11

1.6K 173 6
                                    

Dihadapan sepasang suami istri yang sedang tersenyum ramah, Namjoon telah berkali-kali mengusap tengkuknya yang dibanjiri keringat dingin. Alas kakinya mengetuk lantai tanda gugup, wajahnya pucat pasi, dan matanya bergerak tak fokus.

Ini adalah akhir pekan paling menegangkan selama Namjoon hidup. Di sebuah restoran bintang lima, Namjoon dengan segala keberanian diri mengajak Seokjin untuk bertemu kedua orangtuanya. Kali pertama selama mereka menjalin hubungan secara diam-diam, akhirnya Namjoon memberanikan diri mengklarifikasi hubungan mereka.

Di akhir acara makan malam bersama, Namjoon menelan dessert nya dengan susah payah, lantas berkata, "Mom, dad. I want to say something"

Dua orang asal Denmark itu mengangguk mempersilahkan, sambil tersenyum manis ke arah Namjoon.

Namjoon tambah di buat gugup kala ayahnya buka suara.

"Of course. Apa itu?"

Tidak seperti perkiraan Namjoon sebelumnya. Dia pikir semua akan berjalan mulus sesuai rencana. Cukup duduk dan langsung katakan 'We need your blessing'. Tapi Namjoon salah. Ini lebih rumit.

Sepersekian detik kemudian, Namjoon merasakan Seokjin menyentuh punggung tangannya. Menyalurkan ketenangan kala menyadari kekasihnya mulai di landa rasa gugup.

"Begini Tuan Howen, Nyonya Caroline. Ada hal serius yang ingin kami sampaikan pada kalian," kata Seokjin mengubah strategi awal mereka, dimana Namjoon lah yang harusnya angkat bicara.

"Apa menyangkut pekerjaan? What's one of you guys promoted?"

Namjoon dan Seokjin saling pandang, menggenggam erat tangan satu sama lain.

Melihat gelagat aneh dua pemuda di hadapan mereka, Tuan Howen dan Nyonya Caroline lantas melepas alat makan, beralih serius menunggu penjelasan selanjutnya.

Namjoon kemudian meraih telapak tangan ayah dan ibunya, menciumnya bergantian sebelum ia kembali menegakkan kepala memandang lekat keduanya. Sejauh ini, Namjoon telah siap sedia menerima cacian dan segala dampak buruk atas kejujurannya. Demi Seokjin, Namjoon akan terima segala resiko, dan demi apapun Namjoon bersumpah tidak akan sekalipun menyerah lantas bergerak mundur. Tahun-tahun yang mereka lalui bersama bukan perihal mudah untuk ditinggalkan begitu saja.

"Son, what happen?" tanya sang ayah khawatir.

Disampingnya, Seokjin menggeleng perlahan. Memberitahu Namjoon agar mengurungkan niat awal. Tapi sampai kapan mereka harus menunda? Ini sudah terlalu lama. Menghabiskan waktu bersembunyi selamanya tidak akan ada gunanya.

"We need your blessing"

Antara percaya tak percaya, Tuan Howen menarik tangannya, terperangah ketika menyadari penyimpangan putra semata wayangnya. Sedang Nyonya Caroline membekap mulutnya sendiri, begitu terkejut akan pengakuan sang anak.

Pertama kali selama hubungan mereka terjalin, Seokjin melihat Namjoon menangis kala dirinya meraih kembali tangan kedua orang tua angkatnya.

"I'm so sorry to hurt you. I'm guilty, i have a sin, please forgive me. This is only my fault, only my. I can't without him, i really love him. Please, bless us"

Namun yang Namjoon dapati, ayahnya yang menahan geram berlalu pergi tanpa pamit, meninggalkan Nyonya Caroline yang masih menangis dalam diam. Namjoon hancur. Di sisi lain Seokjin pun tidak kuasa melihat kekasihnya putus asa, maka dengan segala keberanian dia berlutut menyentuh kaki Nyonya Caroline, meminta pengampunan atas dosa yang mereka perbuat. Tidak peduli akan tatapan gamang beberapa pengunjung dan pelayan dalam restoran.

PARADOX WHISPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang