21

1.1K 179 67
                                    

Yoongi dengan setelan pakaian orang kantoran tak pernah luput mengundang senyum lebar Kim Taehyung. Menurutnya, Yoongi terlihat manis, dan tentu pendapatnya itu selalu mengundang protes keras karena yang lebih tua tidak terima akan satu kata yang menurutnya terdengar feminim. Seperti pagi ini, di mana mereka akan bertemu ayah Taehyung untuk membahas pekerjaan baru yang hendak direkomendasikan pada Yoongi, dan tentunya Taehyung kembali menggodanya habis-habisan.

"Lihat, betapa manisnya dirimu. Ayahku pasti akan langsung memberikan pekerjaan yang bagus. Kau tahu, dia suka sesuatu yang cantik"

Yoongi yang tengah bercermin melotot tajam. "Jika ayahmu menawarkan pekerjaan di bar atau klub malam, aku tidak akan sudi meski harus jadi pengangguran."

"Kamu pikir yang ayahku punya hanya bar dan klub malam? Oh, Yoongi, kamu minta bantuan untuk bekerja di luar negeri pun pasti dia mau membantu, asal..."

"Asal apa?!" Yoongi jengkel.

"Asal kamu mau berkencan denganku"

Kening Yoongi menukik tajam. "Cecunguk, kau pikir aku ini pelacur!"

Taehyung tergelak akan emosi Yoongi pagi-pagi begini. Bercanda boleh saja, tapi jangan coba-coba menggodanya terlalu serius. Taehyung takutnya ia bakal masuk rumah sakit lagi atau opsi kedua masuk liang lahad karena di seret paksa.

"Memangnya ada pelacur sepertimu? Belum ketemu pelanggan saja sudah marah-marah"

Sialan, Yoongi benci adu mulut dengan Taehyung. Caci maki dan teriakan geram tidak akan ada gunanya, karena si Kim Taehyung terbiasa bicara dengan kalimat sarkas. Yoongi jadi ingin menjambak rambutnya sampai rontok.

"Kau ini serius mau membantu tidak sih? Aku tidak suka buang-buang waktu, Kim!"

"Serius lah, sejak kapan aku tidak serius? Huh?"

Yoongi merotasikan bola matanya malas. Taehyung kolot, penjahat kelas kakap idiot. Salah satu alasan ayah tirinya membiarkan anak ini berkeliaran sesukanya di kota Seoul mungkin karena dia susah di ajak bicara yang serius, atau bisa jadi Taehyung banyak cerocos yang aneh-aneh. Ugh, Yoongi bisa gila kalau sampai di masa depan ia punya anak macam Taehyung. Amit-amit.

"Tapi, ngomong-ngomong, kamu mau pekerjaan seperti apa?"

Tangan Yoongi yang sibuk mengatur gesper berhenti sejenak. "Ehm, pokoknya pekerjaan yang sesuai denganku. Yang bisa membantu orang lain misalnya, atau pekerjaan di kantor. Aku tidak akan keberatan dengan tawaran ayahmu, pekerjaan apapun itu, asalkan jangan di bar apalagi klub malam."

Taehyung manggut-manggut mendengarnya. Sebenarnya itu mudah saja, tapi menurutnya Yoongi harus benar-benar terlihat menarik di hadapan ayahnya. Taehyung tahu betul kalau ayah tirinya itu tidak sembarang bisa dimintai bantuan untuk menolong seseorang. Pria itu selalu dan pasti memanggil yang bersangkutan untuk bertemu langsung, menilik dari ujung ke ujung, apalagi dia selalu mengutamakan penampilan dengan alasan pesona dan tampang itu adalah kesempurnaan sebagai penunjang pekerjaan. Dia suka sesuatu yang cantik dan tampan, yang bisa menarik perhatian.

"Sebelum kita bertemu dengannya, ingat kata-kataku, Yoongi. Lembutlah dan tatap matanya saat kalian bicara, bicaralah yang manis dan sebisa mungkin rayu dia agar menurut padamu. Jangan terlihat kaku, karena dia benci hal itu, mengerti?"

Astaga, kenapa rasanya ini akan mengerikan. Yoongi seperti hendak di jual ke pria hidung belang. Sialannya. Yoongi ragu kesan pertamanya akan berhasil. Karena lembut dan merayu, Taehyung bilang? Yoongi paling payah menyangkut dua poin barusan.

Jantung Yoongi serasa tidak bekerja seperti semestinya, organ dalamnya itu meronta-ronta tidak tenang hingga kepalanya pening beberapa kali. Ia sedikit menerawang bagaimana rupa ayah tiri Taehyung dalam perjalanan mereka ke rumah pria itu. Mungkinkah seperti yang ada di film? Perutnya buncit, kumis tipis, banyak garis keriput, dan wajah mesum. Persetan, Yoongi jadi bergidik ngeri.

PARADOX WHISPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang