13

1.4K 198 7
                                    

Lorong rumah sakit begitu senyap, hanya ada keheningan mencekam bersama dengungan samar lampu bohlam di langit-langit.

Pandangan Yoongi tertuju pada satu titik, yaitu dinding berlapis cat putih bersih. Menerawang kembali pada kejadian beberapa jam lalu dimana Taehyung dengan berani melakukan percobaan bunuh diri. Yoongi tak menyangka Taehyung akan senekat itu mencoba mengakhiri hidupnya.

"Ini untukmu"

Segelas kopi diberikan Namjoon. Keduanya sama-sama menunggu di luar ruangan selagi dokter menangani Taehyung yang nyaris kehabisan darah jika saja tadi Namjoon tidak segera datang.

"Taehyung tidak melukaimu, kan?"

Yoongi menoleh mencerna pertanyaan Namjoon barusan. Sedetik kemudian Yoongi mengernyit, merasa aneh pun kesal. Secara tidak langsung dia seakan mengungkapkan jika Taehyung adiknya dapat melukai atau membunuh siapa saja. Namjoon memang belum tahu jika Yoongi sebenarnya telah mengetahui fakta keluarga mereka, tapi dari cara pengucapan Namjoon barusan dia seperti was-was terhadap sesuatu.

"Taehyung tidak akan melukaiku, Namjoon. Kami berteman," jawabnya disertai penekanan pada setiap kata.

"Jangan berpatokan karena kalian teman. Hyung hanya belum tahu orang macam apa Taehyung sebenarnya. Kalau hyung lengah sedikit saja bisa jadi anak itu membunuhmu!"

"Apa katamu?"

Namjoon terbelalak saat menyadari dia tidak sengaja membocorkan rahasia yang selama ini dia sembunyikan dari siapapun termasuk rekan kerjanya. Yoongi kemudian memusatkan perhatiannya pada Namjoon yang bungkam seketika dengan mimik wajah kaku.

"Kamu kenal Taehyung, benar kan?" lirihnya.

Namjoon tidak menjawab melainkan mengusap kasar wajahnya sambil menunduk dengan kedua siku bertumpu pada paha.

"Jawab, Namjoon!"

Posisi Namjoon sekarang benar-benar tersudut tak kala Yoongi menekannya dengan bentakan keras yang menggema di lorong rumah sakit.

Yoongi sendiri frustasi mengingat apa yang terjadi pada Taehyung yang bertahun-tahun lalu setelah di tinggal pergi oleh Namjoon satu-satunya anggota keluarga yang menemaninya dulu.

"Iya, aku mengenalnya, puas?!"

Dada Yoongi kembang kempis setelah tahu jikalau memang benar Namjoon adalah kakak Taehyung yang memilih egois di masa lalu. Yoongi sama sekali tak habis pikir mengapa Namjoon tidak jujur saja sedari awal, mereka bertemu Taehyung beberapa kali tapi Namjoon baru mengakuinya sekarang.

"Jadi benar dia adikmu?" tanya Yoongi dengan mata berkaca-kaca.

Namjoon mengangguk lemah. Menunduk dalam entah karena menyesal atau malu pada diri sendiri.

Kesan pertama yang Yoongi dapat pada kali pertama mereka bertemu, Namjoon sosok tegas yang teramat patuh pada peraturan, dewasa, dan selalu mengutamakan kebenaran. Tapi mungkin sekarang cara pandang Yoongi akan berubah jauh dari pemahaman sebelumnya tentang bagaimana bijaksananya seorang Kim Namjoon. Semua pemikiran baik tentang Namjoon berubah seketika. Dia hanya pecundang yang selama bertahun-tahun bersembunyi di balik penderitaan Taehyung selama ini.

"Kenapa kamu meninggalkan Taehyung? Apa kamu tidak tahu seberapa terlukanya adikmu saat kamu pergi meninggalkannya sendiri?"

Tapi Namjoon punya sisi batu yang membuatnya amat keras atas keputusan yang telah dia pilih sedari awal.

"Itu omong kosong. Taehyung tidak pernah sekalipun menginginkanku. Dia psikopat gila yang haus darah, segala tipu daya akan dia lakukan. Hyung, kamu sudah masuk perangkapnya"

Penjelasan Namjoon malah membuat Yoongi muak, seolah-olah memberi kesan yang teramat buruk pada Taehyung. Yoongi benci akan hal itu. Dia yakin betul kalau Namjoon sedang berusaha mengadudombakan hati dan pikirannya agar kembali meragukan Taehyung.

Yoongi sendiri enggan berkata apapun lagi, yang dia pikirkan sekarang hanyalah kondisi Taehyung yang sementara ditangani dokter.

"Tahu kenapa dia mengenakan pakaian hitam? Sudah tentu untuk menutupi jejak dosa yang baru saja dia lakukan setelah menghabisi satu nyawa. Selama ini aku yang melindunginya, aku yang dengan sengaja menghilangkan jejak agar Taehyung tidak berakhir dijatuhi hukuman mati. Hyung, apa kamu pikir aku akan membiarkan Taehyung mati sia-sia? Apa kamu pikir aku kakaknya tidak memantaunya dari kejauhan? Aku melakukan apapun semampuku untuk membuatnya tetap aman, walau nyatanya aku termasuk orang kotor yang meloloskan setiap aksinya dalam membunuh. Semua jadi serba salah, dan ini semua karena Taehyung. Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku memang kakak yang buruk, tolol, dan brengsek"

Yoongi tertegun sejenak mendengar poin pertama dari penjelasan Namjoon barusan.

"Apa kau bilang Taehyung membunuh lagi?" tanyanya tergagap.

"Dan kamu masih berpikir anak itu waras?"

Lagi, Namjoon mengusap wajahnya. Lebih kesini semuanya kian rumit. Yoongi orang yang kebetulan mengenal Taehyung, dan Taehyung berhasil mengelabui si keturunan Min yang sejak awal mati-matian membelanya.

"Hyung pikir untuk apa aku menelfon kalau bukan untuk mencari Taehyung. Sebab sebelum kerumahmu dia baru saja menghabisi seorang kontraktor"

Itulah mengapa Taehyung meminta pakaian ganti. Batinnya.

Namun justru Yoongi bertanya-tanya, mengapa Taehyung hendak mengakhiri hidupnya. Bukankah itu patut dipertanyakan. Taehyung pernah bilang kalau dia tidak sembarang membunuh, maka dari itu pasti ada alasan logis dibalik setiap aksinya.

"Kamu yakin Taehyung melakukannya sendiri?"

Tapi Namjoon lagi-lagi diam, tampak tidak berniat berkata lebih dari sebelumnya. Dan dari sana Yoongi punya firasat tak baik mengenai dua kakak beradik Kim. Sorot mata Namjoon benar-benar sulit terbaca, terlalu luas untuk menemukan fakta di dalamnya. Selain itu, Namjoon merupakan anggota kepolisian, dan jelas saja semua informasi penting mengenai Taehyung tidak akan Yoongi dapatkan dengan mudah.

Yoongi bahkan terlalu letih untuk sekedar membujuk Namjoon agar menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi pada Taehyung. Tidak ada gunanya jika Namjoon sendiri seolah menolak kehadiran Taehyung yang sudah jelas adik kandungnya. Sekuat tenaga Yoongi mengulum bibirnya sendiri melampiaskan rasa perih kala melihat sisi keras Namjoon yang seperti ini. Lagi-lagi hampir menjatuhkan bulir air mata jika saja Yoongi tidak buru-buru mengusap kasar kedua matanya.

"Kamu bisa cerita padaku kalau sudah siap." Yoongi berkata lirih sebelum dia beranjak meninggalkan Namjoon bersama seluruh keegoisannya.

Setiap langkah yang Yoongi ambil untuk menjauh malah membuat hatinya kian sakit. Pundaknya mulai bergetar seiring dengan air mata yang mengalir deras membasahi pipi. Mulut terkatup rapat membungkam suara isakan yang bisa saja didengar orang-orang. Kakinya di bawah menuju toilet, dan di sana Yoongi melepas semua keluh kesahnya. Mencurahkan seluruh emosi serta tangis kesakitan seorang diri. Merenungi Taehyung yang belum lama ini jadi teman bicaranya. Khawatir teramat sangat kalau sampai pemuda itu pergi meninggalkannya seperti yang lain. Terlebih buruk jika Taehyung berakhir seperti apa kata Namjoon.

'aku yang dengan sengaja menghilangkan jejak agar Taehyung tidak berakhir dijatuhi hukuman mati'

Jika benar Namjoon tidak peduli, mengapa ia menjadikan Yoongi sebagai umpan untuk menutupi kejahatan adiknya.




Jika benar Namjoon tidak peduli, mengapa ia menjadikan Yoongi sebagai umpan untuk menutupi kejahatan adiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











[...]

PARADOX WHISPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang