Jungkook jadi berkali lipat lebih kekanakan malam ini.

"Kamu harus segera pulang. Besok harus sekolah, dan sebentar lagi larut malam. Pulang, ya?" Taehyung berkata amat lembut lalu mendaratkan satu kecupan sayang di puncak kepala Jungkook.

Sesaat Yoongi salah tingkah akan pemandangan manis barusan. Kenapa pula dia jadi seperti orang ketiga dirumahnya sendiri.

"Nanti kita bertemu lagi. Hyung janji"

Jungkook menengadah, memicing tajam menuntut kepastian. "Janji, ya?"

Yang kemudian di balas satu anggukan pasti oleh Taehyung.

Dan pada akhirnya, Jungkook di jemput oleh orang kepercayaan keluarga Jeon—tiga pria paruh baya—beserta sekretaris sang ibu.

Taehyung sendiri kembali masuk ke dalam setelah mengantar Jungkook sampai ke depan rumah.

Agak drama, memang. Bagaimana Kim Taehyung duduk kembali di sofa sambil memeluk kedua lututnya. Seperti orang yang baru saja putus cinta di tinggal pergi pujaan hati. Jeon Jungkook, anak itu berpengaruh besar menjinakkan si pembunuh berantai macam Taehyung.

"Kamu belum mau pulang?"

Taehyung melirik lewat ujung mata. "Apa kamu baru saja mengusirku?"

Lantas Yoongi menggeleng, menghampiri Taehyung dan ikut duduk di sampingnya. "Bukan begitu. Hanya saja—"

PARADOX WHISPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang