15

1.4K 190 18
                                    

Hari ini Yoongi pulang lebih awal setelah mendapat telepon dari rumah sakit jika kondisi Taehyung sudah sangat memungkinkan untuk pulang. Maka dari itu disinilah Yoongi sekarang, sibuk membenahi sejumlah pakaian miliknya yang sempat digunakan Taehyung selama dia di rawat. Sementara si pemuda Kim serius dengan ponselnya di atas ranjang sambil sesekali tersenyum jenaka seperti orang tak waras.

Yoongi terheran-heran, apalagi tak kala pemuda itu mencium layar ponselnya sendiri. Itu mengerikan.

"Taehyung, bertingkahlakulah sebagaimana orang waras walau sebenarnya kamu tidak begitu, karena sungguh, aku sedikit terganggu dengan kau yang aneh seperti ini," protesnya sembari memperlihatkan mimik wajah jijik.

"Maaf, tapi aku sedang dalam mode senang, jadi aku tidak akan menuruti perkataanmu kali ini," katanya sinis.

Rasanya Yoongi ingin sekali memberi satu bogeman keras di wajah Taehyung saat dia berkata begitu. Tapi, dari pada beriming-iming menyembur protes juga pukulan, Yoongi lebih terfokus pada benda tipis dalam genggaman Taehyung yang menampilkan sebuah pesan singkat yang menyertakan angka nominal lima kali lipat dari gaji Yoongi perbulan.

Tentang ayah tiri Taehyung yang punya segalanya, apapun untuk diberikan pada Taehyung, dimanja bagai anak konglomerat, dan tentu semua fasilitas juga apa saja dalam sejentik ujung kuku, termasuk nomor ponsel yang dia tunjukan setelahnya membuat Yoongi kehabisan kata-kata.

Dengan wajah angkuhnya, Taehyung menyombongkan diri kala dia memperlihatkan pada Yoongi nomor ponsel adiknya. Tentu Yoongi terkejut, apalagi begitu tahu Taehyung meminta bantuan seseorang. Amat tidak menyangka orang suruhan Taehyung berhasil meruntuhkan tembok yang susah payah Yoongi buat agar kakak beradik itu terpisah jarak.

"Aku mengirim pesan pada Jungkook agar menyimpan nomorku," katanya girang.

Tamatlah. Yoongi terperangah kebingungan, tak berkutik sekedar merespon ucapan Taehyung. Yoongi sedikit kesal pada dirinya sendiri, namun di sisi lain dia senang melihat Taehyung berseri-seri seperti waktu lalu.

Sepintas Yoongi menilik raut wajah Taehyung, menemukan rona bahagia pada kedua pipi dan lengkungan manis di bibir. Sebegitu senang mengucap nama Jungkook, sebegitu antusias menemukan sebagian kehidupan yang sama dari ibunya, walau nyatanya si keturunan Jeon ialah biang kerok Taehyung diasingkan.

Tidakkah dia marah? Dengki hati? Atau melakukan hal buruk pada Jungkook seperti yang dia lakukan belum lama ini?

Menghabisi nyawa Jungkook, merebut kembali ibunya, lalu merangkul Namjoon sekali lagi, dan meraih sebuah genggaman untuk ayahnya pulang bersama. Membangun semuanya dari awal seperti dulu.

"Kau tidak iri dengan Jungkook?"

Pertanyaan itu tiba-tiba terucap dari mulut Yoongi.

Taehyung menengadah memandang Yoongi sekilas lalu mengernyit melempar tanya lewat raut wajah. Sedangkan Yoongi menatap lurus ke dalam iris pemuda dihadapannya.

"Jungkook adikku. Kenapa harus iri?"

Ungkapan dan pertanyaan yang bagus menurut Yoongi. Dalam hitungan detik berikutnya, Taehyung kemudian melempar pertanyaan tak terduga.

"Kamu sendiri punya adik?"

Haruskah Yoongi bilang 'tidak' walau sebenarnya dulu dia punya, atau bilang 'iya' meskipun sekarang dia tidak punya. Itu rumit, Yoongi ingin mengakui tapi jawabannya akan menimbulkan sejumlah pertanyaan lain.

"Memangnya kenapa?"

"Kenapa katamu?" Taehyung mendengus sebal. "Bung, aku sudah beritahu banyak tentang diriku, dan kau tanya kenapa aku ingin tahu dirimu? Woah, Yoongi, haruskah aku jadi orang penting bagimu baru boleh tahu segalanya?"

PARADOX WHISPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang